MWCM-18

6.4K 439 36
                                    

Saat Jisung terbangun, dia mendapati dirinya yang terbaring di kasur dengan selang infus di tangannya, bau obat-obatan menyeruak masuk ke hidungnya membuat Jisung merasa mual.

Jisung menatap ruangan serba putih yang sangat tidak asing baginya, bagaimanapun dia sering mengunjungi rumah sakit baik untuk cek kesehatan janin ataupun karena kejadian dirinya stress.

Pikirannya melayang saat kejadian di mana Jaemin masuk bersama tunangannya ke dalam kafe miliknya.

Awalnya Jisung tersenyum manis guna menyambut pelanggan, tapi saat itu senyumannya langsung berubah saat melihat Jaemin yang berada dalam gandengan gadis yang tak lain tunangan dari mantan suaminya itu.

Sorot mata Jisung menyendu, bohong rasanya jika mengatakan bahwa Jisung sudah rela dengan segala hal yang terjadi.

Jaemin adalah cintanya, sulit baginya untuk melupakan perasaan yang terus tumbuh tanpa ada tanda-tanda untuk layu, Jisung sudah berusaha keras untuk menahan rasa cinta yang ada pada dirinya.

Jaemin bukanlah pria yang seperti dalam impiannya, pria itu begitu tanpa emosi, tidak terduga, dan juga terlalu sering menyakiti dirinya.

Jisung sadar akan hal itu, bahkan dia tidak akan membantah sama sekali. Rasionalitasnya mengatakan untuk berhenti dan pergi karena semuanya akan berakhir sia-sia baginya selama Jaemin tidak pernah menganggap dirinya ada.

Namun, hatinya begitu sulit untuk diberi tahu. Cintanya seakan-akan tidak mempedulikan apapun dan terus menerus tumbuh, bagi cintanya selama itu adalah Jaemin maka Jisung akan selalu jatuh dan jatuh lagi dalam perasaan ini.

Apalagi saat ini Jisung sedang mengandung bayinya Jaemin, terkadang ada rasa rindu dalam dirinya yang menginginkan sosok seorang suami dan ayah untuk bayinya.

Sangat sulit bagi Jisung untuk bertahan sendirian ditengah kondisi seperti ini, tanpa suami, tanpa keluarga yang mendampinginya.

Karena itulah Jisung jadi mudah mengalami stres, sedikit saja dirinya diberikan pemicu maka kejadian seperti ini akan terus berulang lagi. Hal itu benar-benar membuat Jisung takut, dia takut kehilangan cahaya satu-satunya yaitu bayinya.

Jisung tidak bisa membayangkan betapa hancur hidupnya saat dia kehilangan bayinya, mungkin saja harapannya untuk hidup akan menghilang bersama dengan bayinya.

Jisung kembali ke alam sadarnya, saat mendengar suara derit pintu yang terbuka menampilkan Jaemin dengan raut wajah yang tidak terlalu bagus.

Wajah Jaemin menampilkan emosi, kecewa, sedih, pandangan matanya juga hampa seakan-akan baru saja kehilangan sesuatu yang berharga.

Jisung merasakan perutnya sedikit berdenyut keras. Hal ini adalah kejadian wajar bagi seseorang yang mengandung bayi 5 bulan, denyutan-denyutan itu diakibatkan oleh gerakan sang bayi.

Jisung mengelus perutnya, menenangkan bayinya yang mungkin senang? Karena kehadiran ayahnya?

"Tenanglah sayang, Buna tahu kau senang melihat ayahmu secara langsung tanpa melalui televisi," gumam Jisung pelan, dirinya takut Jaemin akan mendengar ucapannya.

Ketakutan Jisung benar-benar terjadi, Jaemin mendengar segalanya. Hatinya teriris saat mendengar ucapan Jisung. Dia merasa seperti suami dan ayah yang tidak berguna, dirinya bahkan tidak ada di saat-saat Jisung mengalami stres ataupun mengidam.

