Bab 17

7 3 0
                                    

"Apakah di masa depan, kamu benar-benar keponakanku?"

Az terdiam. Tidak menjawab. Dia balas menatap Cloe.

"Kenapa tatapannya penuh selidik? Apakah aku melakukan kesalahan yang membuatnya sadar kalau, aku bukan keponakannya di masa depan?"

Cloe menatap tajam netra hijau Az. Ia mengepalkan tangannya. Berharap Az jujur mengatakan semuanya.

"Jawablah, jawablah! Apapun yang akan menjadi jawabanmu, aku sudah mengetahui kebenarannya!"

Cloe menghela napas pelan. Dirinya penuh harap ada sebuah kejujuran yang akan terlontar dari lisan Az.

"T-tentu saja aku keponakan Bibi yang imut dan lucu,"

Az tersenyum genit--yang mengundang kegelian Cloe.

"Kenapa... Kenapa jawabannya seperti itu?"

Mata penuh selidik Cloe berubah menjadi datar. Tanpa ekspresi. Jawaban Az jelas membual. Seratus persen membual. Tidak lucu sama sekali. Cloe mendengus.

"Ya, ya, keponakanku,"

Cloe mengacak-acak rambut Az. Lagi-lagi tanpa ekspresi. Az tersenyum lega.

"Puh, syukurlah Cloe masih mempercayaiku,"

Cloe berhenti mengacak-ngacak rambut Az yang kini sudah berantakan dibuatnya.

"Ha ha ha, sangat lucu," ucap Cloe datar. Ia benar-benar kecewa atas jawaban yang diberikan oleh Az barusan.

"Tidak usah tertawa kalau tidak niat tertawa," tukas Az sambil menatap kesal 'bibinya' itu.

Cloe melipat kedua tangannya di depan dadanya, lantas berjalan pergi mendahului Az.

"Ayo pulang, Keponakan. Jangan berhenti saja. Nanti kamu tertinggal di belakang" seru Cloe lagi-lagi dengan nada datarnya.

"Ah, eh, iya!"

Az tersentak, bergerak kikuk menyusul Cloe yang sudah mendahuluinya.

"Apa aku salah mengucap sesuatu? Sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat,"

Az berusaha menatap wajah Cloe yang terus-terusan memalingkan mukanya. Cloe mendengus.

"Kamu pikir aku tidak kesal mendengar jawabanmu? Huh!"

Bola mata Cloe berputar. Hatinya benar-benar dalam keadaan jengkel yang mendalam.

"Heh, aku ini wanita. Kalau aku bertanya, artinya aku sudah tahu jawabannya. Tidak perlu berbohong! Ugh!"

Cloe terus mengomel dalam hatinya. Sambil berjalan, tidak memedulikan wajah Az yang kini kebingungan menatapnya.

"Apa susahnya sih bilang, kalau kamu adalah... Adalah..."

Cloe menggeleng sesaat, lantas mendengus. Memancing keheranan Az bertambah.

"Tidak, ya... Itu ide buruk,"

Helaan napas lolos dari bibir Cloe. Seketika, pipinya menggembung. Tanda dia kesal.

"Tapi tetap saja aku kesal!"

Az mengerutkan keningnya. Ia memperhatikan wanitanya itu menggembungkan pipi. Gemas. Tapi untuk sekarang, itu menyeramkan.

"Dia ini... Perang batin lagi, ya?"

Az menghela napas. Lagi-lagi dia tidak bisa menebak apa yang dipikirkan oleh Cloe.

"Sebenarnya, apa sih yang dia pikirkan?"

Karena Kau Tak Ada [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang