Bab 1

34 8 10
                                    

Noted : Jangan memplagiat!

Jalanan kota masih padat. Angin tenang berembus menerpa kulit. Matahari telah berpindah tugas, menyinari bagian bumi yang lain. Bulan menyapa dengan jutaan lebih bintang yang sentiasa menghiasi angkasa.

"Maaf, Az," seorang wanita tengah menangis dalam kamarnya. 

Az tersenyum kecut. Pahit rasanya. Hatinya terlalu sakit menerima perkataan Cloe barusan. Sudah dua tahun lamanya mereka bersama. Namun, hubungan hangat belum pernah mereka rasakan.

"Maaf, Az," seru perempuan itu lagi dengan lirih. Az tahu, Cloe menderita hidup bersamanya. Jika bukan karena Jack--lelaki pujaan Cloe--pergi keluar negeri, Cloe tak kan mungkin menerima lamaran Az. Terlebih lagi, saat itu saat - saat terburuk bagi Cloe, Az yang selalu ada di sisinya. Dengan alasan ingin melupakan Jack, Cloe pun menerima pinangan dari Az malam itu.

Awalnya, Cloe mengira, bahwa melupakan Jack semudah yang ia bayangkan. Namun apa daya, ketika ekspektasi tak sesuai realita. Dirinya justru hanyut dalam ketakutannya sendiri. Bagai karang diterpa ombak, Az selalu bertahan dari emosi Cloe. Ia merasa iba terhadap kekasihnya, Cloe. Seharusnya, ia tak meminang gadis pujaannya itu dulu.

Az menghela napas di balkon kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Az menghela napas di balkon kamarnya. Ia menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Pikirannya kacau. Rambutnya berantakan. Ia terlihat lelah. Bertahun - tahun lamanya ia berjuang sendirian.

'Andai saat itu aku tidak meminangmu, Cloe. Maka kamu akan bahagia. Hidup dengan orang yang kamu cintai. Andai...'

Mata Az menatap langit yang gelap. Sambil menghembuskan napas kasar, dia melihat benda yang sedari tadi berada di genggaman tangan kanannya. Timechip.

"Agh..." Tangan Az mengacak rambutnya. Sedetik, dia kembali menghela napas.

'Jika memang, dua tahun terbuang sia-sia. Maka, aku memang ditakdirkan untuk melakukan hal nekat ini,' batinnya.

Lekas ia berdiri dari sofa ungu tua itu. Dengan menyemangati dirinya sendiri, ia kembali masuk kamar. Senyum hangat terpampang di wajah manisnya.

"Cloe..." Panggilnya pelan. Tiada jawaban. Namun, rupanya Cloe sudah terbaring berselimut. "Oh, dia sudah tidur," gumam Az pelan.

Diamatinya wajah kekasihnya yang terlelap itu dalam keremangan. Perih rasa kembali merengkuh relung hatinya. Namun senyumnya tak pernah dekat dengan kata luntur. Ia benar-benar mencintai sosok yang hatinya berada pada orang lain itu.

'Tenang, Cloe. Semua akan baik-baik saja,'

Az tersenyum lembut. Kakinya melangkah keluar kamar. Ia harus pergi ke rumah kakak iparnya, George.

***

Karena Kau Tak Ada [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang