Song for this chapter:
Rihanna - Unfaithful🌸🌸🌸
Aku benar-benar berharap Livi nggak serius saat meminta konsep foto pre-wedding yang ia inginkan adalah bertema "perjalanan cinta". Yah, setidaknya ini masih lebih baik ketimbang ngotot untuk berfoto bak Disney Princess seperti yang ia inginkan sebelumnya, karena aku nggak mungkin mengikuti mereka berkeliling ke setiap negara yang menjadi lokasi syuting film Disney. Syukurlah, meski konsep pernikahannya tetap ala-ala negeri dongeng, nggak begitu halnya dengan foto pre-wedding. Akhirnya mereka mau mendengarkan saranku yang menyebutkan bahwa "less is more". Tentu saja dengan menyakinkan mereka, skill-ku cukup oke untuk membuat mereka menyetujui usulku.
Aku sudah mengajukan jadwal dan timeline shoot sampai acara pernikahan. Setelah perjanjianku dengan Rose yang sepakat di awal aku belum akan mengadakan sesi pemotretan yang melibatkan gaun pengantin, aku memutuskan untuk mengelompokkan shoot tanpa gaun pengantin di awal-awal. Karena itu sesi pemotretan pertama dengan kedua sejoli ini adalah di gedung olahraga yang sengaja kami sewa, khususnya lapangan basket dan lapangan tenisnya. Para bridesmaid dan groomsmen juga terlibat karena aku ingin membuat suasana vintage bak film lama "Grease" yang diperankan John Travolta dan Olivia Newton-John.
Syukurlah para pendukung yang terlibat tampak antusias dengan ideku. Jauh-jauh hari mereka sepertinya sibuk memilih kostum yang akan mereka gunakan sebagai dress code pemotretan. Style fashion tahun 70-an. Untuk orang-orang yang diberkahi dengan rezeki berlimpah seperti kaum konglomerat ini, tampaknya outfit yang kutetapkan jauh lebih mudah ketimbang mengerjakan ujian untuk anak SD.
Sengaja, aku memulai pemotretan outdoor lebih dulu, karena menunggu dua belas orang untuk datang dan bersiap saja sudah makan waktu. Makin siang, akan makin merepotkan kalau harus mendengarkan keluhan orang-orang yang sepertinya nggak pernah kenal konsep bekerja di bawah matahari terik. Aku membawa dua orang asisten untuk membawaku bekerja. Dua-duanya laki-laki dan sedang memperbanyak portofolio untuk karir mereka di dunia fotografi. Yang satu orang lebih banyak membantuku, membawakan tas besar berisi senjata perangku, menggantikan lensa dan kartu memoriku, sedangkan yang satu lagi bertindak sebagai videografer.
Pemotretan ramai-ramai lumayan cukup memakan waktu. Untung saja, teman-teman Livi dan Aksa cukup kooperatif. Mungkin karena mereka memang cukup familiar dengan cara fotografi profesional bekerja dan nggak membuang-buang waktu. Lalu untuk pemotretan outdoor yang tersisa adalah pemotretan berdua antara dua calon pengantin.
"Oke, coba Livi miringkan kepala sedikit, jangan terlalu kaku megang payungnya," seruku menginstruksikan pose mereka. Satu asistenku membantu menerjemahkan instruksiku dengan membantu Livi lebih luwes memainkan properti di tangannya.
"Coba mainkan pose yang berbeda. Lebih bebas dan lebih polos, seperti kalian mencoba bermain-main dengan pose unik seperti membuat buku kenangan saat kelulusan SMA," seruku lagi. Tidak terhitung berapa kali aku menekan shutter kameraku yang kemudian menghasilkan continues shot.
"Yap, seperti itu. More playful... more laughing. Yes, more smiling..."
Suara shutter kamera terus bersahutan. Satu asisten menyodoriku bangku kecil supaya aku bisa memotret dengan posisi lebih tinggi di saat aku menginginkan efek yang lebih dramatis untuk pemotretan berdua. Memotret close up dengan posisi lebih tinggi cukup menantang bagi keduanya. Mengikuti arahanku, Aksa dan Livi semakin menikmati pemotretan dengan aksesoris fashion yang mereka kenakan sebagai properti tambahan. Scarf, topi, rompi bahkan suspender yang melingkari bahu Aksa pun bisa dimainkan sesuka hati. Mereka tampak puas saat aku mengisyaratkan 'oke' dengan jariku. Aku berusaha turun dari bangku kecil dengan masih memperhatikan layar kameraku. Yang terjadi, aku tidak menyadari satu kakiku memijak di tempat yang salah dan aku kehilangan keseimbangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through My Lens
Chick-LitPetra Larasati, si kutu loncat dalam pekerjaan dan dalam hal segala hal, termasuk percintaan. Doyan jatuh cinta, tapi tidak pernah menjalin hubungan serius. Di antara banyak job yang ia lakukan, Petra memutuskan untuk yang menjadi fotografer di seb...