Alter ego kesembilan yang ditemukan di tubuh Kastaman bernama Johan, ia adalah seorang remaja berusia delapan belas tahun
-ooo-
Yogyakarta, 01 September 2017
Suatu Lokasi Di Gunung KidulKeputusasaan hampir menghampiri dirinya, saat mendapati bahwa Johan lagi-lagi tidak diterima di kampus impiannya. Johan mendaftar Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi dan tidak diterima, ia juga mendaftar jalur lainnya, tetapi tetap tidak diterima.
Sebenarnya jika ia terlahir dari keluarga kaya raya, Johan tidak akan sepusing ini. Ia bisa saja mendaftar di perguruan tinggi swasta asalkan punya uang. Johan juga sesungguhnya bukan anak yang bodoh, ia selalu mendapatkan ranking satu. Namun, mungkin memang bukan rezekinya untuk diterima pada saat itu.
Beberapa kali Johan bulak-balik ke sekolah lamanya untuk mengurus tandatangan dan lain sebagainya. Orang tuanya mengatakan jika dia ingin berkuliah, maka harus setidaknya mendapatkan beasiswa penuh. Karena jika tidak, orang tua Johan tidak akan bisa membiayai pendidikannya.
Bulan September ini hampir seluruh perguruan tinggi negeri sudah menutup pendaftaran untuk jalur Mandiri. Maka itu, sudah dipastikan Johan tidak akan mendapat kesempatan untuk berkuliah di tahun ini.
Bagaimana pun Johan sangat berat hati untuk menerima kenyataan tersebut. Sebagai penganut agama yang sangat taat, Johan pun memutuskan untuk mengabdi di gereja dekat rumahnya terlebih dahulu. Setiap sekolah minggu ia akan mengabdi di sana, juga ketika hari-hari biasa ia akan membantu Pastur untuk mengurus gereja.
"Johan, Le. Kenapa kamu memilih untuk mengabdi di sini daripada mencari pekerjaan selagi menunggu pendaftaran kuliah tahun depan?" tanya Sang Pastur seraya berdiri dengan tangan di belakang memandang ke arah langit.
"Aku lebih nyaman di sini. Pikiranku bisa tenang di sini. Lagipula tidak masalah aku mendekatkan diri pada Tuhan, siapa tahu kegagalanku itu disebabkan oleh dosa-dosaku." Johan berjalan mendekat dan turut berdiri di samping Pastur.
Tidak ada balasan lagi dari Pastur, keduanya hening. Disebabkan hari sudah hampir larut, Johan pun berpamitan pada Pastur untuk pulang.
Sesampainya di rumah, Johan merebahkan dirinya di kasur dengan sesekali melamun meratapi hidupnya. Sesaat setelah itu, Johan mendapati telepon dari seseorang yang sudah sangat ia kenal.
"Halo, Om Rey?" panggil Johan dengan nada yang terdengar kelelahan.
"Le, kamu di mana? Om ada sesuatu yang mau disampaikan ini," ujarnya dengan suara yang berwibawa.
Johan tahu jika om-nya ini adalah seorang Pastur juga. Namun, karena letak rumah mereka sangat jauh, jadi Johan memang tidak memilih gereja di sana sebagai tempat mengabdi.
"Di rumah, Om. Ke sini aja kalau mau bicara atau bisa di telepon. Johan lagi senggang ini." Johan yang tadinya sedang rebahan pun langsung duduk di kasurnya untuk mendengarkan dengan saksama.
"Om dengar kamu mengabdi di gereja Felix, ya?" tanyanya, tetapi sebelum Johan menjawab, Rey sudah melanjutkan. "Begini, om mau tawarkan kamu mengabdi di gereja om. Iya memang letaknya jauh dan pelosok, kamu juga gak akan mau, tapi di sini om bisa beri kamu jaminan untuk bisa berkuliah di Universitas pilihan kamu, tidak masalah itu swasta atau negeri jalur mandiri, tanpa beasiswa, tidak masalah. Gereja om akan tanggung semuanya."
Mendengar penjelasan dari Rey, Johan sebenarnya sedikit kebingungan. Bagaimana dirinya bisa dibiayai gereja sedangkan gereja tersebut juga letaknya di pelosok Gunung Kidul. Namun, tidak ingin berpikiran negatif, Johan pun mengajukan beberapa pertanyaan.
Om Rey adalah orang yang sangat baik. Meski dirinya tidak terlalu dekat dengan Johan, lain halnya dengan kedua orang tuanya. Maka dari itu, dengan berbagai pertimbangan yang cukup berat, Johan pun mengiyakan tawaran omnya.
"Kalau bisa, besok kamu sudah ke sini, ya. Ada acara pensucian besok di sini, kau harus ikut serta." Rey langsung menutup teleponnya setelah mendengar persetujuan Johan.
Johan yang tadinya ingin rebahan dan tidur bermalas-malasan pun segera membereskan barangnya. Saat orang tuanya pulang dari sawah, Johan langsung meminta izin dan sudah barang tentu dirinya pasti mendapatkan izin dari orang tuanya itu. Tidak lupa, Johan pun menghubungi Pastur Felix untuk meminta izin keluar dari pengabdian gerejanya.
-ooo-
Yogyakarta, 02 September 2017
Gereja Rey, Gunung KidulSetelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Johan sampai di depan rumah Rey yang letaknya ternyata tepat di samping gerejanya. Pada awal melihat gereja tersebut, Johan sebenarnya lumayan tercengang karena ia mendapati bangunan gereja tersebut sangat besar dan megah. Ini di luar ekspektasi dirinya saat sebelum datang.
Johan di sambut dengan hangat oleh Rey yang pada saat itu sudah berpakaian rapi ala pastur. Dirinya dibawa terlebih dahulu ke rumahnya untuk mengganti baju dan berbincang ringan.
Hari ini ternyata adalah hari kesucian gereja di daerah itu. Satu acara sakral yang sebenarnya Johan tidak pernah tahu itu akan diadakan di dalam gereja. Johan hanya mengikuti arahan dari sang paman saja agar dirinya tidak mengacaukan acara.
Singkat cerita, acara pun dimulai. Johan berdiri melingkar bersama sekitar sembilan lelaki muda lainnya di sebuah ruangan di dalam gereja tersebut.
Tidak lama kemudian Rey pun datang. Namun, alih-alih mengenakan pakaian pastur, Rey sama sekali tidak mengenakan pakaian. Ia bertelanjang bulan berjalan ke arah tengah ruangan. Dengan pidato-pidatonya ia menjelaskan terkait ritual pensucian ini.
Anehnya, Johan di sana tidak merasakan kejanggalan apa pun. Sesuai perintah Rey, seluruh lelaki di sana harus menanggalkan seluruh pakaiannya juga. Pada saat itu, Johan langsung menurutinya.
Satu hal yang Johan akhirnya ketahui adalah bahwa seluruh laki-laki yang ada di sana itu merupakan lelaki perjaka dan dianggap masih suci. Johan sendiri memang masih perjaka, karena dalam hidupnya ia sama sekali tidak permah memikirkan hal demikian.
Tidak lama kemudian, hampir selusin perempuan tanpa busana pun memasuki ruangan tersebut. Sesuai dugaan, mereka jelas langsung melakukan adegan dewasa termasuk Johan. Berdasarkan instruksi dari Rey, semuanya melakukan itu dengan cara bergantian setiap sepuluh menit sekali.
Di ujung ritual, Rey menjelaskan jika dalam kurun waktu satu bulan perempuan terakhir yang melakukan ritual bersama mereka hamil, maka sang lelaki akan mendapatkan apa pun yang ia mau.
Hal ini juga sesuai dengan apa yang dijelaskan Rey pada Johan. Maka itu, Johan yang sudah gelap mata pun tidak peduli apa yang sudah ia lakukan ini sebenarnya adalah perbuatan dosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Kastaman: The Untold Story
Mystery / ThrillerIstilah yang sudah marak dipakai sejak awal abad ke-19 lagi-lagi menjadi sebuah malapetaka. Istilah ini dicetuskan oleh seorang psikolog saat dirinya meneliti terkait gangguan identitas disosiatif. Alter ego .... Banyak orang yang mengklaim gangguan...