Chapter 21

1.2K 115 27
                                    

🌬️𝑎𝑘𝑢 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑘𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑖𝑟𝑎𝑛𝑘𝑢
𝑎𝑝𝑎𝑙𝑎𝑔𝑖 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑢𝑛𝑖𝑎? 𝑖𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘𝑘𝑢
𝑠𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑖𝑡𝑢𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑘𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑖𝑛𝑡𝑎

~~~

𝐋ᴜsᴛ, 𝐎ʙsᴇssɪᴏɴ, 𝐕ɪᴄᴛɪᴍ, 𝐄ɢᴏ, 𝐑ᴇᴠᴇɴɢᴇ

      Penyergapan Changbin terjadi dengan cepat dan mudah, bawahan Lee Jeno meringkus dan membawanya ke titik pertemuan mereka dimana mereka akan menyerahkannya pada sang majikan untuk dieksekusi dihadapan Jaemin. Hanya saja dalam perjalanan, Johnny dan pasukannya yang sudah mengikuti sejak awal juga ikut turut serta. Dan dibelakang-pun juga ada Jaehyun, Dongmin, Kun tak ketinggalan pula Mingyu. Mereka bertugas mengawal Jaehyun menjemput Jaemin.

      "Ada kata terakhir?" Jeno sudah menodongkan moncong pistol ke dahi Changbin yang berlutut di depannya.

      Changbin menoleh ke tempat Jaemin berada sedikit jauh dari Jeno. "Cih, bagaimanapun aku akan mati juga. Harusnya kau mati saja waktu itu."

      "Brengsek!!" lantaran kesal, Jeno menghajar rahang Changbin dengan bogeman. Setidaknya untuk melampiaskan sedikit kemarahannya.

      Jaemin yang melihat dari kejauhan berjalan mendekat. Meyakinkan diri agar bisa menghadapi semua ketakutannya. Cepat atau lambat dia harus menyelesaikan semua. "Jangan membunuhnya, Jeno-ya. Biar aku saja." Jaemin mengulurkan tangan meminta pistol yang berada digenggaman Jeno.

      Dengan senang hati pria Lee memberikannya.

      Memandang Changbin yang terkapar diatas rerumputan yang masih basah karna hujan. Wajahnya datar seperti tanpa perasaan "Benar, seharusnya aku mati saja waktu itu. Aku mengalami banyak kesulitan karenanya. Dan melahirkan anak yang belum siap aku berikan kasih sayang.”

      “Anak yang seharusnya hidup bahagia dengan limpahan kebersamaan orang tua. Tapi justru harus terbelenggu denganku yang hampir gila dan bergantung pada obat. Sungguh ..anak yang malang."

      Changbin dan Jeno yang berada didekatnya tersentak kaget. Begitupun yang lain menunjukkan raut yang sama "A-anak?" tetiba saja Changbin merasa aneh didadanya. Sengatan seperti listrik seakan mencubit hatinya.

      Pandangan Jaemin tidak berubah. "Entah anak siapa diantara kalian. Mungkin jika Jaehyun tidak bersamaku waktu itu, aku sudah lama mati. Jika dia tidak menggenggam tanganku mungkin aku sudah bunuh diri bersama dengan anak itu. Anak yang tidak bisa sepenuhnya aku sayangi karena ada darah salah satu dari kalian yang mengalir. Aku tidak membencinya, —tapi juga tidak mencintainya. Dia sesuatu yang ingin aku hapus dari hidupku, karena setiap kali melihatnya aku mengingat kalian. Aku mengingat setiap perlakukan menjijikkan kalian ditubuhku." Jisung-ah berikan Papa kekuatan.

      Jaemin berjongkok didepan Changbin yang menatapnya tapi bukan pada Jaemin yang menjadi fokus pria itu. Pikirannya terbang entah kemana.

      "Anakku tapi aku tidak bisa memeluk selayaknya dia anakku.”

      “Beberapa tahun berlalu, aku melewatkan bagaimana dia bertumbuh. Aku tak pernah memeluknya semenjak dia lahir karena aku merasa kotor."
Jisung-ah, Papa akan melakukan yang terbaik untukmu.

      "Aku berharap mati tapi aku juga tidak ingin mati. Aku merasa kehilangan diriku sendiri."

      Jaemin menatapnya dalam, menghela sebelum melanjutkan kalimatnya. Memikirkan lagi seorang bocah yang disayanginya jauh dari tempatnya berada.

𝐋ᴜsᴛ, 𝐎ʙsᴇssɪᴏɴ, 𝐕ɪᴄᴛɪᴍ, 𝐄ɢᴏ, 𝐑ᴇᴠᴇɴɢᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang