MWCM-06

6.8K 536 34
                                    

Jisung dan Jaemin telah sampai di kediaman Tuan Park. Jisung tersenyum senang saat melihat ada mobil sang ayah yang terparkir di depan rumahnya.

Jaemin menatap Jisung yang tersenyum cerah dengan tatapan datar. Jisung sangat berbeda ketika bersama dirinya, biasanya jika Jisung bersama dirinya pemuda itu tampak lesu dan hanya tersenyum miris seperti tidak ada minat untuk bersama. Sedangkan sekarang Jisung tampak begitu bahagia seakan-akan seluruh masalahnya hilang dan Jisung tampak lebih bebas.

Jisung menatap Jaemin yang telah menghentikan mesin mobilnya, Jisung menatap Jaemin dengan tatapan canggung dan enggan. Senyuman itu berubah menjadi raut sendu, Jisung benar-benar seperti membenci dirinya.

Tapi sekali lagi, Jaemin tidak peduli dengan perasaan pemuda itu termasuk jika Jisung membencinya. Karena sebenci apapun Jisung kepadanya pemuda itu tidak dapat memutuskan hubungan mereka, kecuali Jaemin lah yang membuang Jisung.

"Bolehkah aku keluar?" Tanya Jisung hati-hati, dia tidak ingin merusak mood Jaemin.

Jaemin mengangguk, Jisung langsung saja melepaskan seatbelt miliknya begitu juga dengan Jaemin. Keduanya keluar dari mobil mewah milik Jaemin.

Jisung tanpa memperdulikan Jaemin langsung berlari menuju pintu rumahnya, bibir Jisung tak henti-hentinya menebar senyum. Untuk sementara Jisung rasanya bisa melepaskan beban dengan bertemu sang ayah.

"Ayah! Jie datang!" Teriak Jisung dengan senyuman senangnya.

Jaemin hanya menatap segala kelakuan Jisung yang tampak seperti anak-anak dengan pandangan datar.

"Jisung? Kau datang sayang? Kau merindukan ayah?" Tanya sang ayah yang kini memeluk putranya dengan erat.

Ada tangis haru diantara keduanya, mereka berdua sudah seperti orang yang tidak bertemu selama bertahun-tahun. Jaemin yang melihat itu hanya mendengus datar, ternyata sensitifitas dan emosional Jisung dituruni oleh sifat ayahnya.

Keduanya masih berpelukan dalam waktu yang cukup lama, Jaemin menatap Jisung dan ayah mertuanya yang sepertinya mulai menyadari keberadaan dirinya.

"Maaf, ayah tidak menyadari keberadaan Jaemin. Ayo masuk Jaemin!" Ayah Jisung tersenyum, mempersilahkan pemuda itu untuk masuk dan duduk di ruang tamu.

Setelah duduk, Ayah Jisung memanggil seorang pelayan untuk membuat minuman.

"Jaemin ingin minum apa?"

"Kopi," jawab Jaemin.

Jisung menatap Jaemin yang seakan-akan meminta dirinya untuk segera menyelesaikan urusannya.

"Ayah, Jie harus membereskan barang-barang yang akan Jie bawa, nanti kita bicara lagi!" Seru Jisung dengan senyum canggung.

Sekarang hanya tersisa Jaemin dan ayah mertuanya. Keduanya berada dalam keadaan yang hening, hingga akhirnya ayah mertuanya buka suara.

"Bagaimana hubungan kalian?" Tanya ayah Jisung.

"Biasa saja!" Jawab Jaemin dingin.

Ayah Jisung hanya mengangguk, "Baguslah, aku harap anakku tidak menyusahkan dirimu."

Jaemin menatap lurus ke mata ayah Jisung, "Aku ingin mendiskusikan sesuatu ini tentang kau dan Jisung!"

°°°

Jisung tersenyum manis menatap foto dirinya dan sang ayah yang terpampang jelas di kamarnya. Jisung mengambil bingkai foto itu dan memasukkan foto itu ke dalam kopernya.

Diam-diam Jisung menitihkan air mata, dirinya saat ini harus rela jarang bertemu dengan sang ayah.

"Maafkan aku ayah. Mungkin setelah ini aku akan jarang mengabari dirimu, tapi tidak apa aku akan berusaha sekuat tenaga agar ayah dan aku bahagia di dalam dunia yang kejam ini," gumam Jisung.

Air matanya terus-menerus mengalir, Jisung terisak sembari membereskan barang-barangnya. Mungkin setelah ini Jisung akan benar-benar kehilangan kebebasannya.

Setelah selesai beres-beres, Jisung langsung mengusap air matanya. Dirinya menatap cermin, matanya sembab akibat menangis.

Jika dihitung-hitung beberapa hari belakangan ini Jisung sudah banyak menangis karena pernikahannya, mungkin saja kedepannya Jisung akan lebih banyak meneteskan air mata.

Jisung berjalan menuju ruang tamu dengan membawa koper kecil miliknya, Jisung hanya membawa beberapa barang dan baju. Lagipula Jaemin melarangnya untuk bepergian jadi Jisung tidak membutuhkan banyak baju.

Jisung tersenyum senang, dia harus nampak bahagia agar ayahnya tidak khawatir. Tapi langkah tegar itu berhenti ketika Jisung mendengar perkataan Jaemin.

"Jadi aku mohon jangan pernah menghubungi ataupun menemui Jisung tanpa sepengetahuan ku, kau tau apa akibatnya bukan, Tuan Park?"
Setelah berucap Jaemin pergi meninggalkan tuan Park seorang diri.

Jisung mengepalkan tangannya, Jaemin mengingkari janjinya, bukankah Jaemin mengatakan dia akan menghormati ayahnya? Tapi kenapa dia malah seperti ini?

Sekarang Jisung menatap sang ayah yang kelihatan sedih, Jisung menjadi semakin marah karena Jaemin lah ayahnya menangis seperti ini.

Married with Cold ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang