Bab 18

8 3 0
                                    

Sisi lain menara, 2037

Seorang lelaki tengah menghela napasnya. Ia menopang tubuhnya di atas pegangan menara. Netranya menatap langit yang baginya kini sempit.

Hatinya penuh harap. Jika Jack berhasil membuat kekasih masa depannya itu menerimanya, maka misi akan selesai. Meski ia tak tahu apa yang akan terjadi di masa depan kemudian.

Tangannya mengepal. Ada ketidak relaan dalam hatinya. Sebuah kekecewaan yang mendalam. Penyesalan, mengapa ia melakukan semua itu? Misi yang bahkan merugikan dirinya sendiri?

Helaan napas kembali lolos dari bibir Az. Ia menatap resah langit. Mengapa alam membiarkannya merasakan hal seperti ini? Hatinya telah hancur berkeping. Bahkan seorang baru pun tidak akan dapat menyatukan kembali kepingan itu.

Dia tahu, selamanya dia akan terus mencintai wanita itu. Sekeras apapun dia mencoba untuk berpaling. Cloe akan selalu menjadi tempatnya kembali. Entah mengapa hal itu sudah seperti hukum alam yang harus terjadi.

Netra hijaunya menatap datar ke arah pasangan yang kini sedang berbincang cukup jauh darinya.

"Benar, Jack. Buatlah dia jadi milikmu. Nyatakan perasaanmu, sudah saatnya kamu membuatnya menjadi milikmu. Selamat bahagia, Cloe, Jack,"

Sendu matanya menatap. Sesak sudah dirasa. Tapi ia merasa harus melakukannya. Demi kebaikan Cloe. Orang yang paling ia cintai.

Brugh!

Seseorang menabrak Az. Membuat keduanya sama-sama jatuh. Mengaduh. Dalam sekejap, penabrak itu berdiri. Ia mengulurkan tangannya.

"Maaf, maafkan aku. Aku tidak-"

Sejenak, mereka saling bersitatap. Sama-sama menahan rasa kejut dalam hati masing-masing.

"Apa yang kau lakukan disini?!" Tukas Az, bangkit dari jatuhnya tanpa menghiraukan uluran tangan lawan bicaranya.

Lawan bicaranya tergagap-gagap menjawab. Ia menegak ludahnya.

"Me-menghadiri pertemuan,"

Hening. Keduanya saling melempar pandangan. Jantung keduanya sama-sama berdegup kencang. Apalagi maksud alam mempertemukan mereka dalam satu ruang yang sama? Az dengan dirinya di masa lalu.

"Pertemuan apa di atas menara ini?" Tanya Az pada dirinya di masa lalu penuh selidik.

Lawan bicaranya kembali menegak ludah. Tidak percaya dengan apa yang tersaji di hadapannya sekarang.

"Bisa kita bicara sebentar?"

Remaja Az patah-patah mengangguk, mengiyakan.

"Kalau tidak salah, dia laki-laki yang 'itu' kan?"

Az menatap dirinya di masa lalu. Alam mulai menggila. Apalagi yang akan diperbuatnya?

"Pertemuan apa yang akan kamu hadiri?"

"Perjodohan. Keluargaku yang merencanakannya,"

Netra hijau Az membelalak. Perjodohan? Hentikan semua kegilaan ini. Bahkan tidak ada kata 'perjodohan' dalam kehidupan masa lalunya.

"Dengan siapa kamu dijodohkan?"

Az remaja menggeleng. Isyarat bahwa dia tidak tahu. Ia menatap sosok yang mirip dengannya itu dengan penuh selidik. Tanpa berkedip.

"Sebenarnya, siapa kamu? Aku berkali-kali melihatmu. Kamu... Selalu ada di sekitarku,"

Az tersentak mendengar pernyataan dirinya di masa lalu barusan.

"A-apa maksudmu?"

"Pada waktu itu di tepi danau. Aku melihatmu mendekati seorang gadis yang sedang menangis. Aku yang awalnya berniat untuk menghiburnya urung karena melihatmu. Namun kemudian, kalian seperti bertengkar kecil..."

Karena Kau Tak Ada [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang