bab 12

52 31 6
                                    

Mereka sudah berkumpul di ruang tamu di sana sudah ada Dika dan Dimas, mereka sampai beberapa menit lalu setelah mendengar kabar dari Robert kalau kediamannya diserang membuat mereka langsung meninggalkan pekerjaannya, sedangkan Mikail dan Ayu sudah berada di perjalanan pulang ke Indonesia.

Ruang tamu dikuasai aura dingin sebab Dirga sedang berusaha mati-matian menahan cemburunya saat melihat Dinda diimbit oleh Dimas dan Dika. Dimas sesekali mencium kening sang adik membuat Dirga ingin memukulkannya. Dika tahu kalau ada yang cemburu, tiba-tiba jiwa jahilnya muncul dia langsung membawa Dinda ke pangkuannya dan memeluknya.

Dirga yang tidak tahan akan hal itu langsung pergi ke kamarnya takut kesabarannya habis dan langsung memukul kakak Dinda yang akan mempengaruhi masa depannya, Dika yang melihat itu tersenyum puas melihat itu, sedangkan yang menjadi alasan cemburunya Dirga tampak enteng di pangkuan sang kakak.

“Bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Dimas datar.

“Itu semua di luar prediksi kita semua orang itu sudah mulai terang-terangan mendekatinya, sebaiknya kita harus mengambil langkah tegas tapi sebelum itu kita harus tunggu Mikail terlebih dahulu karena bagaimanapun dia adalah orang tua kalian,” jelas Robert.

Mereka memutuskan tinggal di kediaman Sanjaya sampai Mikail dan Rizal kembali.  Rizal? Iya tentu saja kakek tua itu tidak akan pernah mau absen jika menyangkut cucu kesayangannya itu. Dika langsung mengendong adiknya ke kamar tamu disusul Dimas di belakangnya. Mereka tidak akan mau meninggalkan adiknya sedetik pun sekarang.

***

Xander melempar semua barang-barang yang ada di dekatnya padahal selangkah lagi mereka bisa menculik permata Wijaya, tetapi usahanya kembali gagal padahal rencana sudah begitu rapi. Sedar yang melihat itu hanya bisa pasrah melihat sang ayah melampiaskan amarahnya pada benda mati itu.

“Kenapa bisa gagal apakah kalian bodoh?!” Marah Xander.

“Aku juga tidak tahu padahal semua ruangan di tempat itu telah digeledah tapi tidak menemukan siapa pun,” jelas Sedar.

“Seperti Robert memiliki tempat rahasia yang sulit dijangkau oleh musuh, kita semua tahu kalau dia terkenal akibat penemuannya yang tidak boleh dianggap remeh!” Marah Xander.

“Maaf seharusnya aku memikirkan matang-matang dulu dan mencari informasi tentang selut belut mansion Sanjaya sebelum melakukan penyerangan.” Sedar terlalu yakin rencana berjalan mulus sampai tidak memperhatikan keadaan mansion itu.

Xander tidak bisa tidur dengan tenang jika sampai keinginannya tercapai semakin lama dendam itu tidak terbalaskan semakin besar pula dendam itu.

***

Seorang pria bertopeng mengendarai mobil dengan kecepatan sedang meninggal kota dan pergi ke pinggir kota yang terdapat hutan di sana, dia langsung turun dari mobil dan menyembunyikan mobilnya di dekat semua gubuk yang hampir roboh. Pria itu langsung masuk ke dalam hutan yang terkenal banyak binatang buasnya setelah hampir satu jam menyelusuri hutan akhirnya dia sampai di semua Vila yang sederhana namun terkesan klasik.

Pria bertopeng itu langsung masuk ke dalam tidak lupa menunjukkan kartu pengenalannya terlebih dahulu saat masuk dia sudah disambut oleh pria paruh baya yang sibuk menghisap rokoknya.

“Ada informasi apa?” tanya Pri paruh baya itu.

“Mereka sudah mulai mengibarkan bendera peperangan kembali seperti dulu dan sekarang kita tinggal menunggu mereka saling menjatuhkan,” jawab Pria bertopeng itu.

“Bagus, biarkan mereka seperti itu kita tinggal menikmati hasilnya tanpa harus ikut campur,” ucap Pria paruh baya itu.

“Benar Bos, sepertinya kali ini kehancuran mereka tidak akan bisa dihindari.” Pria bertopeng itu begitu bahagia.

Mereka sibuk menyusun rencana tiba-tiba ada seorang dengan jas putih keluar dari sebuah kamar dan menghampiri pria paruh baya itu.

“Tuan, pasien baik-baik saja mungkin hanya efek selama ini dia koma sehingga mengalami kejang-kejang,” jelasnya.

“Baiklah, kau boleh pergi pengawalku akan mengantarkanmu pulang tapi ingat jika sampai kau buka mulut maka nyawa keluargamu terancam!” ancam pria paruh baja itu.

***

Dinda, Ayu, dan Dewi sedang berada di halaman belakang minum teh bersama sambil mengobrol ringan untuk melupakan kejadian tadi tentu saja ditemani oleh beberapa bodyguard profesional, sedangkan para pria sedang berada di ruang pribadi Robert membahas masalah ini.

“Ada apa sebenarnya terjadi?” tanya Dirga.

Di antara mereka cuma Dirga yang tidak tahu apa-apa sebab selama ini dia terlalu sibuk dengan usahanya di luar negeri. Dika yang mendengar pertanyaan itu memutar bola matanya malas, tolong ingatkan dia kalau ini bukan rumahnya sebab bisa-bisa dia langsung menendang Dirga keluar dari sana.

“Makanya jangan terlalu sibuk dengan bisnismu itu,” ketus Robert.

“Maka dari itu beritahu aku supaya bisa melindungi gadisku dari mara bahaya.” Ucapan Dirga mampu membuat pria dari keluarga Wijaya kesal.

“Sejak kapan Dinda jadi gadismu? Dia hanya pantas jadi anakmu jangan macam-macam sebelum pistol ini mengenai jantungmu!” Dimas mengeluarkan pistolnya dalam saku jasnya.

Robert memijit kepalanya pelan, belum satu masalah selesai ini tambah masalah satu lagi, di umurnya tidak mudah lagi seharusnya dirinya sudah bahagia bermain dengan cucu-cucunya, bukan malah seperti ini.

“Bisakah kalian diam sebentar sebelum kalian kuhabis di sini cucuku dalam bahaya!” sentak Rizal.

“Baiklah papa akan ceritakan asal mulanya,” tutur Robert.

Flashback on

18 tahun yang lalu

Di kediaman keluarga Wijaya terdengar suara canda tawa yang begitu menggelegar yang di hadiri keluarga Aditama dan Sanjaya mereka bersahabat baik dari zaman Rizal kuliah dulu sampai sekarang mereka sudah memiliki cucu.

“Bagaimana kabarmu?” tanya Rizal pada Robert dan Vero.

“Baik,” balas mereka berdua.

“Oh, iya perkenalkan ini putraku Xander dan istrinya Amora yang berada di gendongannya itu cucuku Sedar.” Vero memperkenalkan anggota keluarganya.

Vero kembali memperkenalkan anaknya sebab selama ini anaknya tinggal di luar negeri terakhir mereka bertemu dengan Xander pada umurnya 10 tahun.

Mereka berbincang-bincang dengan santai anak-anak semuanya permainan kecuali Dinda yang masih berumur 1 tahun yang enteng dalam pangkuan sang mama.

“Oiya, bagaimana kabar putramu Robert?” tanya Vero.

“Dia baik tapi sekarang dia belum punya pasangan katanya mau karier dulu dia tidak mau mengikuti jejak Mikail dan Xander menikah muda,” jawab Robert lesu.

Vero tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban sahabatnya itu, di antara anak mereka memang anak Robertlah yang tidak mau menikah muda selalu saja alasannya saat disuruh menikah. Saat asyik-asyiknya tiba-tiba terjadi ledakan di halaman belakang membuat mereka menjadi kaget sekaligus panik.

Mansion telah terkepung mau tidak mau para pria ikut bertarung, saat semuanya lengah salah satu penyusup itu mengarahkan tembakan itu ke arah Dinda yang berada di gendongan Ayu, Amora yang melihat itu berlari melindunginya dan naasnya dirinyalah yang tertembak.

Deg!

Xander yang melihat itu seketika menghampiri sang istri tanpa membuang waktu dia langsung mengendong Amora ke rumah sakit, tetapi tuhan berkata lain Amora sudah meninggal sedangkan Vero yang mengetahui menantunya meninggal mengalami serangan jantung dan ikut menyusul sang menantu.

Saat itu juga sikap Xander berubah setiap nasehat yang diberikan dia tolak, hubungan mereka semakin renggang baik dalam kekeluargaan maupun dunia bisnis Xander selalu mencari cara untuk menjatuhkan mereka semua.

Flashback of

 

__
Vote + komen kakak😍❤️

Milik CEO Tua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang