Song for this chapter:
Sam Smith feat. Normani - Dancing With A Stranger🌸🌸🌸
"Udah segede gini, masih aja tidur tengkurap. Tahu nggak, sih? Tidur tengkurap cuma bikin kamu berumur pendek dan bikin tulangmu cepat keropos. Kalo masih muda udah keropos, gimana caranya kamu bisa nikah dan lahirin anak?"
Samar-samar aku mendengar suara Mama mengomel. Apa omelan itu ditujukan untukku? Tunggu dulu. Seingatku aku nggak sedang berada di rumah, jadi kenapa aku bisa mendengar suara omelan mamaku?
Apa aku lagi mimpi?
Mimpiin mamaku ngomel? Segitu kangennya aku sama beliau?
"Mau sepanas apa pun hawanya, kalau lagi keringetan, jangan langsung mandi. Dinginin dulu itu badan sampai keringet kering. Papa kamu dulu juga gitu, suka banget keringetan basah langsung mandi. Dibilangin susah. Makanya penyakit jantungnya sering kumat."
Aku mengernyit. Dari mana Mama tahu aku sekarang kepanasan banget dan kepingin mandi? Padahal masuk ke kamarku juga belum. Mama masih aja gitu, mentang-mentang Papa udah meninggal karena sakit jantung, orang serumah ditakut-takutin. Dikit-dikit dilarang dan bawa-bawa penyakit Papa. Iya, sih... emang kalo Mama ngomel gitu artinya emang sayang sama anak-anaknya, tapi kan... nggak banget gitu hal-hal kecil bikin diomelin. Akunya yang udah umur 29 tahun, masih aja dianggap anak yang baru akil baligh kemarin.
Lho, kok sunyi. Kenapa suara Mama nggak kedengaran lagi?
Sebentar, kenapa aku merasa gerah banget? Apa AC-nya mati? Siapa sih manusia laknat yang berani-beraninya matiin AC di kamarku?
Aku seketika membuka mata. Mengerjap-ngerjapkan sejenak dan membalikkan tubuh. Tidur dengan posisi tengkurap yang menjadi kebiasaan burukku cukup membuatku kerepotan saat pagi hari. Seringnya dadaku jadi tertekan dan leherku sakit. Aku punya kebiasaan mendengkur saat tidur. Konon, katanya tidur tengkurap bisa mengurangi dengkur. Makanya, sejak aku bertekad untuk tidak mendengkur lagi demi menaikkan derajatku sebagai wanita, aku jadi punya kebiasaan baru. Tidur tengkurap yang mana efeknya justru lebih buruk dari mendengkur itu sendiri.
Urgh, aku seharusnya mendengarkan Mama kalau tiap pagi aku harus bangun dengan sakit leher kayak gini. Ditambah lagi, sakit kepala yang mendadak menyerang dengan hebat.
Aku masih bertanya-tanya, kenapa aku nggak mendengar suara Mama lagi. Sampai mataku sepenuhnya terbuka aku mulai merasakan keganjilan. Aku tidak ingat mengecat kamarku dengan cat warna terakota seperti dinding di kamar ini. Belum lagi gerah yang aku rasakan. Saat aku meraba-raba tangan untuk meraih remote AC, aku menyadari di samping ranjangku, tidak ada nakas tempatku biasa menaruh remote AC. Aku memperhatikan tanganku yang terulur keluar dari selimut, menyadari sesuatu yang paling mengejutkan tatkala selimut yang membungkus tubuhku melorot turun.
Aku nggak mengenakan selembar pun baju.
Bagaimana bisa? Kenapa aku nggak mengenakan apa-apa? Aku tidak sedang berada di kamarku sendiri dan tidur dengan telanjang hanya dibungkus selimut. Astaganagaaaa.... apa yang sedang aku lakukan?
Ini jelas bukan di rumah Mama, tapi suara siapa yang tadi aku dengar? Apa aku selelah itu sampai mendengar suara-suara Mama dalam tidurku?
Dengan takut, aku melirik ke samping. Aku bisa mendengar suara kebat-kebit jantungku saking aku takut mengulangi kesalahan yang sama. Rasanya aku ingin menghantamkan besi ke kepalaku sendiri saat aku melihat sosok pria bertelanjang dada, tapi masih mengenakan celana jins hitam berbaring memunggungiku.
Oh, shit. What have i done?
Aku melihat tubuh pria itu beringsut. Buru-buru aku merapatkan selimutku lagi, menutupi area dadaku yang sungguh-sungguh tidak berbalut kain sehelai pun. Aku susah payah mengingat-ingat apa yang terjadi sampai aku dan pria asing ini sampai tidur seranjang. Apa aku melakukan 'itu' dengan pria ini? Hanya aku yang telanjang bulat sementara pria itu tidak. Masih mungkin kalau kami tidak sempat melakukannya, bukan? Tapi, kenaapa bagian bawah tubuhku terasa berdenyut dan sakit?
KAMU SEDANG MEMBACA
Through My Lens
ChickLitPetra Larasati, si kutu loncat dalam pekerjaan dan dalam hal segala hal, termasuk percintaan. Doyan jatuh cinta, tapi tidak pernah menjalin hubungan serius. Di antara banyak job yang ia lakukan, Petra memutuskan untuk yang menjadi fotografer di seb...