𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 9

1.6K 156 5
                                    

🪐𝑑𝑖𝑝𝑒𝑙𝑢𝑘𝑚𝑢, 𝑑𝑢𝑛𝑖𝑎 𝑘𝑢 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢 𝑘𝑎𝑛
𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 ℎ𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡𝑚𝑢 𝑘𝑢 𝑠𝑒𝑚𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑖𝑚𝑝𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ
ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑛𝑎𝑚𝑎𝑚𝑢
—ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘𝑚𝑢

~~~
𝘎𝘰𝘳𝘦 𝘴𝘢𝘥𝘪𝘴𝘮, 𝘳𝘢𝘱𝘦, 𝘣𝘭𝘰𝘰𝘥, 𝘩𝘢𝘳𝘴𝘩☹☠

𝐋ᴜsᴛ, 𝐎ʙsᴇssɪᴏɴ, 𝐕ɪᴄᴛɪᴍ, 𝐄ɢᴏ, 𝐑ᴇᴠᴇɴɢᴇ

𝚂𝚎𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚊𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚕𝚞𝚜𝚊𝚗 𝟽 𝚝𝚊𝚑𝚞𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚕𝚞 ~

      Jaemin menghubungi Jeno yang berjanji untuk menemaninya membuat kreasi yang akan mereka gunakan saat acara kelulusan mereka minggu depan. Tapi sedari tadi Jeno tidak bisa dihubungi, dan pesannya pun belum dibalas. Dia berpikir mungkin Jeno masih sibuk. Akhirnya dia memutuskan membeli bahan yang diperlukan ke toko dekat alun-alun taman kota sendirian, dan Jeno bisa menyusulnya nanti. Disana berderet toko-toko yang menjual apapun secara lengkap dari ujung ke ujung. Mulai toko alat tulis, memasak, roti, souvenir, kain dan lain-lain.

      Belum sempat mencapai tempat yang dituju, bajunya ditarik anak kecil berpenampilan lusuh yang sangat menyedihkan. Dia meminta uang untuk pengobatan neneknya yang sedang sakit dirumah. Si anak bercerita dia tidak punya orang tua dan hanya ada neneknya yang perlu dibawa ke rumah sakit segera. Tak tega dengan kondisi anak itu dan sang nenek, Jaemin dibawa ke rumahnya untuk minta bantuan sekedar menggendong nenek ke rumah sakit terdekat.

      Begitu sampai di gang gelap yang sempit, Jaemin diikuti seseorang dibelakangnya. Merasa tak nyaman, dia meminta anak kecil tadi untuk berjalan cepat-cepat sampai kerumahnya. Tapi sampai dibelokkan pertigaan dia tidak menemukan anak itu. Dia tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa jejak. Jaemin yang tak tau arah, mencari sambil memanggil-manggil tapi tak ada sahutan.

      Diputuskannya kembali berbalik arah karena dia mulai tersesat. Tapi yang didapati malah beberapa orang datang padanya, mungkin sekitar enam atau tujuh orang. Dan diantaranya ada yang berjalan sempoyong seperti sedang mabuk sambil membawa botol alkohol berwarna hijau.

      Seperti skenario dalam film, dia dilecehkan. Baik kata-kata kotor maupun sentuhan fisik. Jaemin yang melawanpun dipukuli dan ditendang habis-habisan, wajah, pelipis, pipi, dagu, hidung, dada, ulu hati, perut dan punggung, seluruh tubuh sebagai sasaran mereka. Jaemin hanya sanggup menutupi kepala dan kakinya agar masih bisa kabur seperti yang dicontohkan diacara televisi yang kadang ditontonnya.

      Ketika mereka lengah, Jaemin berusaha kabur dengan tertatih-tatih. Hampir mencapai mulut gang dia meraih tembok struktur batu bata dengan satu tangannya. Sedang satu tangan melambai minta tolong.

      Itu Jeno, dia disana.

      Jeno

      Jeno, tolong aku

      Jeno-ya

      Tepat didepan sana dia melihat Jeno berciuman dengan Renjun dengan mesra. Dia tak menghiraukan apa yang terjadi, badannya sudah remuk, kepalanya pening, beberapa lukanya mengeluarkan darah segar.

      Dia meminta tolong dengan berteriak lirih tapi masih didengar. Jeno menoleh begitupun Renjun, tapi Jeno tak banyak bereaksi, menatapnya datar kemudian dia sibuk dengan ponselnya.

      Apa dia tak melihatnya? Renjun? Dia melihat kearah pergelangan tangannya, gelangnya. Gelang yang mereka buat beberapa waktu lalu.

      Renjun, tolong aku Renjun. Jaemin sudah tak bisa berkata-kata bahkan sedari tadi perkataannya tak jelas karena tendangan mereka yang kuat bertubi-tubi menghiasi tubuhnya. Bahkan dia sudah batuk berdarah beberapa kali.

𝐋ᴜsᴛ, 𝐎ʙsᴇssɪᴏɴ, 𝐕ɪᴄᴛɪᴍ, 𝐄ɢᴏ, 𝐑ᴇᴠᴇɴɢᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang