Song for this chapter:
Mandy Moore, Zachary Levi - I See The Light🌸🌸🌸
Setelah tarik ulur yang panjang antara konsep pernikahan yang ingin diterapkan untuk proyek big wedding tahun ini, which is kemungkinan akan jatuh di tangan pasangan Aksa Hendriatmadja dan Liviana 'Ivy' Calista, Belle Ame akhirnya memutuskan konsep pernikahan yang diharapkan memenuhi selera dua sejoli itu adalah: DISNEY WEDDING.
Para rekanan dan yang terlibat dalam proyek pernikahan ini sudah berkumpul pagi-pagi sekali di ruang meeting. Aku masuk paling belakangan—karena untuk orang yang bukan morning person, bangun pagi adalah siksaaan—dan sudah tertinggal beberapa diskusi penting. Bu Sandra menatapku sedikit melotot seolah jika saja tidak ada meeting hari ini, aku bisa segera dicincang seketika.
Aku menatap wajah-wajah yang sering kutemui jika kami sedang menyiapkan proyek pernikahan. Aurora yang meng-handle dekorasi dan urusan entertainment, Rose yang adalah pemilik bridal, lalu Flo sang pengusaha katering dan terakhir ada Willow yang juga rekan sekantor denganku.
Salah satu keuntungan klien saat menggandeng Belle Ame sebagai partner untuk wedding organizer adalah, mereka nggak perlu pusing memilih vendor lain untuk mengurusi satu-satu divisi dalam pernikahan. Belle Ame sudah menggandeng vendor andalan yang memiliki kualitas yang dicari para klien dan sudah terbukti profesional di bidangnya.
Hanya saja untuk konsep pernikahan saat ini, aku penasaran apa yang mereka pikirkan.
Rose sudah pasti bakalan sibuk menyiapkan pernak-pernik gaun yang akan dikenakan pengantin dan para bridesmaid, terutama jika gaun itu harus mengembang dan penuh renda.
Rose adalah pemilik bridal salon yang wajahnya terlihat cukup antusias setelah nama Disney Wedding disebutkan oleh Bu Sandra.
"Any special request from our mighty client? Misal... Apa harus merujuk ke salah satu Disney Princess? I dont know mungkin Elsa atau Jasmine?" Tanya Rose.
"Jasmine dari Aladdin? Actually, gue malah tertarik yang kayak gitu tuh. Bayangin setting-nya ala-ala negeri timur tengah, terus ada tari perutnya," sahut Aurora yang tampak sumringah dengan membayangkan apa yang bisa dilakukannya untuk membuat pesta pernikahannya meriah.
"Lalu, kalau beneran pake tema Aladin, makanannya apa mesti dibikin makanan arab juga gitu?" Flo nimbrung dengan wajah ogah-ogahannya. Lalu semuanya terdiam. Jika orang yang baru pertama kali kenal Flo mungkin akan mengira gadis itu nggak berminat dan agak sinis, tapi kenyataannya dia manusia paling masuk akal di sini dan cenderung... polos.
Urusan dekorasi dan gaun memang bisa bereksplorasi, tapi kalau urusan perut, agaknya klien bisa kena epilepsi kalau memaksakan harus full konsep timur tengah untuk makanan di acara pernikahan.
"Untungnya mereka nggak punya preferensi khusus untuk film Disney yang mana karena calon pengantin prianya kurang antusias dengan ide Disney Wedding ini. Jalan tengahnya adalah kita hanya mengambil sisi Disney yang umum. Kastil, kuda putih, pangeran, putri, kereta kencana, gaun mengembang, dekorasi serba putih. Selebihnya, kita hanya perlu menyesuaikan dengan hal-hal yang lebih modern." Bu Sandra menjelaskan dengan hati-hati.
"Proses kreatif kita akan mulai dari sekarang, khususnya untuk perencanaan. Paling enggak, waktu kita dua minggu untuk brainstorming ide sama klien tentang ide-ide kalian, kecuali Petra."
Aku mengangguk-angguk. Sepertinya ide Disney Wedding dilontarkan sejak pertemuanku dengan pasangan Livi dan Aksa saat mereka membicarakan tentang pemotretan yang mereka inginkan menjadi jurnal perjalanan cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through My Lens
ChickLitPetra Larasati, si kutu loncat dalam pekerjaan dan dalam hal segala hal, termasuk percintaan. Doyan jatuh cinta, tapi tidak pernah menjalin hubungan serius. Di antara banyak job yang ia lakukan, Petra memutuskan untuk yang menjadi fotografer di seb...