bab 7

84 50 35
                                    

 

Dinda akhirnya sehat kembali setelah beberapa hari berbaring lemah, seketika mansion Wijaya kembali berwarna setelah beberapa hari terasa suram. Pagi hari ini mulai dari suara rengekkan dari Dinda yang meminta ke kampus.

“Ayo, Kek. Aku sudah sehat!” Mohon Dinda.

“Tidak, Sayang. Minggu depan kamu boleh pergi,” tolak Rizal halus.

“Ada Laras di sana yang menjagaku, jadi tolong,” rengek Dinda.

Rizal yang tidak tega langsung meraih tangan cucunya lalu berkata, “Baiklah, tapi dengan syarat jangan jauh-jauh dengan Laras dan tidak boleh nakal, mengerti?”.

“Iyaa. Kek.” Dinda langsung memeluk erat tubuh kakeknya.

Dinda tersenyum sebab setelah mengantongi izin dari Rizal dengan mudahnya dirinya mendapatkan izin anggota keluarga lainnya. Mikail tidak pernah bisa mengelak jika harus berhadapan dengan Rizal dan catatan pentingnya Rizal begitu menyayanginya.

Dinda dan Rizal berjalan menuju meja makan sebab pagi-pagi sudah mengganggu Rizal di kamarnya. Dia dengan senang hati menggandeng tangan Rizal sedang senyuman tidak pernah luntur. Pada saat sampai di meja makan ternyata sudah ada Mikail, Ayu, bersama kedua kakaknya di sana.

“Selamat pagi semuanya,” sapa Dinda bahagia.

“Pagi juga sayang,” jawab mereka serempak kecuali Rizal.

Mereka makan dengan lahap menyantap hidangan yang sudah ada di meja makan terutama Dinda nafsu makannya meningkatkan setelah beberapa hari hilang.

“Pa, hari ini Dinda ke kampus,” ucap Dinda.

“Tidak!” tegas Mikail.

“Tapi Kakek sudah kasih izin jadi boleh ya,” rengek Dinda pada Mikail.

Mikail langsung menatapnya Rizal dan mendapat angkuhan membuatnya menghembuskan nafas berat sekarang tidak ada yang bisa dilakukan selain memberikan izin.

“Baiklah.” Mikail mengelus pipi putrinya yang begitu lembut.

Drama di pagi hari telah selesai, di sinilah Dinda berada bersama dengan Laras, ternyata Mikail menghubungi sahabatnya itu untuk menyebutkan walaupun sudah beberapa kali dia katakanlah bahwa dia bisa pergi sendiri namun, tidak ada hasilnya.

“Laras, dosen baru sudah masuk?” tanya Dinda.

“Udah,” balas Laras.

“Ganteng. Enggak?” tanya Dinda penasaran.

“Ganteng sih tapi aneh,” jawab Laras.

“Aneh?” beo Dinda.

“Iya. Dia tuh pernah masuk kelas tapi saat tahu kamu enggak hadir dia langsung keluar dan selama kamu enggak ke kampus selama itu juga dia enggak hadir.” Penjelasan Laras mampu membuat Dinda cengang baru kali sahabatnya  bicara  panjang lebar.

Dinda akhirnya sadar dan mengaruk kepalanya yang tidak gatal tidak mungkin karena dia tidak hadir dosen itu juga absen kenal pun tidak itulah menjadi pemikirannya mungkin hanya kebetulan. Mereka akhirnya datang ke kelas, beberapa menit bel masuk berbunyi dan benar saja Dirga masuk dengan tatapan datar namun, berbeda dengan hatinya.

“Baiklah, langsung saja kita mulai belajar dan yang berisik silahkan tinggalkan kelas saja.”  Ucapan Dirga langsung membuat mahasiswa menutup mulutnya rapat pasokan udara seketika menipis.

Dirga mulai menjelaskan setiap materi yang dibawakan sedangkan mahasiswa sibuk mencatat hal-hal penting setiap materi yang diucapkan oleh Dirga, tidak terasa sekarang kelas mereka telah selesai.

Milik CEO Tua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang