Ego 11. Azi

16 5 0
                                    

Alter ego kesebelas yang ditemui di tubuh Kastaman bernama Azi, ia adalah seorang bayi berusia tiga tahun

-ooo-

Sumatera Utara, 20 Februari 2000
Kediaman keluarga Azi di Pematang Siantar

Sedikit berbeda dengan anak seusia lainnya, Azi yang berusia tiga tahun masih memiliki keterbelakangan pertumbuhan. Dirinya masih sulit untuk berjalan, bahkan untuk sekadar berbicara pun Azi masih tidak jelas.

Orang tua Azi tidak pernah telat membawa anaknya ini ke dokter untuk pemeriksaan rutin dan pemberian asupan gizi untuk tumbuh kembang sang anak. Namun, takdir berkata lain, pertumbuhan Azi memang selambat itu. Beberapa kali bahkan Azi drop dengan kondisinya ini dan tidak jarang Azi masuk ke rumah sakit untuk diopname.

Meski begitu, tubuh Azi tetap tumbuh dengan semestinya. Semuanya lengkap. Hal ini lah yang menjadi semangat orang tua Azi untuk terus merawat sang anak. Azi yang murah senyum pun sangat jarang menangis. Karena masih kesulitan berjalan, Azi memanfaatkan kekuatan lututnya untuk merangkak.

Keluarga Azi pindah ke Pematang Siantar dari Medan atas dasar membuang bala. Menurut saudara dari keluarga Ibu Azi, mereka akan terus terkena sial jika tetap tinggal di Medan. Namun, bukannya menjadi lebih aman. Keluarga Azi setelah pindah ke tempat baru ini tidak ada perubahan, bahkan sang ayah justru terkena PHK masal dari tempat kerjanya.

Cobaan demi cobaan selalu menyerang keluarga mereka tanpa henti. Rasanya seperti ingin menyerah saja, berkali-kali ibu menangis atas kondisi ini. Sang ayah yang tidak bisa berbuat apa-apa pun hanya bisa menenangkan istrinya dan berusaha sebaik mungkin untuk tetap menghidupkan keluarga.

Hal yang sudah tidak mengherankan ketika ibu menukarkan sendok makan ke warung sebagai barang barter untuk berbelanja kebutuhan makan. Bagaimana dengan saudara mereka? Tidak ada yang bisa menolong ibu dan ayah, semua bernasib tidak jauh berbeda dengan keluarga Azi.

Pemeriksaan Azi ke dokter dan pengobatan untungnya ditanggung oleh asuransi kesehatan anak, sehingga mereka tidak perlu pusing memikirkan biaya pengobatan. Asalkan bukan penyakit serius yang menimpa mereka, mereka sedikit lega.

Sejak memasuki umur dua tahun, Azi memang sudah terbiasa tidur sendirian di kamar yang berbeda dengan kedua orang tuanya. Azi merupakan anak yang tidak rewel, sehingga ibu dan ayah tidak khawatir meninggalkan Azi sendirian di kamar berbeda. Alasan kedua orang tuanya meninggalkan Azi untuk tidur sendiri adalah agar Azi bisa mandiri dan tidak manja meskipun dirinya tumbuh dengan lambat.

Malam itu, ibu terbangun sekitar pukul dua malam. Ia merasakan mulas hingga langsung bergegas ke kamar mandi untuk buang air besar. Setelah urusan perkamar mandian itu selesai, ibu kembali ke kamar, tetapi dirinya hendak mengintip sang anak yang sedang tidur terlebih dahulu.

Ibu berjalan menuju kamar Azi dan langsung membukanya saat sudah sampai. Kamar yang remang-remang hanya terdapat lampu tidur berwarna merah terlihat di samping tempat tidur. Saat ibu melihat ke arah tempat tidur, dirinya dibuat kaget karena tidak mendapati Azi di sana. Ia bergegas masuk dan mencari Azi di ruangan tersebut.

Saat ibu mendekati lemari pakaian Azi, ia mendengar sesuatu yang janggal di sana. Suara Azi terdengar dari dalam lemari tersebut. Azi seperti sedang bermain dengan seseorang.

"Kau punya dua?"

"Haha, aku punya satu ini."

"Kau suka? Aku menyukainya ini."

Kalimat-kalimatnya kian lama terdengar semakin janggal. Merasa ada yang tidak beres, ibu pun bergegas membuka lemari pakaian Azi.

Azi langsung menoleh ke arah ibu dengan tatapan kosong, mata menghitam, dan menyodorkan sebuah apel yang tengah digigitnya kemudian tersenyum.

"Ibu? Mau apel? Hehe."

[END] Kastaman: The Untold StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang