bab 13

43 28 7
                                    

Dirga benar-benar, tidak habis pikir dengan jalan pikiran orang itu, harusnya yang menjadi targetnya yang melakukan penyerangan itu bukan malah gadisnya. Rasanya dia ingin memecahkan kepala orang itu yang berani mengganggu ketenangan pujaannya hatinya.

“Apakah dia harus kubunuh?” tanya Dirga dingin.

“Jangan gegabah Dirga, hindari sikapmu yang seperti ini kita tidak boleh ambil keputusan terburu-buru,” jawab Rizal tidak kalah dingin.

“Mau menunggu sampai kapan, ah? Dia sudah mulai berani terang-terangan menyerang kita apakah sekarang kita hanya menunggu sampai Dinda menjadi korban?” Dirga benar-benar emosi sekarang juga.

Bruk!

Mikail langsung melempar pas bunga yang ada di dekatnya sehingga hancur berkeping-keping, membayangkannya saja dia tidak sanggup, dia tidak sanggup jika harus kehilangan anaknya, Dimas dan Dika pun sama emosinya saat nama Adiknya di bawah padahal dia tidak tahu menahu tentang masalah ini, tetapi dialah yang menjadi incaran musuhnya.

“Kita musnahkan dia saja aku tak sanggup lagi jika putriku jadi korban, dulu kita memberikannya ampun atas kesalahannya di masa lalu sebab aku masih berhutang budi pada almarhumah Amora, tapi kali ini tidak lagi jadi beri aku izin untuk menghabisinya beserta anaknya,” pinta Mikail.

“Apa-apaan ini kita sudah sepakat mencari dalang penyusupan waktu itu setelah itu kita baru tahu apa langkah yang harus diambil?” Ucapan Robert mampu membuat mereka bungkam.

“Bagaimana kalau aku menikah dengan Dinda saja supaya bisa melindunginya kalian tinggal cari dalangnya saja bagaimana ideku baguskan?” Dirga mengucapkan itu tanpa dosa membuat pria di keluarga Wijaya melotot.

“Tidak!” sentak mereka kecuali Robert.

Dimas tidak habis pikir dengan jalan pria tua itu benar-benar pintar mencari kesempatan dalam kesempitan, tentu saja dia akan menentang itu, bukannya menjaga adiknya bisa-bisa adiknya kerepotan menjaga yang sudah tua itu.

“Tidak akan ada pernikahan!” Rizal sudah membuat keputusan yang tidak bisa dinegosiasikan lagi.

Setelah berdebat cukup lama akhirnya mereka semua mengambil keputusan kalau yang mencari dalang penyusup waktu itu Dirga. Tentu Dirga tidak mau melakukannya dengan gratis, tetapi dengan janji jika dalangnya ditemukan maka dia boleh mendekati Dinda, keputusan itu tentu saja awalnya mendapatkan penolakan keras dari Mikail, Dimas maupun Dika. Namun, setelah mendengar penjelasan Rizal mereka akhirnya luluh sebab perjanjian itu Dirga hanya boleh mendekati Dinda saja soal pernikahan akan dibicarakan lebih lanjut.

Keputusan yang sebenarnya merugikan Dirga, demi bisa dekat Dinda maka itulah yang harus dilakukan apabila Rizal mengancamnya akan membawa pergi jauh sampai dirinya tidak bisa bertemu. Namun, jangan lupakan kalau Dirga itu juga licik dan cerdik di dalam otaknya sudah mengumpulkan berbagai macam cara supaya bisa menikah pujaan hatinya dengan mudah.

Jadi keluarga Wijaya hanya fokus mempertahankan penjagaan permata mereka saja sebab tugas yang selama ini tidak selesai itu akhirnya perpindahan ke orang lain. Rizal berharap Dirga mampu menyelesaikan kasus ini karena dia tahu kalau anak itu memiliki kemampuan yang luar biasa apalagi yang dia tahu kalau Dirga itu punya organisasi menyerupai mafia, di sana banyak detektif handal yang begitu membantu.

***

Dinda sudah terlihat bosan dengan acara mereka, rasanya ingin memeluk papanya.

“Ma, papa mana?” tanya Dinda.

“Mereka sedang membahas pekerjaan. Sayang.” Ayu sengaja berbohong supaya anaknya tidak khawatir.

Dinda mengangguk lesu seperti dia sudah mulai mengantuk dan kedudukan kepala di meja yang berada di sana, Ayu yang melihat itu menjadi gemas dengan sang putri pantas saja tiba-tiba menanyakan papanya ternyata mau tidur toh.

Beberapa menit Mikail muncul diikuti yang lain langsung menghampiri istrinya dan mencium keningnya mampu membuat yang lain memutarkan matanya malas.

“Papa peluk.” Dinda langsung memeluk Mikail saat berada di dekatnya dan dibalas dengan senang hati oleh Mikail.

Ada yang terbakar tapi bukan aku itulah yang mengungkapkan perasaan Dirga sekarang, dia benar-benar cemburu melihat itu padahal dirinya tahu kalau sebenarnya itu wajar saja.

“Kalian tidak mencium bau kebakaran?” tanya Dika tiba-tiba.

“Tidak, aku tidak menciumnya hanya bau parfum papa kucium.” Dinda menjawab dengan polos sambil terus menyembunyikan kepalanya di dada Mikail.

“Mama juga tidak mencium bau apa-apa,” ucap Ayu.

“Masa sih, Mah? Coba kalian liat di samping kakek tuh lagi kebakaran hatinya.” Mendengar ucapan Dika mereka melihat siapa yang di maksud Dika, ternyata di sana ada Dirga mengepalkan tangannya melihat Mikail memeluk Dinda.

Dirga yang merasa disinggung langsung memperbaiki ekspresi wajah sedatar mungkin, dia langsung mengambil ponselnya di saku celana dan pergi begitu saja dari sana tanpa mengucapkan satu kata pun.

 ***

Sedar berada di apartemen Rio, untuk menenangkan dirinya yang sedang kacau ini sikap ayah terus saja bertambah padahal dia sudah membawanya ke psikiater untuk mengontrol emosinya ayah yang dulu penyayang kini berubah menjadi monster yang selalu melampiaskan emosinya padanya.

“Ada apa lagi?” tanya Rio.

“Biasa aku gagal lagi ayah begitu marah,” lesu Sedar.

“Sebaiknya om Xander kau bawah ke psikiater lagi deh, kali ini kita harus bersikap tegas ini demi kebaikanmu, selama ini kau selalu ditekan oleh om Xander.” Jujur Rio prihatin dengan nasib sahabatnya itu.

Sedar sebenarnya memiliki pemikiran yang dengan Rio. Namun, sulit membujuk Xander bahan ayahnya tidak segan-segan melukai dokter yang menanganinya membuat ragu membawanya kembali. Belasan tahun Sedar harus hidup dengan ayah yang memiliki guncang mental.

 “Tidak semudah itu Ro, setiap kali aku membahas tentang dokter dia pasti akan marah dan melukai dirinya sendiri,” ucap Sedar lirih.

“Apakah kita minta bantuan pada mereka saja?” tanya Rio.

“Tidak jika sampai ayah tahu bisa-bisa dia nekat mengakhiri hidupnya!” Frustasi Sedar.

Tok! Tok! Tok!

Rio yang mendengar suara itu langsung membuka pintu dan melihat siapa yang dapat, dia langsung mempersilakan orang itu masuk.

“Kak ini aku bawakan makanan,” ucap Laras

Yaps itu Laras sahabat Dinda dia datang membawakan makanan untuk sepupunya Rio. Mereka memang akrab jarang ada yang tahu kalau mereka memiliki hubungan keluarga sebab selama ini sengaja ditutupi. Mama Laras bersaudara dengan Ayah Rio sehingga hubungan mereka cukup dekat bahkan pernah dikabarkan menjalin kasih pas di SMP.

“Terima kasih. Lain kali tidak perlu repot-repot.” Rio langsung mengambil makanan itu.

“Eh, ada kak Sedar rupa.” Laras gugup selama ini dia penyimpan rasa untuk sahabat sepupunya itu.

“Iya,” balas Sedar cuek.

Namun, semuanya terpaksa diurungkan sebab dia tahu Sedar mencintai Dinda, ya walaupun dirinya tahu kalau hubungan itu ditentang oleh ayah dari Sedar, terapi Laras tidak tahu apa alasannya sebab setiap kali bertanya pada Rio selalu saja tidak dijawab.

Laras sebenarnya orang yang ceria, tetapi gara-gara pembantunya membunuh ibunya di depan matanya membuatnya menjadi dingin dan hanya terkesan hangat saat bersama Rio, saat bersama Dinda dia kadang dingin kadang cerewet itulah kenapa persahabatan mereka langgeng.

Milik CEO Tua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang