Mentari menyinari pagi yang indah. Burung berkicau dan cahayanya yang menyelusup lewat celah jendela yang terbuka, membangunkan seseorang yang masih terlelap dalam tidurnya.
Nadine Ananta Adiratna
Atau yang biasa di panggil Nadine.
Nadine masih ternyenyak dalam tidurnya, entah apa yang terjadi didalam mimpinya sampai enggan membuka matanya.
Ini adalah hari Minggu dan yang pasti hari dimana kita sebagai umat manusia akan melaksanakan yang namanya bersantai-santai, menghabiskan hari minggu ini dengan tidur sampai siang.
Begitupun yang dilakukan Nadine, namun semua itu sepertinya harus ia kubur dalam-dalam. Karena lelaki yang berada satu atap bersamanya yang akan selalu mengganggu hari Minggunya.
Sangkara Khan Audinata.
Seperti sekarang, Nadine yang masih tertidur harus terpaksa bangun akibat suaminya yang membangunkannya minta dibuatkan sarapan.
Iya, tidak salah baca. Suami
Nadine menguncir asal rambutnya lalu melangkah masuk kedalam kamar mandi dan keluar dengan muka yang lebih terlihat segar.
Nadine keluar kamar dan menuju dapur yang tak jauh dari kamar tidurnya.
" Mau makan apa? " tanya Nadine tidak santai. Sangkara nampak berfikir sejenak sebelum ia mengatakan apa yang diinginkan.
" Lama, nasi goreng ajalah, " Sangkara mengangguk.
Nadine mulai menyiapkan bahan-bahan, seperti cabai dan bawang, kecap dan bahan lainnya.
Tidak sampai 30 menit, satu piring nasi goreng sudah tertata di meja makan. Nadine menyajikan didepan suaminya lalu memberi sendok.
Sangkara mulai memakannya. Nadine menyelusupkan kepalanya di kedua tangannya yang terlipat.
Tak pernah terbayangkan dibenaknya kalau ia akan menikah dengan laki-laki lumpuh. Iya, Sangkara lumpuh.
Ini terjadi karena kakaknya yang enggan di jodohkan oleh Sangkara. Ia terus meminta pada Bunda untuk tidak menikahkannya dengan Sangkara.
Bunda beralih kepada Nadine, tentu Nadine awalnya menolak namun pada saat itu ayah terkena stroke dan memohon terus padanya agar Nadine ingin menikah dengannya.
Tentu ini tidak bisa di tolak, pada akhirnya inilah kenyataannya. Nadine harus menikah dengan laki-laki yang memiliki cacat di kakinya.
Walau tidak adil rasanya namun Nadine terus menjalankan pernikahan ini sampai tak terasa kalau pernikahannya sudah berjalan 3 bulan lamanya.
Selama itu juga belum pernah ada rasa cinta didalam hatinya terhadap suaminya.
" Saya sudah selesai makan, " lapor Sangkara. Nadin. mengambil piring kotor tersebut dan menaruhnya ke wastafel.
Ia memberikan Sangkara minum. Sangkara menerimanya lalu meminumnya.
" Saya belum mandi, " ucap Sangkara, Nadine mendengus kesal.
" Mandi sendiri lah, aku ngantuk! " ucap Nadine yang ingin kembali ke kamar.
" Saya gak bisa, " ujar Sangkara. Mau tidak mau Nadine berbalik badan dan mendorong kursi roda Sangkara menuju ke kamar mandi.
Nadine mulai membasuh tubuh Sangkara. Menyabuninya bahkan menggosokan giginya.
" Mas harusnya belajar mandi sendiri, kalau aku gak ada jadi mas bisa, " ucap Nadine, Sangkara mengangguk.
Selesai mandi, Nadine membungkus tubuh polos Sangkara dan membawanya ke dalam kamar.
Didalam kamar, Nadine membantu tubuh Sangkara supaya duduk diatas kasur. Ia memasangkan semua pakaian ke tubuh Sangkara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf, Saya Lumpuh [ ON GOING ]
Ficção Adolescente" Kamu kenapa sih! Kamu marah karena perkataan aku? Bukannya itu semua fakta? Terus kenapa kamu harus marah? " " Iya Nadine, iya! " " Kalau kamu tau itu fakta, kenapa masih maksa saya untuk kerumah sakit untuk hal yang sia sia, saya gak akan pernah...