bab 9

51 34 5
                                    

Mereka berada di jalan pulang seperti yang dikatakan Mikail untuk menjemput Dinda, di perjalanan terjadi keheningan mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai dan ternyata sudah ada mobil Mikail terparkir di halaman.

Mereka langsung masuk dan ternyata di sana sudah ada Mikail, namun dia tidak sendiri melainkan bersama dengan seseorang yang tidak asing bagi Dinda. Dinda langsung mengucapkan salam dan mencium tangan papahnya dan orang yang duduk di sebelahnya.

“Dinda duduk dulu. Sayang,” pinta  Mikail.

Dinda langsung duduk disusul oleh Dika dan Dimas di samping kanan dan kirinya, saat ini membuka suara tiba-tiba Ayu datang membawa beberapa cangkir teh dan cemilan sebagai pelengkap.

“Apa apa, Pah?” tanya Dinda.

“Begini papa ada berjalan bisnis begitu pun kedua kakakmu jadi demi keamananmu sebaiknya selama papa pergi kamu tinggal di rumah keluarga Sanjaya dulu,” jelas Mikail.

“Aku tinggal bersama Laras saja lagi pula aku bisa menjaga diriku sendiri,” tolak Dinda, halus.

“Tidak, kakak tidak setuju pilih salah satunya ikut bersama kami atau tinggal di kediaman Sanjaya!” tegas Dimas.

  “Sayang, tolonglah kali ini mengerti, ya mama mohon,” pinta Ayu.

Jika Ayu sudah bicara maka tidak mungkin dia menolak meskipun dia sudah kenal lama dengan Robert dan Wina, tetapi dia masih agak segan pada mereka. Setelah diskusi selesai Dinda akhirnya langsung diboyong  Robert ke rumahnya sebab Mikail harus berangkat ke bandara.

***

Dirga berada di kantor setelah dari kampus, dia ada rapat penting tidak bisa ditingkatkan sehingga mau tidak mau dia harus ke kantor. Saat lagi fokus-fokusnya tiba-tiba ada suara dobrakkan pintu yang cukup keras membuatnya bersiap memberikan siraman rohani.

“Apakah tata kramamu sudah hilang!” bentak Dirga.

“Maaf, nanti dulu marahnya aku baru dapat info dari orang suruhanku memantau dia dan ternyata sekarang Dinda tinggal di kediamanmu,” jelas Kevin.

“Hah?” beo Dirga.

“Iya kaget ya? Iyalah kaget sama aku juga.” Kevin menirukan kata-kata konten yang sering dia liat.

Dirga langsung meninggalkan kantor dan menuju mansion orang tuanya untuk mematikannya itu semua, beberapa menit kemudian dia sampai di sana dengan gerakan cepat akhirnya Dirga sampai di depan pintu mansion.

Saat masuk ke dalam hal yang pertama terdengar canda tawa yang dia yakin kalau itu suara mamanya tapi tidak sendiri. Dirga berjalan ke arah ruang tamu dan benar mamanya sedang berada di sana bersama seorang gadis padahal menurut informasi terakhir yang dia dapat kalau Dewi sedang sakit, tetapi apa yang terjadi sekarang seolah-olah Dewi terlihat begitu baik.

“Mama.” Panggil Dirga.

Dinda dan Dewi langsung menatap arah suara, mereka langsung kaget melihat kedatangan Dirga di sana. Dewi langsung memeluk putranya, dia begitu merindukannya. Dinda langsung kaget melihat kedatangan dosennya itu dan sedikit syok saat Dirga memanggil Dewi dengan sebutan mama.

“Bapak siapanya tante Dewi?” Dinda seperti orang bodoh sekarang.

Dewi menyuruh Dinda dengan sebutan tante sebab tidak mungkin dia dipanggil nenek, ya walaupun dia mau seumuran dengan Rizal. Awalnya Dinda segan memanggil dengan sebutan tante, tapi tidak mungkin dia membuat Dewi kecewa.

“Dia mama saya, lalu kenapa kamu di sini?” tanya Dirga.

“Jadi bapak anak dari om Robert?” tanya Dinda, lagi.

“Tentu saja, kamu lupa nama saya Dirga putra Sanjaya.” Ucapan Dirga mampu membuat Dinda bengong dan hal itu membuat Dirga hampir menyemburkan tawanya.

***

Dinda berada di kamar setelah melakukan hal yang memalukan baginya saking gugupnya sambil melakukan hal bodoh itu rasanya dia ingin langsung menghilang dari tempat itu berbeda dengan Dinda yang malu Dirga yang berada di kamarnya sedang senyum-senyum sendiri seperti orang gila tidak pernah di pikirannya dia akan seatap dengan pujaan hatinya.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu kamar Dirga mengalihkan khayalannya, dia langsung membuka pintu dan terlihat di sana ada Robert dan Dwi. Mereka langsung masuk tanpa mengucap sepatah kata membuat Dirga ikut masuk, mereka langsung duduk di sofa yang tersedia di sana.

“Papa ingin bicara penting selama Dinda ada di sini sebaiknya kamu jaga sikapmu dan jangan membuatnya tidak nyaman dan dia sini bukan berarti kamu leluasa mengganggunya,” jelas Robert panjang lebar.

“Apa maksud papa?” tanya Dirga.

“Sayang, ini demi kebaikan kita semua jadi dengar papamu, kita diamankan Mikail menjaga Dinda dari orang-orang jahat yang ingin melukai dan lagi pula dia punya trauma dan kapan pun bisa kambuh setiap saat jadi tolo ---.” Ucapan Dewi langsung terpotong saat Robert menyentuh tangganya seolah mengartikan untuk tidak memberitahu apa pun pada Dirga.

Dirga langsung bingung apa maksud mamanya trauma apa yang dia maksud? Ingin bertanya tetapi sepertinya tidak mungkin mendapatkan jawaban karena seolah menutupi sesuatu yang amat penting.

“Papa harap kamu tidak mencarinya sebab itu menjadi privasi orang lain boleh mencintai tapi ingat cinta tidak seharusnya memiliki.” Robert seolah mengetahui isi pikiran Dirga, setelah mengatakan hal dia langsung pergi bersama Dewi takut sang istri keceplosan lagi.

***

Mikail memikirkan putrinya sebenarnya dirinya tidak yakin Robert bisa mengendalikan anaknya itu, andai saja pekerjaan ini tidak menyangkut masa depan perusahaan mungkin sekarang dia akan selalu bersama putrinya.

“Ada apa, Mas?” tanya Ayu sambil memeluk Mikail, pelukan itulah yang selalu menemaninya dalam suka maupun duka.

“Aku khawatir pada Dinda, seharusnya kita tidak menitipkan di sana, kita semua tahu tabiat pria tua itu pasti akan berusaha mendekati anak kita,” pinta Mikail.

“Mas, sekarang kita tidak pilihan lain kita harus terus melindungi Dinda dan selalu ketakutan seperti ini sampai Aldo kembali walaupun kita tidak tahu kapan dia kembali.” Ayu sebenarnya sangat takut akan itu semua, tetapi depan anak-anaknya dia berusaha kuat.

Mikail pun berharap sama supaya Aldo cepat kembali dan menyelesaikan semua masalah rasanya kepalanya begitu sakit memikirkannya sampai kapan semua ini selesai setiap malam mimpi buruk itu selalu melintas.

'Datanglah kami menunggumu membawa sebuah harapan besar.”

***

Di belahan bumi bagian lain terdapat pria menatap sendu sebuah foto yang menjadi kekuatan selama ini, dia mengasingkan dirinya jauh dari keluarga dan orang terkasih, semua itu dia lakukan sebab satu alasan belum bisa diceritakan.

“Maaf, untuk sekarang aku belum bisa kembali tolonglah bersabar sedikit lagi sampai diri ini datang.” Pria itu mengatakan itu dengan bibir yang bergetar.

Satu orang yang menemaninya sampai saat ini menatapnya dengan tatapan prihatin, entah dosa apa yang dia perbuat sehingga masalah selalu datang silih berganti tidak ada habisnya.

“Bersabarlah setelah ini pasti badai akan berlalu jangan menyerah aku akan selalu bersamamu sampai kapan pun.” Dia langsung menepuk pundak pria itu.

___

Pasti bertanya-tanya kejadian apa sih yang terjadi?
Sedar siapa? Belum dijelaskan tambah lagi  ada Aldo.

Wkwk tenang aja pasti akan ada penjelasannya mau tau kelanjutannya harus baca dong jangan lupa vote dan komen🙏

Sampai ketemu dilain waktu bukan dilain dunia😂

Milik CEO Tua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang