unexpected creature [bonus]

735 45 5
                                    

Teriknya matahari pulau Bali membuat mata Yeri menyipit karena silau. Dia lupa membawa kaca matanya dan kali ini dia mendapat parkir yang mengharuskannya berjalan ke dalam kedai kopi kekinian.

Suasanya kedai kopi kekinian ini cukup ramai dan membuatnya berdiri di antrean panjang.

Yeri mengambil ponsel, dia berencana akan ke Ubud bersama dengan Raline. Segera Yeri bertanya pada Raline, apakah Raline ingin dibelikan minuman di sini.

Omong-omong tentang Raline, Yeri bertemu dengan Raline saat dirinya berkunjung ke salah satu beach club di Seminyak. Raline menangis saat bertemu Yeri di keramaian beach club dan perempuan itu meminta maaf pada Yeri karena Raline memilih menghilang tanpa memberi tahu Yeri kebenaran tentang Jaehyun.

"It's okay Raline. Sulit berada di pihakmu."

Raline menggelengkan kepalanya. "Unnie. Seharusnya aku mengatakan hal itu padamu bukannya lari."

Dan sejak pertemuannya dengan Raline, Yeri ditemani oleh Raline di sini.

"Seperti biasa ya." pesan Yeri kepada barista itu. Saking seringnya Yeri datang, hampir semua barista mengenali Yeri. Yeri bahkan bisa empat kali datang ke sini karena suka minum americano. "Yah ini untukmu." Yeri menyelipkan tiga lembar uang seratus ribu rupiah pada barista yang melayaninya.

Sebelum Yeri melangkah keluar, perhatiannya tertuju pada etalase kue. Tiba-tiba saja Yeri ingin makan red velvet. Sesuatu yang manis untuk menemani pahitnya americano yang dia minum. Dia kembali mengambil antrean. 

"Sebaiknya kurangi konsumsi kopi di tengah kehamilan."

Sebuah suara mengagetkan yeri dan dia hampir saja menjatuhkan americano dan ponsel yang dia pegang. Yeri menoleh, mendapati seorang wanita dewasa di belakangnya. 

"Maaf, tapi aku sedang tidak hamil."

Wanita itu mengerutkan kening, kemudian meneliti penampilan Yeri dari atas hingga bawah. "You are pregnant, Miss. Aku seorang dokter obygn dan sering menemukan hal seperti ini. Sebaiknya periksakan dirimu ke rumah sakit."

Tidak ingin memperpanjang obrolannya, Yeri keluar dari antrean kemudian melangkah keluar dari kedai kopi ini. Moodnya langsung berubah saat wanita tadi mengatakan dirinya hamil. Yeri sadar tiga bulan terakhir, selama dirinya di Bali pola makan Yeri berantakan dan dirinya tidak pernah olahraga. Nafsu makan Yeri bertambah karena stress post-divorce yang dia alami. 

Mobil yang Yeri kendarai melaju menuju kediaman Raline yang berada tidak jauh dari kedai kopi kekinian tadi. Lalu lintas yang cukup padat, harus membuat Yeri menghela napas. Ditambah lagi pengendara motor yang menyelinap di antara space kosong jalan, membuat dirinya kaget.

Rupanya Raline tengah menunggunya di depan villa tempat Raline tinggal. Raline segera masuk ke dalam mobil kemudian mendekatkan dirinya dengan pendingin mobil.

"Bali so hawt!"

"Forget about it. Raline, do I look pregnant?"

Raline menoleh dan langsung memperhatikan perut Yeri. "No..." jawab perempuan itu lalu menggelengkan kepalanya. "You look like tidak bab selama sebulan." kemudian disusul tawa cekikikan Raline yang membuat Yeri mendengus. "Nah! I'm just kidding."

"Seorang perempuan melarangku minum kopi bcs she thought that I am pregnant." jelas Yeri. "And she introduce herself as obygn."

Raline terdiam, dia kembali memperhatikan Yeri yang duduk di balik kemudi dengan seksama.

"What if we go to hospital?"

***

"Apakah Anda mengalami menstruasi?"

Yeri menggeleng pelan. "Aku berpikir itu terjadi karena stress."

"Kau mengingat kapan terakhir menstruasi?"

"That was five or four months ago."

"Ah iya..." Dokter perempuan itu mengangguk. "Silakan berbaring di sana." dia menunjuk sebuah bed yang bersekat tirai berwarna pink yang senada dengan tema ruangan ini.

Dibantu oleh seorang perawat di sana, Yeri naik dan berbaring. Yeri menaikkan bajunya dan menurunkan sedikit celananya saat dokter akan mengoleskan gel. Rasa dingin adalah hal yang pertama kali Yeri rasakan.

"Rileks saja."

Yeri mengangguk pelan, dokter perempuan ini menyadari bahwa jantung Yeri saat ini sedang berdegup kencang.

Mata Yeri memperhatikan pergerakan monitor di hadapannya. Yeri paham betul apa yang saat ini sedang terlihat di monitor itu.

"Kau melihatnya?"

"Yah." jawab Yeri pelan.

Yeri kembali duduk di kursi setelah membersihkan gel yang berada di kulitnya. Dia tau jawabannya. 

"Dilihat dari ukurannya... Enam belas minggu."

"Yah."

"Kau harus mulai makan yang bergizi dan minum susu. Aku akan memberikanmu beberapa vitamin."

Yeri hanya mengangguk.

"Perutnya masih terlihat rata?" Raline berkomentar. Tentu saja Raline syok mengetahui bahwa Yeri tengah hamil. Perceraiannya dengan Jaehyun belum genap empat bulan dan kini Unnienya ini malah hamil.

Dokter itu tersenyum, "sering terjadi. Dia tidak ingin memperlihatkan dirinya. Dia bersembunyi. Dia takut mereka akan menyingkirkannya."

Selama perjalanan pulang Yeri hanya diam, dia tidak mood untuk berbicara. Raline mengemudikan mobil Yeri menuju resort yang menjadi tempat tinggal Yeri selama di sini.


***


Sulit menjelaskan perasaan Yeri sekarang. Ini adalah kebodohannya, saat akan bercerai bukannya pisah rumah, dia dan Jaehyun malah tinggal bersama dan mereka hampir tiap malam berhubungan badan.

Yeri memandangi foto hasil usg tadi. Dia menghela napas. Kemudian Yeri menyimpan foto itu di dalam laci kamar. 

Satu persatu pakaian Yeri tanggalkan hingga kini dirinya hanya memakai bra dan panty. Yeri berdiri di cermin besar di dry area kamar mandinya. Memperhatikan tubunya yang kini tengah mengandung calon anaknya. 

Yeri berpikir dia tidak akan mampu membesarkan anak sendirian, nyatanya kini dia bisa. Pengalaman Yeri mengurus Jihan membuat Yeri sedikit banyak belajar. Selama masa kehamilan, Yeri banyak membaca buku parenting dan semakin menjaga dirinya. 

Keluarga Kim tentu saja terkejut saat mengetahui Yeri hamil. Saat itu, keluarga Junmyeon tiba-tiba datang ke Bali dan melihat kondisi Yeri dengan perut buncit. Junmyeon sedikit memarahi Yeri karena adik kesayangannya itu tidak memberi tau keluarga dan Junmyeon khawatir Yeri akan kenapa-napa.

Karena saat dirinya resmi berpisah dengan Jaehyun, Yeri tidak pulang ke rumah Kim melainkan ke rumah nenek. Dia tau Papa Kim akan berusaha mendekatkan Yeri dengan lelaki lain dan Yeri tidak suka itu.

Jia lahir tanpa proses panjang. Sepertinya anak itu paham bagaimana kondisi Mamanya. Yeri tetap memberi marga Jung karena Jia adalah anak Jaehyun. 

Jia tumbuh sebagai anak penurut dan mandiri. Jia ramah dan murah senyum pada semua orang. Memiliki sifat periang namun Jia terkadang suka memaksa hal-hal yang dia inginkan. Ada satu kebiasaan yang Jaehyun turunkan ke Jia, adalah tidak suka buah alpukat. Jika Yeri adalah maniak alpukat, maka Jia adalah tim oposisinya. Dan untuk turunan yang lain adalah tinggi badan. Jia seperti titan, sama seperti Jaehyun.


***


Terima kasih karena sudah membaca cerita ini. Aku harap kalian suka dengan endingnya ya. hehe :)) ^.^ Mohon ditunggu untuk beberapa chapter selanjutnya!

Tulis di sini untuk kesan dan pesan kalian <3

SPACES [ JAEHYUN X YERI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang