Chapter 14

1.3K 120 4
                                    

🌬️bukankah tidak adil
aku yang berjuang
tapi dia yang mendapatkan hatimu

~~~

Lust, Obsesion, Victim, Ego, Revenge

○●○

Penthouse milik Lee Jeno, District Nonhyeon


Membuka manik rusanya yang lentik, membiasakan diri seberkas cahaya menyorot. Menyipit dan mengerjap. Dimana ini? Memaksa tubuhnya bangkit seraya duduk. Masih linglung dengan kepala yang sangat berat, dia menumpu kepalanya yang menunduk dengan sebelah tangan. Meringis pelan karna rasa mual dan nyut-nyutan yang bersamaan. Mengedarkan matanya kesegala arah mencoba mengenali tempat asing yang ternyata memang tidak pernah didatangi.

Beberapa langkah didepannya, Jeno duduk bersandar dengan kaki menyilang dikursi yang terlihat mewah berwarna hijau berbahan beludru cantik, tak lupa dengan rokok yang dihembuskannya mengudara.

Sambil menyesap Penfolds Grange Hermitage wine mahal favoritnya dari Australia, tak jemu memandangi Jaemin sejak tadi dipindahkan ke tempat ini. Mengetahui Jaemin sudah bangun dari tidur, langsung dihampirinya dan terduduk diatas ranjang dengan ditumpu sebelah kaki yang menekuk segitiga.

Kedua mata Jaemin melebar dan bergetar ketakutan, traumanya. Meski seahli apapun dia dalam memainkan senjata dan dipuji dengan baik oleh pelatihnya, tidak menjamin dia dengan mudah mengatasi secara langsung traumanya yang terdalam.

Kenapa? Padahal pelakunya bukan Jeno.

Tapi.... setiap kali dia melihat wajah Jeno dia teringat dengan kejadian itu,

Tujuh tahun yang lalu

Digang gelap yang sempit dan kumuh

Dan segala kesakitannya

Dan segala pengharapannya yang dijatuhkan sedemikian rupa

Dengan segala lirihan tangisannya yang menggema

Dengan permintaan tolongnya yang terabaikan

Luka yang bahkan belum mengering

Tak tau kapan sembuh

Padahal ini sudah lama berlalu.

Kenapa kesengsaraan ini hadir kembali seolah kejadiannya baru kemarin

Tak sadar air mata Jaemin menetes. Hanya satu tetes, tapi rasanya sangat menyesakkan.

"Kenapa, Na? Kenapa sayang?" Jeno menghapus air mata itu yang perlahan turun ke pipinya yang mulus.

"Kenapa aku ada disini?" Jaemin masih memandang lurus kedepan tembok putih seolah lebih menyenangkan dilihat.

Jeno yang ada disampingnya memperhatikan tiap lekuk wajah Jaemin. Jarinya yang masih mengambang diudara diarahkannya menuju dagu untuk ditolehkannya wajah Jaemin kearahnya. "Lihat aku, Na? Hm?"

𝐋ᴜsᴛ, 𝐎ʙsᴇssɪᴏɴ, 𝐕ɪᴄᴛɪᴍ, 𝐄ɢᴏ, 𝐑ᴇᴠᴇɴɢᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang