Alter ego keenam yang ditemukan di tubuh Kastaman bernama Heni, ia adalah seorang remaja tanggung berusia delapan belas tahun
-ooo-
Wonosobo, 31 Maret 2020
UNBK SMA Negeri 1 KertekSeorang gadis berambut panjang selutut terlihat berjalan tergesa-gesa dengan pengikat rambut di pergelangan tangan kanannya. Pakaiannya rapi mengenakan seragam putih abu sedikit kebesaran.
Ini adalah langkah terakhir bagi Heni yang telah lama mengenyam duduk dibangku sekolah. Masa-masa yang menurut orang lain menyenangkan. Heni sebagai anak yang kurang bisa bergaul dengan orang lain, merasa dirinya hanya memiliki teman yang dapat dihitung menggunakan jari.
Bukan masalah kuper, tetapi Heni memang tidak disukai oleh teman-teman yang lain. Heni yang terlalu ambisius menjadikan dirinya seperti robot. Beberapa kali Heni mencoba bergaul dengan orang lain, tetapi pembahasannya tidak pernah ada yang nyambung.
Sebagai gadis yang lahir dan tumbuh di Wonosobo, Heni tidak pernah menuntut banyak dari orang tuanya. Ia tahu jika kedua orang tuanya hanya seorang pengrajin tampah. Berlandaskan hal demikian, Heni memiliki tekad bahwa dirinya harus bisa mengangkat derajat kedua orang tuanya.
Duh, terlambat, nih.
Masih bergelut antara gerakan kaki dan mengikat rambutnya, Heni akhirnya tiba di sekolah yang ternyata sudah sepi. Ia tahu jika para peserta ujian sudah memasuki ruangan. Tidak biasanya Heni terlambat seperti ini. Dengan panik ia segera lari ke lab komputer untuk mengejar keterlambatannya.
Karena rambutnya yang beberapa kali menghalangi dirinya saat berlari, tidak jarang Heni tersandung dan hampir jatuh. Hal ini sesuai dugaan, Heni menabrak seseorang sampai keduanya tersungkur di bawah tangga menuju lab komputer.
"Eh, maaf, Pak Har." Kepanikan Heni semakin bertambah setelah mengetahui ternyata seorang guru Bimbingan Konseling yang ia tabrak.
"Hmmm, gimana semalam tidurnya, nyenyak?" tanya guru tersebut.
Harianto adalah seorang guru BK baru di SMA Negeri 1 Kertek. Usianya masih dua puluh dua tahun. Tinggi badannya sekitar 175 sentimeter dengan berat badan proporsional. Harianto adalah guru incaran semua siswi di sekolah tersebut, biasanya para siswi suka menggoda Harianto apabila bertemu di koridor atau di kantor.
"Gara-gara bapak, aku jadi terlambat," gerutu Heni seraya bangun dari tersungkurnya.
"Hehe, maaf, kan bapak mau ketemu ibu sama bapak kamu di rumah." Harianto turut menolong Heni untuk berdiri, tetapi Heni langsung menarik tangannya dan menjauh.
"Gak boleh gitu, Pak. Ini di sekolah." Heni berbisik diikuti senyuman manis dari Harianto.
Hubungan antara Harianto dan Heni memang lebih dari seorang guru dan siswa. Mereka sudah menjalin hubungan yang lebih serius jauh sebelum Harianto diterima sebagai guru BK di sekolahnya. Namun, keduanya tentu saja merahasiakan terkait hubungan ini. Rencananya, setelah Heni lulus dari Sekolah Menengah Atas, Harianto akan langsung melamarnya.
Singkat cerita, Heni memang benar terlambat sekitar tiga puluh menit untuk ujiannya di hari kedua. Ini membuat dirinya sangat kesal. Heni berjalan perlahan ke luar ruangan untuk bergegas pulang. Perbincangan dengan Harianto tadi berujung dengan permintaan maaf Harianto untuk mengantar Heni pulang.
Beberapa kali Heni menelpon Harianto, tetapi tidak kunjung diangkat. Merasa bahwa Harianto masih lama keluar dari ruangannya, ia pun mengirim pesan pada Harianto untuk pergi ke toilet terlebih dahulu.
Setelah pesan terkirim, Heni berjalan perlahan menuju toilet perempuan di belakang gudang samping ruang guru. Toilet itu memang jarang sekali dimasuki oleh siswa karena letaknya yang jauh dari kelas. Bilik di toilet tersebut hanya ada dua, Heni berjalan menuju bilik ujung karena bilik pertamanya tertutup rapat.
Baru saja Heni hendak masuk ke dalam bilik, pintu bilik pertama pun terbuka. Keluarlah seorang perempuan dengan wajah yang kaget saat melihat Heni. Tidak jauh lebih kaget lagi, saat Heni melihat ternyata ada seorang lagi di dalam toilet tersebut.
"Pak Har?" Heni mendapati Harianto yang juga sama terkejutnya seraya membetulkan celananya yang sebelumnya masih melorot.
Tanpa basa-basi lagi, Heni pun menangis dan berlari pergi dari sana. Tidak lama dari belakang, Harianto mengejar Heni sambil sesekali memanggil-manggil Heni. Beberapa orang yang masih ada di sekolah pun sudah pasti melihat kejadian kejar-kejaran antara guru BK dan siswanya itu.
Heni berlari sekencang mungkin dengan air mata yang membanjiri pipinya. Harianto tidak peduli lagi dengan orang-orang di sekolah, ia mengejar sambil menjelaskan kepada Heni. Harianto meminta maaf dengan alasan dirinya khilaf. Harianto sudah beberapa kali didapati dekat dengan perempuan berhijab itu, tetapi kejadian di toilet tadi sangatlah di luar dugaan Heni.
Harianto mengaku bahwa dirinya tidak tahan melihat Heni sejak semalam, dirinya datang ke rumah Heni untuk meminta setidaknya satu kecupan di pipi. Namun, karena di rumah Heni ada orang tua, keduanya tidak bisa leluasa melakukan hal itu. Maka itu, di sekolah tadi Harianto kebablasan dan berhubungan dengan perempuan berhijab tersebut.
Heni melewati gerbang sekolah dan langsung menyeberang jalan tanpa menengok ke kanan dan ke kiri terlebih dahulu. Sampai akhirnya satu mobil truk dengan kecepatan penuh tak ayal menghantam Heni dengan telak. Semua orang yang ada di sana dengan jelas melihat kejadian naas tersebut.
Saat mobil truk tersebut berhenti setelah menyeret Heni sejauh dua ratus meter. Tubuh Heni yang tersangkut di bemper truk itu pun sudah hancur dibagian kepala sampai kaki. Darah berhamburan di mana-mana. Terlihat satu cairan yang menggumpal seperti otak keluar dari kepala Heni. Mulut Heni yang menganga dan pipinya masih basah dengan air mata, menjadi pemandangan paling mengerikan dalam hidup Harianto.
Bersama dengan rasa bersalah, Harianto berteriak sambil menangis. "Heni! Maafkan aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Kastaman: The Untold Story
Mystery / ThrillerIstilah yang sudah marak dipakai sejak awal abad ke-19 lagi-lagi menjadi sebuah malapetaka. Istilah ini dicetuskan oleh seorang psikolog saat dirinya meneliti terkait gangguan identitas disosiatif. Alter ego .... Banyak orang yang mengklaim gangguan...