spaces :10

1K 70 4
                                    

HAPPY READING!


*****



Aroma pastry dari kafé ini sangat memanjakan indra penciuman Yeri. Perempuan itu sudah sepuluh menit di sini, menunggu Letta. Dan Yeri sudah memesan berbagai hidangan dan hampir setengahnya sudah tandas.

Kunyahan Yeri terhenti saat ia melihat orang yang dia tunggu datang. Letta datang dengan wajah cemas.

"Bibi!"

"Duduklah dulu. Pesan makanan yang kau suka!"

Yeri harus pandai mengontrol dirinya, agar ia tidak emosional pada Letta. Maka dari itu, Yeri memilih diam menikmati makanannya.

Tidak lama setelah Letta memesan, hidangannya datang. Letta terlihat tidak bersemangat saat menikmati hidangan di hadapannya.

"Tolong jangan beritahu Ayah dan Ibu," cicit Letta. "Aku mohon, Bibi."

Yeri memalingkan wajahnya. Dia tidak sanggup menatap Letta.

"Aku akan menyelesaikan ini semua, dan kembali ke Seoul secepatnya."

"Your father won't let you walk alone, here. Kau mengerti maksudku?"

Letta mengangguk pelan. 

"Bagaimana kau akan menyelesaikan masalahmu? Sebentar lagi, kau akan co-ass dan bagaimana menjalani co-ass jika kau mengandung?"

"Abortion"

"Gosh! Are you crazy, Letta?!" Yeri tidak habis pikir dengan jalan pikiran Letta. Perempuan di hadapan Yeri adalah seorang calon dokter, dan seharusnya calon dokter memiliki pemikiran dewasa. 

"Katakan pada orang tuamu atau kau tidak akan pernah melihatku lagi..."

"Bibi," lirih Letta.

"Aborsi akan membahayakan nyawamu."

"Lalu apa? Papa dan Mama akan mengusirku? Biarkan aku mati. Untuk apa aku tetap hidup, jika hanya menjadi boneka Papa dan Mama?"

Letta menunduk, air mata juga sudah membanjiri pipinya. 

"Biarkan dia tumbuh, Letta. Aku percaya orang tuamu tidak akan marah."



***


Pandangan Jaehyun tidak lepas dari wanita di depannya. Bagaimana wanita itu presentasi, menjelaskan program dari perusahaannya. Kerja sama antara perusahaan Jaehyun dengan perusahaan tempat wanita ini bekerja, baru akan dimulai. Dan kini, sedang di tahap observasi. Jaehyun juga tidak bisa mengambil keputusan tergesa-gesa, karena posisinya kini hanya sementara. Kendali utama masih ada pada kakaknya. 

Tidak terasa, lima belas menit berlalu. Usai sudah observasi terakhir ini, tinggal menunggu keputusan final. 

"Bagaimana jika makan malam bersama?" tawar klien Jaehyun. "Anggap saja sebagai ucapan terima kasih?"

Dan Jaehyun langsung menyambut ramah tawaran kliennya. Lelaki itu sempat bertemu pandang dengan wanita yang dari tadi ia perhatikan. 

"Mr. Jung, saya akan menunggu di bawah." pamit sekretaris Jaehyun pada lelaki itu. 

Kemudian, beberapa orang lainnya keluar dari ruangan, menyisakan Jaehyun dan wanita itu. 

"Umji-ya!" panggil Jaehyun pada wanita itu. "Aku bangga melihatmu tadi." puji Jaehyun, tidak lupa menyematkan senyuman.

Umji hanya tersenyum mendengarnya. Dia tidak bisa berkata apa-apa karena ia sangat gugup. 

Klien Jaehyun membawa mereka ke sebuah restoran bintang lima di pusat kota. Memesan sejumlah hidangan mahal beserta anggur yang harganya juga tidak kalah mahal. Jaehyun duduk di seberang Umji. Jaehyun tau bahwa Umji sengaja tidak menatapnya. 

Selama berlangsungnya makan malam, klien Jaehyun tidak henti-hentinya memuji kredibilitas perusahan Jaehyun dan perusahaannya. Serta impact jika mereka berkolaborasi. Klien Jaehyun tidak lupa juga memuji bagaimana loyalitas Umji selama di sana. 

"Sepertinya Mr. Jung dekat dengan Umji?" tanya klien Jaehyun.

"Mr. Jung sudah men--"

"Dia teman lamaku," Jaehyun dengan cepat memotong ucapan sekretarisnya. 

Klien Jaehyun tersenyum mendengar jawaban Jaehyun. Dia memiliki harapan semoga kedekatan Jaehyun dengan Umji bisa membawa keberuntungan bagi perusahaan miliknya. 

Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Seharusnya Jaehyun sudah pulang daritadi, namun pesta anggur yang ditawarkan kliennya membuat Jaehyun tidak enak hati untuk menolak. Selama pesta anggur berlangsung, ia hanya mencicipi sedikit saja. Jaehyun sedang tidak ingin mabuk. 

Umji juga hanya terlihat meminum jus dan soda, wanita itu tidak menyentuh alkohol sedikitpun. 

"Mau kuantar?" tawar Jaehyun pada Umji

"Tidak perlu. Apartemenku tidak jauh dari sini." tolak Umji halus

"Tidak jauh dari sini, tapi kau memesan taksi? Ayolah Kwon Umji..."



***


Seharian berurusan dengan permasalahan Letta,  membuat Yeri menjadi tidak bertenaga. Ketika Yeri sampai di apartemen, kondisi apartemen masih sepi. Yeri juga tadi tidak mengirimi Jaehyun pesan.

Perempuan itu langsung menuju kamar, membersihkan wajah terlebih dahulu. Namun, tidak lama kemudian, Jaehyun datang. Lelaki itu mendapati wajah sembab Yeri. Apakah Yeri melihatnya dengan Umji?

"Kau baik-baik saja?" tanya lelaki itu, segera menghampiri istrinya.

Yeri hanya mengangguk lemah. 

"Kau menangis, Yeri. Apakah kau memiliki masalah? Apakah Jihan kenapa-napa?"

Tidak ada jawaban dari Yeri. Jaehyun cemas. Dia segera memeluk Yeri dan Yeri langsung menangis lagi.

"Katakan padaku, apa yang terjadi?"

"Letta hamil."

Dan Jaehyun menghela napas tenang.




SPACES [ JAEHYUN X YERI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang