bab 14

42 29 5
                                    

Dirga berada di markas black white nama itu sengaja diambil supaya lain tahu kalau selain kejam mereka juga memiliki sikap manusiawi. Beberapa orang menunduk hormat pada pemimpinnya yaitu Dirga. Dia langsung duduk di bangku kebesarannya di sana sudah ada Kevin yang duduk santai.

“Panggil Sam ke sini!” pinta Dirga.

Kevin langsung pergi tanpa mengucapkan satu kata pun, jujur dia agak kesal tiba-tiba di telepon untuk ke markas padahal dia baru sampai di rumah. Ah, mengingat rumah dia sungguh merindukannya istrinya dan anak-anaknya. Beberapa menit kemudian Kevin masuk disusul Sam di belakangnya.

“Ada apa memanggilku?” tanya Sam.

“Aku butuh bantuanmu mencari informasi tentang kejadian 18 tahun lalu,” pinta Dirga.

“Tidak, kejadian itu sudah lama sekali lagi pula bayaran pasti sedikit,” tolak Sam.

Sam memang bergabung pada black white sekitar 2 tahun yang lalu dengan sikap yang angkuh dan mata duitan itu kadang membuat Dirga pusing, tetapi jangan ragukan kemampuan dia seorang hacker handal membuat Dirga membutuhkannya.

“Bagaimana kalau bayarannya tambang batu bara?” tanya Dirga.

“Deal, baiklah sekarang jelaskan kejadiannya secara singkat setelah itu tugasku tinggal duduk manis biar aku yang bekerja.” Sam begitu semangat apalagi bayarannya begitu menggiurkan.

Kevin yang mendengar itu geleng-geleng kepala dalam hati berpikir 'Dasar mata duitan.’

Dirga langsung menceritakan kejadian itu dengan singkat, sedangkan Sam menyimak dengan serius sesekali mencatat poin-poin yang menurutnya penting.

“Jadi yang perlu dicari informasi tentang siapa dalangnya dan tujuannya melakukan itu semua?” tanya Sam.

“Iya, aku mau secepatnya dan jelas,” ucap Dirga.

“Ada uang semuanya beres.” Senyum Sam.

Sam langsung pergi tanpa pamit, mereka memang tidak pernah menganggap Dirga seorang bos yang harus dihormati, tetapi menganggap dia teman itulah alasan organisasi mereka masih bertahan. Sistem di sana ada uang semuanya beres.

“Dir, aku pamit dulu Maya sudah menelepon katanya anak bungsuku merengek minta jalan-jalan.” Kevin langsung berjalan meninggalkan ruangan itu.

Jujur dalam hati Dirga sedikit iri pada kehidupan Kevin meskipun dia diuju dengan berbagai macam cobaan pernikahan mereka tetap langgeng sampai sekarang, pernikahan yang awalnya tidak disetujui oleh banyaknya pihak, belum selesai itu mereka kembali diuji dengan rahim Maya yang bermasalah sehingga sulit memiliki anak. Namun, semua itu tidak membuat Kevin menyerang memperjuangkan cintanya pada Maya dan dialah yang menjadi saksi itu semua.

Dirga memutuskan untuk pulang ke mansion sepertinya dia butuh pelukan untuk menghadapi hidup yang begitu berat, sesaat dia sadar kalau dirinya tidak pantas dengan Dinda akan tetapi seolah ada yang mendorongnya untuk maju.

Beberapa menit kemudian, akhirnya Dirga sampai ke mansion yang begitu megah. Dia langsung masuk dan mencari keberadaan mamanya yang selama ini selalu ada di sampingnya, saat melihat Dewi dia langsung memeluknya dari belakang sedingin apa pun seorang akan lemah di hadapan orang tuanya.

“Ada apa?” tanya Dewi.

Dewi langsung membawa anaknya di sofa ruang keluarga dan mendudukinya di sana, umurnya tidak muda lagi sehingga tidak bisa menahan beban putranya.

“Aku capek dengan keadaan ini, kumencintainya tapi selalu ada tembok penghalang di antara kita berdua.” Frustasi Dirga.

“Sayang, setiap langkah kita lakukan terkadang banyak penghalang, jika memang kau benar-benar mencintainya kejarlah dia, tetapi jika itu hanya sebuah obsesi tolong jangan lakukan itu dia sudah memiliki banyak beban dalam hidupnya.” Dewi mengelus rambut putranya.

Milik CEO Tua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang