Song for this chapter: Taylor Swift - I Bet You Think About Me
🌸🌸🌸
Adegan ciuman yang berujung Krisna terjatuh di lantai dapurnya sendiri masih terngiang-ngiang di kepalaku. Jika mengingat itu, seketika aku merasa konyol. Terutama di hadapan gadis kecil yang masih setengah tidur dan minta diantar ke kamar mandi. Seolah-olah kehadiran Miu menyadarkanku bahwa aku nggak bisa sembarangan bermain-main dengan rasa penasaran yang belum pernah kutuntaskan sejak aku masih remaja tentang bagaimana rasanya berciuman dengan Krisna.
"Jadi, gimana rasanya?" Mila bertanya dengan antusias. Terlalu antusias untuk orang yang seharusnya fokus pada penyusunan budget klien dan mengurus laporan keuangan untuk klien juga untuk Belle Ame sebagai wedding organizer, tapi tentu saja aku nggak bisa bilang itu. Mila sekarang sudah seperti konsultan bagiku dan tempatku bisa bebas curhat tanpa merasa jengah karena dihakimi. Yah, gimana enggak aku sudah terbiasa dengan mulutnya yang nyinyir dan lugas. Rasanya jika aku nggak mendengar sindirannya, hariku akan kurang lengkap. Seaneh itu memang hubunganku dengan Mila.
"Apanya?" tanyaku pura-pura nggak tahu dan masih berfokus pada foto-foto yang selesai aku edit. Sebentar lagi aku akan membawanya ke studio cetak di lantai tiga.
"Ya, gimana rasanya setelah sekian lama lo terobsesi sama Krisna? Gimana ciuman pertama lo sama dia? Did you like it? Did you do it?"
"'Do what?" aku mengernyitkan kening, "Lo nanya apaan sih?"
"Lo serius nggak ngeh gue nanya apaan? Elo yang definisi fakgirl milenial nggak mungkin banget nggak ngerti maksud gue?"
"Maksud lo, lo nanya ke gue apa gue having sex sama Krisna? Gila lo ya... untuk ciuman aja gue bisa pingsan, gimana kalau sampai having sex segala. Lagian, lo juga mikir dong. Setelah dipergokin lagi cipokan di dapur sama anak perempuannya yang masih lima tahun, gue nggak bisa lagi berlama-lama di rumah itu. Nggak, gue nggak punya muka lagi ngadepin Krisna. Memalukan banget," gerutuku kini menutup muka dengan kesepuluh jariku.
Mila tertawa geli melihat tingkahku, "Lo yakin Lo itu Petra Larasati yang liar? Yang biasanya nggak punya malu untuk tidur sama laki-laki random? Yang nggak pernah mikir akibat dari semua tingkah lakunya?"
"Bahas aja terooos," gumamku kesal.
"Apa ini pertanda baik? Pertanda akhirnya lo berpikir bahwa ada banyak konsekuensi yang menanti lo kalau lo kalau lo sembarangan tidur sama orang. Hamdalah, akhirnya Petra bisa kembali ke jalan yang benar," gumam Mila dengan tatapan usilnya.
"Makasih doa dan nasehatnya ya, ukhti. Sekarang balik kerja dan biarin gue ngurusin kerjaan gue dengan tenang," tukasku sembari mengambil flash disk yang menancap di mulut laptopku sebelum meninggalkan mejaku. Sepertinya aku harus mulai mengerem apa saja yang perlu aku ceritakan ke Mila. Kalau dia jadi terlalu ikut campur urusan kehidupan pribadiku, bisa-bisa akan sangat banyak ceramah-ceramah menyebalkan yang keluar dari mulutnya.
Sementara itu, dari tadi aku nggak bisa fokus karena ponselku terus mengeluarkan notifikasi yang terus-menerus mengganggu. Biasanya aku hanya memunculkan getar untuk setiap notifikasi di ponsel tanpa dering. Meski begitu, suara getarnya pun kini terasa mengganggu dan mulai menyita perhatian. Aku nggak bisa mengabaikan begitu saja. Saat menunggu hasil cetak dummy untuk foto-foto yang sudah kuedit pun, aku terpaksa mengeluarkan ponselku dan mengecek deretan notifikasi.
Aku menghela napas tatkala melihat banyak sekali notifikasi yang berasal dari Aksa. Aksa yang mengikuti akun Instagram-ku, Aksa yang menyukai foto-fotoku. Bukan hanya foto terakhir, tapi hampir semua foto di dalam feed-ku nggak luput dari tombol like yang disematkan olehnya. Jelas sekali pria ini tengah cari perhatian dengan tindakannya ini. Seolah belum cukup, dia juga memberi like pada postingan story Instagramku dan menambahkan komen di tab DM-ku. Aku jadi bertanya-tanya apa aku sedang berurusan dengan pria yang baru akil baligh?
KAMU SEDANG MEMBACA
Through My Lens
ChickLitPetra Larasati, si kutu loncat dalam pekerjaan dan dalam hal segala hal, termasuk percintaan. Doyan jatuh cinta, tapi tidak pernah menjalin hubungan serius. Di antara banyak job yang ia lakukan, Petra memutuskan untuk yang menjadi fotografer di seb...