Alter ego keempat yang ditemui di tubuh Kastaman bernama Sri, ia adalah seorang istri dari narapidana kelas kakap berusia tiga puluh tiga tahun
-ooo-
Indramayu, 01 Januari 2000
Kediaman Sri di Wanguk, HaurgeulisSebelum jatah besuk para tahanan di Penjara Nusakambangan dihentikan karena eksekusi mati kian dekat dilaksanakan, Sri datang seorang diri untuk membesuk suaminya yang mendekap di penjara selama lebih dari sepuluh tahun.
Keputusan Hakim dipersidangan alot beberapa waktu yang lalu terkait dengan kasus pencabulan dan pembunuhan tujuh anak di bawah umur pun akhirnya mendapatkan hasil ketuk palu. Hakim menetapkan suami Sri yang bernama Adnan sebagai pelaku tunggal kejahatan tingkat satu dengan hukuman mati.
Setelah penetapan tanggal hukum mati dan Adnan telah ditanyai terkait permintaan terakhir oleh pihak kepolisian, ia hanya meminta untuk Sri datang melihat dirinya yang terakhir kali. Adnan meminta untuk berbicara empat mata dengan Sri selama spesifik dua jam. Sri pun dipanggil untuk datang pada hari jadi ulang tahun pernikahan mereka, 01 Januari.
Sri yang meninggalkan anaknya seorang diri di rumah datang dengan mata sembab yang sudah pasti dikarenakan menangis semalaman. Rasa cinta Sri pada Adnan begitu tinggi, sebab itu ia tidak bisa menceraikan Adnan begitu saja, ia berjanji untuk menemani Adnan sampai akhir hayat.
Singkat cerita, setelah Sri pulang dari membesuk Adnan, dengan pikiran yang kalut ia kembali ke rumahnya. Sri tidak mendapati sang anak di rumah, ia yakin jika anaknya sedang main ke rumah saudara.
Sri berjalan dengan air mata yang masih mengalir di pipinya ke sebuah ruangan.
"Ada tempat yang belum pernah kuceritakan pada siapa pun di rumah, kau harus masuk ke sana."
Perkataan Adnan yang terus terngiang di kepala Sri membuat dirinya semakin penasaran, ruangan apakah sebenarnya itu. Sri selalu mengingat ketika Adnan berkata padanya dengan volume suara yang sangat kecil seolah berbisik.
Saat sampai di kamar, Sri segera menggeser ranjang tempat tidurnya. Bagaimana bisa ia tidak mengetahui selama hidup dua puluh tahun di rumah tersebut terdapat ruangan di bawah ranjang yang ia tiduri. Sri baru menyadari mengapa Adnan selalu melarang Sri untuk membersihkan kamar tidur. Kamar tersebut selalu Adnan yang bersihkan.
"Bagaimana bisa ada pintu di bawah sini." Sri benar-benar keheranan seraya menghapus air matanya se per sekian detik.
Adnan pun tidak memberi tahu Sri soal ada apa di bawah sana, hal ini membuat Sri sebenarnya ragu untuk membuka pintu kayu tersebut. Pintu itu tertutupi sebuah permadani sehingga memang tidak terlalu terlihat jika hanya sekilas.
Sri awalnya ragu untuk membuka dan berniat untuk menelpon polisi, takut-takut jika terjadi atau terdapat sesuatu di ruangan bawah tanah tersebut ketika ia buka. Namun, dengan segala pertimbangan, akhirnya Sri membukanya secara perlahan.
Dengan jantung yang berdebar, Sri melangkah menuruni tangga. Sampai akhirnya tiba dirinya di dasar tangga kemudian menyalakan lampu.
Betapa terkejutnya Sri ketika melihat ruangan yang sangat berantakan. Terdapat kertas-kertas yang diduga penting berserakan di sana. Beberapa coretan dalam kertas menggunakan pulpen merah. Saat dirinya mengedarkan pandangan, ia mendapati di dinding ruangan penuh dengan foto-foto dan secarik informasi yang sudah ditempeli paku payung dan beberapa ditarik menggunakan benang merah berpola.
Sri berjalan mengelilingi ruangan dengan niat menginvestigasi. Ia menemukan tumpukan foto yang begitu mengerikan. Mulai dari foto potongan kaki anak kecil, sebuah foto puting anak kecil yang sudah diiris, kemudian foto-foto tidak enak dipandang lainnya. Merasa ada yang tidak beres, Sri pun bergegas kembali ke ruangan atas dan menelpon polisi.
Masih di hari yang sama, pada malam harinya seteleh polisi datang dan menginvestigasi rumah Sri, mereka mendapatkan sebuah petunjuk yang benar-benar di luar dugaan. Ruangan tersebut adalah bisa dibilang sebagai ruang kerja Adnan. Adnan mengkoleksi dan melakukan pola kejahatannya di ruangan tersebut. Bahkan target-target berikutnya sudah ia rencanakan. Salah satunya adalah anaknya sendiri.
Saat Sri dan investigator sedang berbincang terkait temuan dari ruangan tersebut. Pusat Panggilan Darurat Indonesia (Call Center 112) mendapati sebuah telepon dari seorang anonim yang melaporkan ditemukan sebuah jasad Jembatan Salamdarma. Telepon tersebut langsung terhubung ke panggilan investigator yang sedang berbicara dengan Sri.
Di saat yang bersamaan, Sri mendapat telpon dari kakaknya yang memang rumahnya ada di sekitar Jembatan Salamdarma.
"Halo, ada apa, Ndok?" tanya Sri.
"Mbak Sri! Ade, Mbak Sri!" Seseorang yang disebut Ndok oleh Sri tersebut menangis.
"Ade? Kenapa sama Ade?" Ade adalah anak Sri yang ia tinggalin sejak pagi tadi dan tidak pulang ke rumah.
"Ade jatuh dari Sasak Salamdarma, Mbak!"
Mendengar hal itu, Sri pun langsung lemas. Ia menangis sejadi-jadinya. Investigator yang tadi sedang berbicara padanya pun bertanya pada Sri yang masih menangis.
Korelasi kembali didapatkan. Seorang anonim yang menelpon investigator ternyata melaporkan orang yang sama dengan Ndok.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Kastaman: The Untold Story
Mystery / ThrillerIstilah yang sudah marak dipakai sejak awal abad ke-19 lagi-lagi menjadi sebuah malapetaka. Istilah ini dicetuskan oleh seorang psikolog saat dirinya meneliti terkait gangguan identitas disosiatif. Alter ego .... Banyak orang yang mengklaim gangguan...