Alter ego keenam belas yang ditemui di tubuh Kastaman bernama Agung, ia adalah seorang lelaki berumur tujuh belas tahun yang putus sekolah
-ooo-
Magelang, 23 Maret 1978
Pemugaran Kedua Candi BorobudurLelaki bertubuh kurus menatap lekat-lekat pada beberapa pekerja dari kejauhan. Ia akhirnya bisa melihat proses pemugaran kedua Candi Borobudur yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dan UNESCO. Pada saat itu, sebenarnya proses pemugaran tidak boleh disaksikan untuk masyarakat umum. Namun, karena perlakuan anak-anak nakal yang penasaran seperti Agung, larangan tersebut jelas tidak menjadi hambatan bagi dirinya.
Agung tidak bersekolah pada hari Kamis ini, bukan karena ia malas, tetapi memang ia sengaja putus sekolah dengan alasan dia tidak menyukai belajar. Agung lebih memilih untuk menjadi petani dan membantu orang-orang saja di pasar. Padahal sebenarnya keluarga Agung bisa dibilang sebagai keluarga yang berkecukupan. Namun, tidak ada yang bisa mengganggu pemikiran anak tersebut memang.
Agung yang bersembunyi dibalik semak belukar dengan beberapa ilalang yang sudah menggores-gores kulitnya sejak tadi pun akhirnya memutuskan untuk melihat lebih dekat lagi. Sebagai informasi, Agung beberapa kali melakukan kegaduhan di desanya. Kali ini saja, Agung pergi berjalan sekitar sepuluh kilometer untuk hanya sekedar melihat proses pemugaran ini.
Setelah sekiranya sudah cukup dekat, ia menyusun batu-batu untuk digunakan sebagai tameng dirinya menjadi tempat persembunyian. Hari itu, entah bagaimana penjagaan di proyek pemugaran tersebut tidak terlalu ketat seperti biasanya. Sehingga dengan leluasa Agung bisa melihatnya. Meski jika ketahuan ia akan diusir juga.
Tidak lama kemudian, ada satu hal yang benar-benar menarik perhatian Agung. Tiga gulungan terlihat seperti sutra yang juga diikat dengan kain berwarna warni hijau, merah, dan biru. Kain tersebut Agung rasa sama jenisnya dengan gulungan bertuliskan tulisan Mandarin Tradisional itu, yakni sutra.
Agung dengan sifat rebelnya langsung tertarik dengan gulungan tersebut dan berniat untuk mengambilnya. Namun, sebelum itu, jelas ia tidak sebodoh yang orang-orang kira. Agung mengamati situasi terlebih dahulu. Bagaimana cara untuk dirinya bisa berlari secepat super hero untuk mengambil gulungan kuno tersebut.
Sifat penasaran Agung mengalahkan semuanya. Sempat terbesit pikiran untuk tidak mengambilnya, tetapi itu semua nihil. Agung tetap ingin bergerak dan mengambil gulungan tersebut.
Berdasarkan dari ingatan Agung, dirinya pernah melihat gulungan persis sama dengan yang ia lihat saat ini pada saat dirinya pergi ke rumah neneknya yang memang asli Tionghoa. Ia pernah bertanya pada sang nenek terkait gulungan itu. Neneknya berkata jika itu adalah ong yang sangat rahasia. Di rumah neneknya ada satu dan kini Agung berpikir jika itu adalah gulungan yang sama. Apabila dirinya mengambilnya, akan jauh lebih saktilah dari ong milik neneknya.
Berlandaskan konspirasi tersebut, Agung membulatkan tekad dan mulai mengendap-endap untuk mengambil tiga gulungan kuno tersebut. Gulungan tersebut belum diamankan, sehingga masih diletakkan di atas batu besar di dekat prasasti yang paling besar.
Sesampainya ia di tempat di mana gulungan tersebut diletakkan, tanpa basa-basi Agung langsung lari menjauh. Jelas hal tersebut mendistraksi para pekerja yang sedang melakukan pemugaran di sana.
Teriakan "Maling!" pun terdengar, tetapi dengan tekad yang kuat, Agung masih terus berlari hingga ia mendengar suara ledakan peluru yang se per sekian detik kemudian pandangannya menghitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Kastaman: The Untold Story
Mystery / ThrillerIstilah yang sudah marak dipakai sejak awal abad ke-19 lagi-lagi menjadi sebuah malapetaka. Istilah ini dicetuskan oleh seorang psikolog saat dirinya meneliti terkait gangguan identitas disosiatif. Alter ego .... Banyak orang yang mengklaim gangguan...