part 2

3.3K 211 7
                                    

"Menarik, kau temukan dimana kelinci kecil ini, Off?" kata pria itu berjalan lambat mendekati Peat. Mungkin jarak umur mereka tak berkisar jauh dilihat dari wajahnya yang terlibat amat belia untuk memiliki tubuh sekekar itu. Dia memandangi Peat seakan ingin memakannya hidup-hidup.

"Tunggu? Drama apa yang kalian mainkan?" tanya Peat masih berusaha berpikir positif, orang gila mana yang masih membutuhkan tumbal di era sekarang. Mau di apakan Peat? Tumbal proyek? Gila saja.

"Off, katakan padaku jika kau sedang berdrama ...." Tuntut Peat menggoyang-goyangkan lengan Off meminta jawaban, namun tapi itu hanya menunduk dan tidak berani menatap dirinya.

Peat sangat bingung. Tidak ada jawaban apapun yang Peat terima, atau setidaknya Off akan bergerak atau apa. Namun, pria itu tidak bisa di harapkan. Malahan pria yang duduk bak raja tadi malah berjalan semakin mendekatinya.

"Off, cukup! Hentikan drama ini. Aku mau pulang, ayah dan ibu pasti khawatir saat tak menemukan ku di kamar tidur," ujar Peat sembari mundur ke kebelakang, karna pria tadi kian berjarak dekat dengannya. Tapi siapa sangka, pria yang di panggil "tuan" itu malah menahan tangannya, dan sialnya tenaganya begitu kuat. Apa dia bersekutu dengan Agung Herkules.

"Sialan! Jangan sentuh aku!!" tolak Peat menepis kasar tangan pria itu dan berhasil membuatnya terkejut dengan serangan tiba-tiba pria cantik di depan matanya ini.

"Wah wah ... Tumbal mu kali ini ternyata susah di atur," pria itu terkekeh pelan, seraya menatap Peat lekat-lekat. Peat kembali terkejut dengan ucapannya, jadi benar saja ia hanyalah seorang tumbal.

"Off ... JELASKAN PADAKU SEKARANG!!" bentak Peat lantang. Off masih bergeming dengan posisi yang sama

"Maafkan aku, Peat," ujarnya lirih. Peat sangat terkejut mendengarnya, peat ... Tidak dapat mempercayai hal ini. Orang yang dia cintai, ternyata hanya menganggapnya kelinci proyek atau apalah itu. Dan sialnya dia bahkan rela kabur-kaburan dari rumah hanya untuk seorang pria brengsek seperti dirinya.

"Sialan kau! Aku TIDAK MAU!!" teriak Peat berlari memburu pintu yang memisahkan aula ini dengan ruangan utama yang tadi mereka lewati.

"TAHAN DIA!" perintah pria itu kepada dua penjaga bertubuh kekar. Dengan sigap keduanya menahan lengan Peat, sialan mereka kuat sekali. Peat meronta-ronta untuk dilepaskan, kedua penjaga itu mengangkat peat dengan masing-masing mengapit lengannya kanan dan kiri.

Peat tidak kehabisan akal, pria itu mengigit lengan salah satu penjaga itu hingga dia mengaduh dan melepaskan pegangannya. Lalu Peat menumbukkan kepalanya dan penjaga yang satunya. Pria itu dan Off cukup terkejut dengan serangan Peat yang cukup bar-bar itu.

"Kau sudah masuk kedalam rumah ku kelinci kecil, maka tidak ada jalan keluar untukmu," ujar pria itu menyeringai licik.

Para pelayan dan penjaga kocar-kacir mengejar Peat seorang, mereka membentuk benteng dengan saling berpegangan tangan menghalangi aksi kabur-kaburan Peat.

"Hey gadis-gadis ... Kalian tidak boleh menghalangi ku,"pekik Peat menyuruh pelayan-pelayan bodoh di depannya ini untuk minggir. Bukannya menurut mereka malah saling mengeratkan pegangannya.

Bugh ...

Seseorang menepuk pundak peat keras, tidak ada yang dapat ia ingat setelah selain dirinya yang tumbang dan tak sadarkan diri.

...

Peat POV

Aku merasakan sesuatu yang kenyal dan basah bersarang di bibirku. Dingin dan manis, apa aku sedang disodorkan es krim rasa coklat kesukaan ku? Huh, tidak mungkin kan. Lambat laun aku membuka mataku secara perlahan, astagaa siapa pria ini? Dan- APA YANG SEDANG DIA LAKUKAN!?

"Mphmmm ...." renguh Peat disela-sela ciuman panas itu, pria gila itu tidak membiarkan aku menghindar dan terus memburu bibirku yang mulai terasa kebas. Dan apa ini? Kenapa tangan ku tidak bisa di gerakkan. Aku terbelalak saat kedua tangan dan kaki ku telah di borgol oleh pria gila ini, dan dari mana dia dapatkan barang-barang seperti ini.

"Mphmmm ... Tolong hentikan," setetes bulir aing mata mengenang di ujung mataku, gila aku mulai kehabisan nafas. Pria gila itu seolah mengerti, dia melepaskan ciumannya dan malah beralih pada potongan leherku.

Menghisapnya beberapa kali, tapi rasanya sedikit berbeda. Aku merasakan leherku panas, aku ingin menjerit saat dia menghisap leher ku kuat. Apa? Apa yang dia lakukan? Sungguh, ini sangat menyakitkan aku seperti merasa ada lahar panas yang mengalir di kerongkongan ku. Panas dan menyakitkan.

"Hoshh ... Hoshhh ...." Pria gila itu mengehentikan aksinya dan menatapku dengan seringaian licik miliknya. Aku sedikit terbelalak saat melihat noda merah di ujung bibirnya, apa itu?

"Darah mu ternyata tak kalah manis dari bibirmu," ujarnya seraya menyeka ujung bibirnya dengan ibu jari. Dan apa katanya tadi? Darah? Jadi dia mengoyak leherku dan mulai menghisap darah ku? Apa dia psikopat atau sejenisnya? Mahkluk gila macam apa yang Off temukan untuk di jadikan tuan ini, sungguh orang aneh.

"Mau coba?" tawarnya tersenyum penuh arti.

"Hah?"

Tidak ada jawaban, pria gila itu malah mengigit tangannya dan mulai menghisap darahnya sendiri, tetapi sepertinya ada yang aneh. Dia tidak menelannya, darah itu hanya terkumpul di dalam mulutnya, kemudian dia menatap ku seolah berkata itu adalah milik ku.

"Tidak gilaaa!! Aku tidak mau!" Aku memberontak saat pria itu mendekati ku, lalu mulai mencium bibirku. Tentu aku menolak dengan menutup rapat-rapat bibirku, tapi dia 100x lebih cerdas dari ku, dia menggigit bibir ku dan memaksa ku membuka mulut. Dia terus memaksa ku, tidak! Aku tidak mau.

Mungkin kesabarannya sudah habis, dia memegang kepala ku lebih kuat dan memerintahkan ku untuk menelan darah itu.

"Argg ..." Senyuman puas tercetak di wajahnya yang gila itu saat aku mengeluh kala dia kembali mengigit bibirku. Aku terpaksa menelan darahnya yang langsung membuat ku ingin muntah, tapi tentu saja pria itu tak membiarkannya. Dia terus membungkam mulutku dengan ciuman dan hisapan di bibirku.

Ini gila, tapi kepala ku terasa berat. Pandangan ku kabur, melihat ku yang tergolek lemas pria itu akhirnya melepaskan ciumannya tersenyum puas.

"Kau sudah tidak bisa lari kemana-mana lagi Kelinci kecil," ucapnya pelan dan setelah itu aku sudah tidak bisa mengingat apa-apa lagi.

...

Foto hanya untuk pemanis saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Foto hanya untuk pemanis saja ... Tapi kurang lebih begini lah adegan hotnya ya sksksk ... Like komennya jangan lupa brother🤏

Only MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang