Jaemin dan Jisung sudah berada di rumah mereka, Jisung hanya diam namun, manik matanya menatap Jaemin dengan sangat tajam. Tapi Jaemin sama sekali tidak peduli, lagipula hal itu bukan urusannya.
Jisung membereskan barang-barangnya. Jisung kemudian mengganti bajunya dengan kaos tipis berwarna merah dan celana pendek selutut berwarna hitam, setelah itu dia keluar dari kamar Jaemin dan dirinya. Jisung menuju ke ruang tamu, dia melihat Jaemin yang duduk tenang dengan segelas teh di genggamannya.
"Kau tidak kembali ke kantor?" Tanya Jisung kepada Jaemin.
"Tidak," balas Jaemin.
Jaemin menatap Jisung yang kini sedang mendudukkan diri di sofa yang berhadapan dengan dirinya. Nampak wajah itu memerah, seperti menahan amarah.
"Jaemin, bisakah kita bicara sebentar?" Tanya Jisung.
"Katakan,"
Jisung menghela napas bersiap untuk meluapkan perasaannya. "Aku melihat ayahku menangis setelah berbincang denganmu."
"Lalu?"
"Aku tidak masalah jika kau memperlakukan ku dengan sangat buruk, aku tidak akan protes dan menerimanya dengan lapang dada. Tapi bisakah kau bersikap baik kepada ayahku? Kau sudah berjanji bukan akan menghormati ayahku, tapi tadi kulihat kau seakan-akan mengintimidasi ayahku!"
"Itu bukan salahku, kau dan ayahmu itu sama-sama emosional."
Tangan Jisung bergetar ingin rasanya dia memukul Jaemin sekarang juga. "Tidak bisakah kau melakukan ayahku dengan baik? Tidak bisakah kau menghargai dirinya? Jika aku melihat mu melakukan itu sekali lagi aku akan..."
"Akan apa? Ingat statusmu tidak lebih dari barang yang aku beli. Ayahmu adalah seorang bajingan yang menjual putranya, itu adalah kenyataan!" Potong Jaemin cepat.
Tak lama kemudian terdengar suara nyaring. Jisung menampar Jaemin, tangannya menarik kerah baju Jaemin.
"Kau tidak tahu apapun sialan! Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu hah? Selama ini aku tidak masalah jika kau menghina diriku tapi aku tidak akan tinggal diam jika kau menghina ayahku!" Seru Jisung dengan emosi.
Jaemin tersenyum sinis, dirinya mencengkram tangan Jisung. Mendorong Jisung hingga jatuh ke sofa panjang miliknya.
"Aku rasa kau sudah kelewatan, Jisung." Seru Jaemin menindih Jisung hingga pemuda itu kesulitan untuk bangkit.
Jaemin melepaskan dasi yang dipakainya, dia menarik tangan Jisung ke atas kepala Jisung, sedangkan kaki Jisung dia tahan dengan kakinya.
Jaemin mencengkram tangan Jisung dengan satu tangannya, sedangkan tangan lainnya menarik dasi miliknya kemudian mengikat tangan Jisung hingga Jisung sulit berontak.
"Lepaskan aku brengsek!" Pekik Jisung.
"Aku tidak suka istri pembangkang dan bermulut kasar!" Jaemin menatap datar Jisung yang kini masih berusaha lepas dari kukungan Jaemin. Jaemin bangkit, dirinya melepaskan sabuk celana miliknya, sabuk itu dia gunakan untuk mengikat kaki Jisung.
Kini Jisung benar-benar tidak bisa melepaskan diri, Jaemin kembali menatap Jisung dengan tatapan tajam setelah itu pergi meninggalkan Jisung menuju kamar mereka.
"Aku memberikan waktu untukmu berpikir apa kesalahanmu!"
Jaemin benar-benar meninggalkan Jisung yang sedang terikat, Jisung berteriak minta dilepaskan tapi Jaemin berpura-pura tuli.
Jaemin berjalan menuju kamar mereka, dirinya mengambil obat yang ada di laci kamarnya. Obat itu adalah obat yang dia beli saat bersama Jisung kemarin.
Setelah mengambil obat Jaemin langsung kembali ke tempat Jisung berada.
Terlihat keadaan Jisung saat ini sedikit mengenaskan, tangannya memerah, tubuhnya berkeringat, rambutnya acak-acakan, bibirnya terus meracau, membuat fantasi liar Jaemin keluar seketika.
Jisung kini menatap tajam Jaemin yang sudah berdiri dihadapannya, "Lepaskan aku sialan!"
Jaemin terkekeh sinis, sudah dia duga Jisung akan kembali mencaci dirinya. Padahal Jaemin sudah memberikan waktu pada Jisung untuk merenung, sehingga Jaemin tidak perlu menghukum Jisung.
Tapi nyatanya, selain emosional Jisung itu sedikit bodoh. Tapi tak apa, Jaemin suka saat melihat Jisung yang sedang emosi, dia terlihat seribu kali lebih menggairahkan.
Jaemin mengusap bibir Jisung, "Sudah aku katakan, aku tidak suka istri yang bermulut kasar."
"Memangnya kau pernah menganggap ku istri? Bukankah kau hanya menganggap ku mainan?" Seru Jisung marah.
"Terserah aku ingin menganggap mu apa, tapi saat ini aku harus mendisiplinkan anak nakal!"
Jaemin kini mengecup bibir Jisung dengan kasar, menggigit bibir itu, menyedot bibir yang sedari tadi mencaci dirinya. Membuat bibir merah delima Jisung bengkak.
"Ahhh," Jisung mendesah saat tangan Jaemin meremas putingnya. Jaemin memperdalam ciuman mereka, lidahnya menyesap lidah Jisung. Lidah mereka saling melilit satu sama lain, Jaemin terus mengobrak-abrik isi mulut Jisung.
Wajah Jisung yang memerah kini menjadi semakin merah, ciuman Jaemin begitu memabukkan apalagi Jaemin mulai meremas-remas putingnya yang sensitif.
"Mphhh ahhh,"
Jaemin melepaskan ciuman mereka, "Sekarang waktunya memberikan hukuman kepada anak nakal yang berani mencaci dan memukul suaminya sendiri!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Cold Man
Fanfiction🆃🅰🅼🅰🆃 Jisung adalah seorang pemuda penyayang yang dipaksa menikah dengan pemuda dingin seperti Jaemin. #1 - JaemSung (enggak tau sampai kapan, tapi pernah nomor 1)