Lens #22 - A Little Girl Inside

252 45 4
                                    

Song for this chapter: Adele  - When We Were Young

🌸🌸🌸

"Kak Petaaaa~"

Suara gadis kecil menyambut antusias kedatanganku. Satu alasan yang membuatku nggak bisa menolak tawaran Krisna adalah Miu. Sejak insiden alergi susu itu aku jadi lumayan dekat dengan anak itu. Dia jadi sering mampir ke ruanganku saat bibinya mendatangi Belle Ame. Aku sering mengajaknya berkeliling kantor ataupun sekadar menjajal kamera. Miu sangat camera face dan gadis kecil itu tampak menikmati saat aku mengarahkannya untuk bergaya. Tanpa sadar ada satu kameraku yang memorinya dipenuhi foto-foto Miu. Aku mungkin akan memilih beberapa yang aku anggap bagus dan kubingkai secara khusus untuk kado ultahnya suatu hari.

Aku bahkan bisa membuat jurnal perkembangan Miu dari bulan ke bulan dan tahun ke tahun. Itu pasti—

Oh. Shit. Apa sih yang aku pikirkan?

Aku di sini berpura-pura menjalin hubungan dengan Krisna, tapi di sinilah aku mengira kedekatanku dengan Krisna dan Miu akan berlangsung selamanya.

Sadar lu, Traaa.....

Miu melompat ke arahku dan dengan cepat aku menggendongnya. Aku menyodorkan bungkusan kecil sebagai sogokan untuknya.

"Apa ini, Peta?" tanyanya dengan mata berbinar-binar. Pipi bulatnya membuatku makin gemas dan terus-terusan menciumnya.

"Buka aja," ucapku.

Miu pun membukanya dengan cepat. Tangan-tangan mungilnya terlihat cekatan melucuti satu demi satu kertas pembungkusnya. Senyumnya melebar tatkala melihat benda mungil yang terlihat cukup menawan di tangannya.

"Kamera??? Ini buat Miu?" tanyanya senang. Aku mengangguk mantap. Miu terlihat semringah melihat benda yang aku sebut polaroid instan dengan warna dominan pink pastel.

Miu menyalakan kameranya dan berkali-kali mengarahkannya padaku. Terdengar bunyi shutter berkali-kali yang membuatku nggak berhenti menahan tawa.

"Hey, hey, hey... Miu boleh motret apa aja, tapi masak mau motret Kak Petra terus. Ntar memory card-nya habis dong buat Kakak doang," ujarku menurunkan kameranya.

"Soalnya Kak Peta cantik," katanya dengan wajah polosnya.

God, anak ini manis banget. Aku jadi nggak bisa menahan untuk nggak mencubit gemas pipinya.

"Ya ampun, anak siapa sih kamu, kenapa pinter banget ngomongnya?" ujarku lalu mencubit lembut kedua pipinya.

"Oh, jadi temen kencan Bang Krisna yang mau dikenalin ke kami itu Petra toh?" goda Livi saat melihatku sibuk menggendong Miu. "Yaelah, Bang... Gitu aja main rahasia-rahasiaan. Kalo Petra sih, gue bakal dukung sepenuhnya."

"Dukung soal apa?" Aksa datang tepat setelahku. Aku sedikit khawatir dengan reaksinya. Ditambah aku nggak ingin dia menyadari kalau reaksiku terlihat canggung sebagai kekasih Krisna.

"Kamu belum tahu? Bang Krisna sama Petra pacaran," seru Livi antusias, sembari membantu Krisna menyiapkan piring dan peralatan makan di meja.

"Terlalu cepat buat dibilang pacaran, tapi kami masih pendekatan kok. Petra belum kasih jawaban atas pernyataan cinta gue," sahut Krisna mengerling ke arahku.

Aku mengernyitkan kening. Kenapa aku sama sekali nggak tahu kalau status kami ternyata belum resmi pacaran, melainkan cuma penjajakan? Dan aku kira dalam sandiwara kami, sudah boleh menyebut hubungan resmi sebagai pasangan kekasih.

"Ya ampun, Tra... Lo butuh nunggu apa lagi sih? Lo dari dulu udah naksir sama Bang Krisna kan? Gue inget lo tiap hari ngeliatin abang gue dengan muka galau tiap dia berduaan sama Kak Alya."

Through My LensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang