"Va--vampir?" ulang Peat dengan suara yang hampir tak bisa keluar dari kerongkongannya.
"Peat, percayalah tidak hanya ada manusia biasa di dunia ini. Bangsa seperti kami juga ada, aku adalah buktinya," Fort menyakinkan, Fort menarik pinggang Peat untuk duduk di pangkuannya. Pria itu tidak melawan hanya menatap Fort dalam diamnya yang entah berarti apa.
"Apa kamu takut?" tanya Fort cemas, rautnya tidak tenang bercampur dengan rasa panik yang tak karuan. Sedang Peat, rautnya tak terbaca, hal itu membuat Fort gundah sendiri.
"Jawab aku Peat, apa kau takut pada ku?" desak Fort.
Peat tidak menjawab malah memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih baik dan tidak merasa terganggu sama sekali dengan tangan Fort yang seakan selalu tau tempatnya di pinggang ramping milik Peat.
"Sini liat aku baik-baik," pinta Peat tidak menjawab sama sekali keresahan hati pria itu.
"Kamu bisa merubah warna mata mu kan?" tanya peat yang kemudian mendapat anggukan dari Fort. "Ayo coba lakukan!" pintanya antusias."Hah?" bingung Fort tak mengerti.
"Ckckckk ... Ayo ganti warna matamu, aku ingin lihat," ulang Peat menatap mata besar Fort lekat-lekat, melingkarkan tangannya di leher pria pemilik senyum manis itu.
Tidak banyak berkomentar Fort merubah warna matanya dari yang awalnya hitam kelam berubah warna menjadi merah, kemudian berubah lagi semakin merah layaknya merahnya darah. Hal itu tak luput dari tatapan Peat dengan kesan kagumnya yang amat terkesima dengan kemampuan Fort yang satu itu.
"Woahhh ..." puji peat menangkup pipi Fort dan menatap lebih dekat mata pria itu. "Apa kau bisa merubahnya menjadi warna hijau? Biru? Atau warna kuning?" tanya Peat beruntun.
"Hahaha ... Tidak bisa sayang," kekeh Fort tertawa kecil, perasaan lega langsung menelusup kedalam hatinya, ia amat bersyukur Peat tidak lagi menatap takut ke arahnya.
"Yahhh ..." Keluh Peat lesu, padahal dia berharap Fort bisa merubah warna matanya dengan berbagai warna yang lain.
"Apa kau kecewa, hmmmm? Bukankah di jaman sekarang kalian para manusia juga bisa memakai lensa kontak untuk mendapatkan warna mata seperti ini?" tanya Fort heran, "lagi pula matamu juga cantik, aku suka matamu," puji Fort.
"Cihhh kau berbohong, aku tidak punya mata merah seperti dirimu," protes Peat merasa tidak adil, ayolah kenapa hanya Fort yang bisa melakukan hal demikian. Dan kenapa pula peat tidak bisa.
"Kau tau Peat, mata mu cantik. Pertama kali melihat dirimu aku sudah jatuh cinta dengan matamu. Matamu selalu berkilau ketika terkena sinar, seperti berlian," puji Fort jujur, hal itu membuat pipi Peat merona. Memerah kayaknya tomat, ini gila kenapa pula dia harus tersipu hanya karena pujian dari pria itu.
"Sudahlah lupakan masalah mata, itu menyebalkan." ketus Peat berusaha menyembunyikan detak jantungnya yang kini berdebar tak karuan.
Seakan mengingat sesuatu peat sedikit tersentak kemudian tersenyum cerah.
"Lalu apa aku boleh melihat gigi mu?" tanya peat yang langsung di balas anggukan oleh Fort.Pria itu membuka mulutnya dan menampilkan dua gigi tarinya yang tajam. Peat kembali terkesima dengan rasa kagum yang membuncah, ini adalah pengalaman pertamanya bertemu dengan vampir. Ini luar biasa.
"Woahhh ... Ini keren!" puji peat menyentuh-nyentuh kecil gigi itu dengan tangannya. Terlihat sangat tajam, kemudian tanpa sengaja Peat menekan tangannya terlalu keras hingga menimbulkan goresan kecil."Aduhhh ... Ternyata tajam sekali," keluh Peat saat tangannya malah mengeluarkan darah.
"Heyyy ... Apa yang kau lakukan!" protes Fort khawatir, pria itu menarik tangan Peat dan menghisap sisa darahnya yang keluar. Hal itu tak luput dari tatapan Peat, segala hal yang Fort lakukan tidak akan dia lewatkan, seolah semua yang pria itu lakukan hanya akan menjadi hal yang mengagumkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only MINE
Vampire"Mulai sekarang kau tidak bisa lari kemana-mana lagi kelinci kecil, kamu ... milik ku!" Bercerita tentang seorang Fort yang jatuh cinta dengan tumbalnya sendiri.