Tapi langkah yang berat itu memang harus Jaemin lakukan bukan hanya karena perusahaannya tapi juga karena keselamatan Jisung dan bayinya sedang dipertaruhkan.

Jaemin berdehem, Jisung yang sibuk mengelus perutnya kini menatap Jaemin.

"Bagaimana kondisimu? Apakah kau sudah merasa lebih baik? Kenapa kau tidak meminta pertanggungjawaban dariku?" Tanya Jaemin mendekati Jisung.

Jisung mengalihkan pandangannya dari Jaemin, hatinya masih sakit saat melihat Jaemin bergandengan dengan orang lain. Padahal statusnya dengan Jaemin sudah berakhir, dia bukanlah siapa-siapa Jaemin begitu juga sebaliknya, mereka hanya terikat karena bayi dalam kandungannya. Ah, masalah bayi. Jisung yakin bahwa Jaemin tidak akan mengganggap bayi ini adalah anaknya, apalagi selama ini Jaemin berusaha untuk membuat Jisung agar tidak hamil.

Jaemin terdiam, sepertinya Jisung enggan berbicara pada dirinya, karenanya Jaemin langsung menekan tombol khusus guna memanggil dokter.

Jaemin agak menjauh dari Jisung saat dokter dan perawat memeriksa keadaan Jisung, dia menatap Jisung dengan intens seakan-akan takut Jisung menghilang dari pandangannya.

Saat sudah selesai Jaemin kembali mendekat, kemudian dia bertanya pada sang dokter, "Bagaimana keadaan istri dan anak saya?"

Jisung yang mendengar itu mendecih, selama ini Jaemin tidak pernah mengganggap dirinya sebagai seorang istri jadi kenapa saat sudah bercerai Jaemin baru mengatakan hal itu?

"Syukurlah, kondisi ibu dan bayinya baik-baik saja, tapi saya sarankan jangan membuat sang ibu stres karena itu sangat mempengaruhi janinnya, dan saya sudah memberikan resep serta vitamin mohon ditebus di apotik rumah sakit," ucap sang dokter kemudian pergi meninggalkan Jaemin dan Jisung berdua.

Jaemin menatap Jisung, dirinya mengelus perut buncit Jisung dapat dia rasakan bayinya bergerak.

Jisung yang mendapatkan perlakuan seperti itu tentunya tidak siap, Jisung menggigit bibirnya, menunduk menahan air mata yang mulai mengalir dari netra indahnya itu.

Sungguh demi apapun Jisung tidak siap dengan perlakuan Jaemin yang seperti ini, hatinya merasa tenang tapi di sisi lain begitu sakit seakan-akan Jaemin memberikan madu yang berisikan racun. Rasa manisnya perlahan membunuh Jisung.

"Kenapa kau tidak meminta pertanggungjawaban dariku? Bayi ini juga adalah milikku bukan?" Ucap Jaemin, sebenarnya dia tidak ingin mengatakan itu. Tapi untuk saat ini lebih baik dia mengatakan perkataan seperti ini karena sampai sekarang masalah yang dia hadapi belum berakhir.

"Apa yang kau harapkan? Aku mengemis-ngemis agar kau kembali padaku? Atau kau ingin aku menguras segala hartamu?" Tanya Jisung.

Jaemin diam, dirinya memilih untuk mendengarkan isi hati yang membebani Jisung, mungkin dengan begini dia bisa mengatasi kegundahan hati Jisung.

"Aku tidak akan meminta pertanggungjawaban darimu, apalagi saat itu kau sedang bahagia karena bertunangan dengan orang lain, jadi untuk apa aku beritahu padamu yang ingin menikah lagi?"

°°°
Bersambung...

Sebentar lagi kalian bakal tau kok alasan Jaemin kenapa begini...

...mungkin setelah itu kalian bisa ngeliat sesuatu dari sudut pandangnya Jaemin.

Married with Cold ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang