Song for this chapter: Delta Goodrem - Not Me Not I
🌸🌸🌸
Sejak itu, entah sudah berapa kali aku mengabaikan pesan dan telepon dari Krisna dengan alasan kesibukan. Aku tidak punya nyali untuk menjawab kekhawatirannya tentang kondisiku sejak insiden peristiwa pelecehan yang dilakukan Aksa. Aku memang terpukul dan sempat syok, tapi aku masih cukup waras untuk mengandalkan diriku sendiri dan tidak ingin membuat orang lain khawatir, terutama Krisna. Jujur saja, di saat sulit, aku sangat ingin menemuinya berharap kehadirannya bisa menenangkanku. Lalu ingatanku terbang saat kami berciuman di rumah Krisna. Sedikit saja, aku berharap adegan itu akan terulang yang bodohnya justru memaksa kesadaranku kembali dan aku teringat kalimat yang diucapkan Alya di masa lalu.
Jangan pernah mimpi kalau Krisna bakal ninggalin gue demi lo.
Krisna nggak akan pernah jatuh cinta sama lo.
Hal yang terakhir aku inginkan dalam sebuah hubungan adalah membandingkan diriku dengan siapa pun sosok masa lalu laki-laki yang kupacari. Jejak Alya begitu kuat dalam hubunganku dan Krisna dan aku nggak mungkin mengabaikannya. Tembok itu terlalu tinggi dan aku nggak akan sanggup melewatinya tanpa berdarah-darah. Aku nggak mau terluka kedua kalinya. Artinya, aku harus kembali menginjak bumi dan berhenti mengkhayalkan bahwa aku memiliki masa depan dengan Krisna. Maka menghindari Krisna adalah satu-satunya pilihan bijakku dan kembali berkonsentrasi pada pekerjaanku mengurusi pemotretan pre-wedding Livi dan Aksa. Gosh, aku sungguh benci berurusan dengan laki-laki hidung belang itu.
Tidak seperti sebelum-sebelumnya di mana Aksa selalu menggangguku dengan tatapan yang selalu berniat menggodaku, hari ini laki-laki itu terlihat seperti tikus penakut. Semula aku pikir situasi akan sangat canggung sejak peristiwa pelecehan seksual yang dilakukan Aksa di butik bridal milik Rose, tapi sedikit nggak kuduga ternyata Aksa cukup tahu diri untuk nggak mendekatiku selama proses pemotretan berlangsung.
Proses pemotretan sesi kedua yang dijadwalkan sekarang adalah pemotretan pre-wedding dengan mengenakan ragam gaun pengantin koleksi Rose yang dipesan khusus untuk pasangan Aksa-Livi. Lokasi berada di rumah peristirahatan keluarga Hendriatmadja di Puncak, Bogor. Sejak pagi, aku dan Rose sudah berada di rumah itu untuk mendekorasi spot-spot yang akan kami gunakan untuk pemotretan. Tema warna yang menjadi highlight pemotretan kali ini adalah tema dusty blue dengan sentuhan elemen-elemen romantis yang dingin. Jika menuruti selera Livi seharusnya pemotretan akan sepenuhnya memakai tema Disney serba biru persis dengan tema film Frozen yang serba dingin, tapi seperti yang sudah diduga Aksa nggak akan suka dengan ide yang menceburkan pasangan itu ke dalam hal-hal berbau Disney Princess. Jadilah sebagai penengah, tema warna dusty blue dipilih untuk mewakili selera keduanya. Gaun putih dengan elemen kebiruan nan elegan, dekorasi baby blue yang menyejukkan mata dengan kombinasi bunga berwarna lilac, memberi kesan sejuk sekaligus mewah. Aku sudah sangat yakin bahwa Livi dan Aksa pasti akan menyukai set untuk pemotretan hari ini, ditambah, gaun yang disiapkan Rose luar biasa cantik setelah diubah sana-sini untuk merepresentasikan selera keduanya yang amat berseberangan.
Namun, nyaris dua jam berlalu, sama sekali tidak ada tanda-tanda kehadiran Livi. Aku mencoba menghubungi ponsel Livi untuk menanyakan keberadaannya, tapi sama sekali tidak jawaban. Ditambah setiap panggilan yang kulakukan, aku mendapatkan kesan bahwa Livi sengaja menolak panggilan dariku. Ada apa ini?
Saat itu aku menyadari betapa aku lamban mencerna hal yang mungkin terjadi. Aksa bukannya tanpa alasan bersikap pasif siang ini dan tidak merecokiku. Sepertinya ini ada hubungan dengan absennya Livi pada pemotretan yang seharusnya ia lakukan. Livi yang matanya berbinar-binar membayangkan betapa cantik dirinya mengenakan gaun mengembang yang super elegan bak putri-putri besutan studio Disney yang menjadi role model masa kecilnya, tidak mungkin bersikap sedingin ini dengan mengabaikan pemotretan, terlebih mengabaikan panggilan dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through My Lens
ЧиклитPetra Larasati, si kutu loncat dalam pekerjaan dan dalam hal segala hal, termasuk percintaan. Doyan jatuh cinta, tapi tidak pernah menjalin hubungan serius. Di antara banyak job yang ia lakukan, Petra memutuskan untuk yang menjadi fotografer di seb...