Ego 5. Aldian

20 6 0
                                    

Alter ego kelima yang ditemui di tubuh Kastaman bernama Aldian, ia adalah seorang anak laki-laki berusia lima tahun

-ooo-

Jakarta Barat, 25 Desember 2022
Kediaman Keluarga Aldian di Kapuk

Kesibukan dini hari di Jakarta sudah tidak mengherankan lagi bagi setiap orang yang tinggal di sana. Betapa bisingnya kakek penjual ayam goreng yang suaranya tidak kalah keras dari ibu penjual nasi uduk di Pasar Dangdut.

Lain halnya dengan satu keluarga kecil yang masih berkutat dengan kesibukannya di dalam rumah. Aldian yang tiba-tiba bangun langsung mendekat ke arah ibunya di dapur dengan jalan yang sedikit terhuyung.

"Bun, adek mimpi," ujar Aldian sambil menabrakkan diri dari belakang.

"Eh, eh, awas panas ini minyak." Sang Ibu memaklumi anaknya yang manja ini memang sering bertingkah demikian.

"Adek mimpi, Bun. Mau cerita." Aldian pun segera menarik kursi dan duduk di dekat sang ibu yang sedang memasak untuk sarapan.

"Iya, gimana, Dek?" Ibunya masih menanggapi sang anak.

"Adek lihat ada angin kencang, menggulung berjalan sangat cepat menghantam rumah kita. Nah, Adek lihat juga rumah-rumah hancur, Bun. Seram, Adek takut." Suara Aldian bergetar saat bercerita demikian.

"Itu hanya bunga tidur, tidak perlu khawatir." Ibu mencoba menenangkan Aldian.

Sesekali ibu melirik ke arah Aldian melihat bahwa anaknya ini melamun. Satu anugerah yang dimiliki oleh Aldian adalah semua mimpi yang ia alami selalu menjadi kenyataan. Namun, tidak jarang sesuatu yang biasa disebut dengan anugerah ini menjadi malapetaka.

"Adek jangan melamun, ah. Masih pagi, pamali." Merasa khawatir dengan kondisi Aldian, sang ibu yang sudah selesai masak pun turut duduk di samping Aldian.

"Adek takut aja, Bun." Meski Aldian masih berusia lima tahun dan baru mau masuk sekolah dasar, pemikiran anak tersebut sudah dewasa, berbeda dengan tingkah lakunya yang masih manja.

"Adek sarapan, daripada melamun tidak jelas," ujar sang Ibu. "Panggil ayah di kamar."

Aldian sebagai anak penurut langsung membangunkan sang ayah. Sesampainya di kamar, Aldian terdiam memandangi seorang pria yang masih tertidur lelap dengan mulut menganga dan kaos pendek tersingkap.

"Ayah, bangun." Alih-alih mendekat dan menepuk perlahan, Aldian malah memanggil seolah berbisik dari daun pintu.

"Kalau kamu bangunkan begitu, Ayah gak mungkin bangun, Dek." Dari belakang ternyata ibu mengikuti Aldian.

Singkat cerita, setelah sang Ayah bangun dan ketiganya berkumpul di ruang makan. Mereka pun langsung sarapan bersama. Tidak ada perbincangan yang signifikan di antara mereka saat sedang makan.

Karena dirasa terlalu sepi, Aldian merengek meminta sang ibu untuk menyalakan televisi dan memutar film the simpson kesukaannya.

Di tengah pemutaran film, Aldian menanggapi sesuatu yang menurutnya terlihat familiar. "Yah, itu apa?" tanyanya.

Ayah Aldian adalah seorang Ilmuwan BMKG sehingga beberapa kali Aldian tertarik dengan teknologi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, ia selalu bertanya pada sang Ayah.

"Itu Tornado Early Warning System. Di Indonesia masih belum punya," jelas Ayah.

"Tapi, benda itu muncul di mimpi adek tadi, Bun." Aldian kembali mengkonfirmasi terkait mimpi yang menurunya sangat mengerikan tadi.

"Adek mimpi apa?" tanya sang Ayah karena belum dapat cerita dari Aldian.

Aldian kembali menceritakan lebih lengkap terkait mimpinya di hadapan Ayah dan Ibu. Keduanya memperhatikan setiap perkataan anaknya yang bercerita. Ketidaknyamanan Aldian saat menceritakan hal itu tergambar dari munculnya keringat disekujur tubuhnya.

Tidak lama setelah Aldian bercerita, terdengar dari luar suara gemuruh yang sangat keras. Diiringi dengan suara teriakan orang-orang. Tanah di rumah Aldian pun ikut bergetar seiring dengan kejadian tersebut.

Merasa ada yang tidak beres, Aldian pun menangis dengan nasi kunyahan masih ada di dalam mulutnya. Sang Ayah segera menggendong Aldian dan menarik tangan Ibu untuk berlari menuju ke luar rumah.

Saat sampai di luar rumah, betapa terkejutnya mereka. Melihat sekumpulan udara yang berputas membentuk hubungan antara awan gelap dengan permukaan tanah.

"Itu! Ayah, Bunda! Itu angin yang ada di mimpi Adek!" Aldian menangis menjerit-jerit.

"Itu ... Tornado."

Sesaat sang ayah berkata demikian, semua menjadi gelap. Tidak ada yang bisa dirasalagi oleh Aldian. Tubuhnya menjadi ringan seolah terbang dengan jantung yang sudah tidak berdetak.

[END] Kastaman: The Untold StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang