Bab 22 [END]

17 3 0
                                    

Laboratorium bawah tanah, masa kini.

Malam itu, malam dimana dunia kehilangan sebuah kisah. Kisah kasih yang seharusnya menjadi indah. Yang semestinya mengabadikan suatu momen yang terarah.

Cloe memegang dadanya yang sesak di layar hologram. Menyaksikan video singkat tentang kecelakaan yang terjadi. Rekaman singkat yang ia temukan dalam file hologram beberapa hari lalu.

"Apakah kamu masih merasakan sesak ketika melihat kejadian itu?" Tanya George yang baru saja selesai menyeduh kopi.

Cloe menoleh, menatap kakak satu-satunya itu. Matanya sembab. Air mata kembali mengalir membasahi pipinya tanpa sebab.

"Ya, mengapa dadaku terasa sesak seperti ini, Kak? Air mataku selalu mengalir saat melihatnya. Sebenarnya, itu rekaman apa?"

George menyeruput kopinya. Ikut memandang layar hologram. Gerimis hujan turun membasahi bumi.

"Memang, apa yang kamu rasakan?"

Cloe menghapus air matanya yang jatuh tanpa sebab.

"Entah," jawabnya lirih. "Rasanya, seperti ada sesuatu yang menolakku untuk mengingat,"

Netra hazel Cloe kembali menatap layar. Rekaman kembali berputar dengan sendirinya.

"Tapi, apakah ada kejadian seperti itu di dalam hidupku? Apakah, itu masuk ke dalam ingatanku? Kenapa sesuatu dalam diriku seperti menolak untuk mengingat?"

George tersenyum iba. Adiknya itu terus-terusan menangis semenjak menemukan potongan rekaman singkat itu.

"Apapun itu. Jika kau merasa tidak mengingatnya, maka itu bukan ingatanmu. Itu hanya mimpimu, bukan?"

Cloe menatap George dengan tatapan pahit.

"Kalau mimpi, bagaimana bisa ada orang ini di rekaman singkat hologram?"

"Aih, kau lupa lagi? Ini adalah alat perekam mimpi, Cloe,"

George membelai lembut kepala Cloe yang kembali melamun. Tatapannya kosong. Wajahnya datar. Seperti tanpa emosi.

"Kamu siapa?!" Pekik Cloe, menepis tangan George. Memandangnya dengan tatapan kosong.

Senyum masam kembali terlukis di wajah George. Ia memandang arloji yang melingkar di tangan kirinya. Pukul satu pagi. Waktu dimana Cloe akan kehilangan ingatannya sesaat dalam dua puluh empat jam sekali. Ia di diagnosa penyakit yang lumayan parah. Menyerang otak kecil yang bertugas untuk mengingat sesuatu.

George menghela napas. Semuanya terjadi begitu saja. Secara tiba-tiba.

"Ini... Dimana?" Cloe tersenyum datar, tatapannya masih kosong.

George menghela napas lagi. Sambil tersenyum kecut, ia merangkul pundak adik perempuannya.

"Aku George, kakakmu," ujar George dengan tatapan iba, menjawab pertanyaan pertama. Cloe memiringkan kepalanya, tersenyum bingung.

"Kakak?"

George mengangguk lemah. Rekaman pada layar hologram kembali diputar ulang dengan sendirinya. Cloe kembali menyaksikannya.

Air matanya turun membasahi pipi tiba-tiba. George tersentak. Adiknya itu nampak menyentuh layar hologram. Seperti menangisi kejadian tragis yang disaksikannya.

"Az," gumamnya lirih--yang membuat George mengerutkan keningnya. Nama siapa lagi yang ia sebut?

"Ayo Cloe, aku antar kamu ke kamar,"

Air mata Cloe mengalir deras. Terlukis jelas kepedihan pada matanya.

"Az! lakukan sesuatu! Lakukan sesuatu!" Pekik Cloe. George menahan napas, meletakkan kopinya. Ia harus segera membawa adiknya untuk beristirahat.

"AZ!"

George menyentuh pundak Cloe lembut, hendak membawanya pergi untuk beristirahat. Cloe menepis tangan George dengan cepat.

"Lakukan sesuatu, Az! Lakukan sesuatu!"

Iba mata George menatap. Adiknya itu terus-terusan memanggil nama familiar yang tidak dikenalinya. Otaknya seakan menolak untuk mengingat. Sehingga George juga melupakan kisah kasih yang disimpan oleh dunia.

"Az... Az..."

Cloe terisak. George memapahnya. Meninggalkan laboratorium bawah tanah.

.

.

.

.

Secarik kertas yang direkatkan terjatuh dari meja. Terbang begitu saja, meninggalkan lembaran-lembaran dokumen yang tertimbun dengan dokumen lain. Bersamaan dengan keluarnya dua kakak beradik itu dari ruangan.

Disitulah kisah kasih yang mengharukan diabadikan. Dalam setumpuk dokumen yang dirahasiakan. Disimpan, sehingga pemimpin ruang bawah tanah pun tidak mengetahuinya.

Az dan Cloe

Karena Kau Tak Ada~Tamat~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena Kau Tak Ada
~Tamat~

Sampai jumpa di kisah selanjutnya,

Karena Kau Tak Ada Vol.2

Karena Kau Tak Ada [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang