Ego 14. Lani

10 2 0
                                    

Alter ego keempat belas yang ditemui di tubuh Kastaman bernama Lani, ia adalah seorang mahasiswa jurusan forensik berusia dua puluh lima tahun

-ooo-

Yogyakarta, 12 Desember 2012
Universitas Gadjah Mada

Menempuh pendidikan sebagai spesialis ahli forensik bagi Lani adalah sebuah keterpaksaan dan tuntutan dari keluarga. Sebenarnya ia sama sekali tidak tertarik dengan bidang kedokteran. Sejak kecil, Lani memiliki cita-cita sebagai polisi wanita, tetapi hal itu tidak direstui oleh orang tuanya, karena terdapat satu kepercayaan yang benar-benar melekat di keluarga Lani adalah tidak ada cucu dari nenek mereka yang bisa berhasil menjadi polisi.

Namun, meskipun menjalani dengan rasa keterpaksaan, tidak bisa dipungkiri, Lani mampu menjadi mahasiswa yang berprestasi di kampusnya. Lani bisa lulus sarjana dengan cepat dan langsung lanjut mengambil sekolah profesi untuk mengambil gelar spesialis ahli.

Hari itu, lani mendapati ujian akhir untuk pemeriksaan terhadap jasad asli yang sudah dibekukan. Pemeriksaan ini ada kaitannya dengan pasien yang semasa kecilnya sudah disuntik vaksin polio dengan pasien yang sama sekali tidak pernah disuntik vaksin polio. Tugas mahasiswa adalah untuk menemukan perbedaan yang siginifikan dan korelasi dari kejanggalan-kejanggalan kondisi mayat tersebut.

Lani mendapatkan giliran untuk melakukan penelitian di sore hari. Penelitian dibagi menjadi beberapa hari dan Lani mendapati hari pertama kloter terakhir. Tidak ada yang aneh sejak awal penelitian mulai. Lani sesekali menoleh ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul enam sore.

Sebenarnya Lani adalah orang yang penakut, ia tidak bisa ditinggal sendirian di dalam ruangan. Apalagi kondisinya saat ini Lani sedang bersama dua mayat asli yang sudah dibekukan di hadapannya. Lani tidak pernah berhenti berdoa sejak pertama dirinya menginjakkan kaki ke dalam ruangan.

Ujian kali ini tidak ada yang mengawasi. Para mahasiswa diminta untuk melakukan penelitian mandiri dan mempresentasikan hasil ujiannya sehari setelah mereka menganalisa mayat tersebut. Lani yang sebenarnya mual melihat mayat yang lumayan bau itu terlalu lama, akhirnya bisa menyelesaikannya tepat ketika adzan isya berkumandang.

Lani bergegas meninggalkan ruangan tersebut dan mematikan seluruh lampunya. Ia langsung ke toilet untuk mencuci tangan. Bayangan-bayangan Lani terkait jasad tadi masih berputar di otaknya. Pikiran-pikiran negatif terkait kemungkinan yang akan terjadi terus berdatangan. Sampai akhirnya ketika Lani mencuci mukanya di toilet, sekilas ia melihat ada seseorang yang masuk ke bilik toilet di belakang dirinya.

Lani berpikir itu bukan hal yang aneh awalnya. Ia jelas mengetahui jika itu adalah manusia, karena suara pintu bilik yang ditutup terdengar di telinga Lani. Suara air keran dari bilik tersebut pun mulai terdengar. Lani merasa lega karena dirinya ternyata tidak sendirian di dalam toilet.

"Lani, kau sudah selesai?" Seseorang dari balik bilik tersebut tiba-tiba memanggil Lani.

Lani langsung terdiam saat sabun cuci muka masih menempel di wajahnya. Ia mengingat-ingat suara tersebut karena merasa familiar.

"Eh, iya, nih. Sudah selesai, aku baru aja keluar dari ruangan." Lani yang tidak kunjung menemukan jawaban siapa sebenarnya orang tersebut pun tidak menghiraukannya.

"Kamu berani, ya?" tanya seseorang itu lagi.

Lani yang sedang membasuh wajahnya pun tersenyum. "Yah, mau gak mau, supaya dapat nilai."

Tidak ada balasan dari seseorang yang ada di balik bilik tersebut. Suara air keran masih berbunyi dan sesekali terdengar ada suara sepatu yang bergeser. Lani sempat menoleh sedikit ke arah bayangan di lantai, ia semakin lega karena melihat ternyata ada bayangan di sana yang berarti seseorang di balik bilik tersebut benar manusia.

"Aku balik asrama duluan, ya." Lani yang sudah selesai dengan urusannya pun langsung bergegas pergi.

Baru Lani sampai di pintu keluar, terdengar kembali suara dari dalam bilik. "Eh, tunggu, bareng aja. Kamar kita sebelahan, biar aku ada temannya. Aku Evita ini."

Mendengar hal itu, Lani pun terdiam. "Oke, aku tunggu di depan, ya." Evita adalah teman dekat Lani di asrama sekaligus teman sekelas Lani.

Lani pun keluar toilet dan berdiri di samping pintu masuk. Suasana kampus malam itu sudah sangat sepi. Apalagi di daerah tempat Lani berada. Lorong toilet gedung fakultas kedokteran di lantai tiga memang sangat mencekam. Lani menunggu cukup lama sampai akhirnya ponsel miliknya berdering.

Tertampil nama seseorang di layar kaca ponsel Lani. "Evita?" gumam Lani.

Alih-alih mengangkat telpon tersebut, Lani justru malah menoleh ke dalam toilet. Ia mendapati seseorang yang tadi di dalam bilik tersebut kini sedang ada di tempat cuci muka tempat Lani tadi. Gadis itu sedang mencuci muka. Perawakannya memang seperti Evita yang Lani kenal.

Ponsel Lani pun bergetar tertanda ada pesan masuk. Pesan itu dari Evita yang mengatakan, "Masih di mana kamu? Aku ke kamar, kamu masih belum pulang?"

Melihat pesan tersebut mata Lani semakin terbelalak, kakinya terasa kaku, ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Seseorang yang sedang membasuh wajah tersebut berhenti dan berkata seraya tersenyum.

"Sudah tahu sekarang?"

[END] Kastaman: The Untold StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang