part 8

1.8K 128 9
                                    

Nyanyian malam mengiringi penyatuan dua insan yang kini sudah sama-sama tidak lagi di tutupi oleh sehelai benang pun, tanpa melepaskan cumbuannya Fort membaringkan tubuh polos peat yang semakin mengkilap menggoda saat cahaya bulan yang remang-remang menerpa kulit putih mucat itu. Fort menghisap lidah peat dan mulai merasakan sensasi caramel yang manis dengan rasa dingin yang bercampur jadi satu, membuat dirinya kian mabuk kepayang.

"Slurpppp ... Aku tidak hanya menyukai bibir ini peat," racau Fort di sela-sela kegiatannya. Kemudian turun ke leher jenjang itu lalu mencium dada peat. " Aku juga ingin memiliki semua yang ada pada mu. Aku ingin tubuh mu dan juga hati mu, biarkan aku serakah peat. Biar kan aku memiliki mu untuk diriku sendiri."

  Lidah panas itu kemudian turun menjilat dan mengigit kecil punting berwarna pink itu dengan tangan satunya yang tidak mungkin menganggur begitu saja, ikut menemani dan sesekali memelintir dan mencubit kecil punting di dada yang sudah membusung dan tegang sepenuhnya, meminta fort untuk segera mengulum dan menghisapnya.

"Akhh ... Akhhh, sakit Fort," keluh Peat saat Fort dengan sengaja mengigit puntingnya.

Fort menyeringai mendengar desahan peat, tangannya kemudian semakin turun kebawah menyentuh adik kecil peat dan memberikan sedikit rangsangan dengan menyentuh ujung kepala penisnya.

"Tidak ada rasa sakit sayang. Aku hanya akan membuat mu mendesah penuh kenikmatan," ujar Fort kemudian meraih bibir merah yang kini mulai membengkak akibat ciuman-ciuman yang Fort berikan.

"Arghh ..."

"Arghh ... Fort!" racau Peat keenakan karena Fort mulai memompa sesuatu di bawah sana dengan tempo yang teratur.

Fort melepaskan ciumannya dan perlahan mulai turun menyusuri tubuh putih itu. "Buka kaki mu, baby," perintah Fort perlahan melebarkan kaki peat untuk memberikan akses padanya bermain-main di area sensitif itu.

"Ughhh ... Di--dingin," racau Peat keenakan. Fort menjilati ujung penis kecil milik peat yang kini sudah menegang sempurna dengan tangan lainnya yang mulai mengusap-usap lubang rektum milik peat. Fort mulai mengulum milik Peat, memaju mundurkan kepalanya dan memberikan sensasi luar biasa hingga membuat Peat meremas sprei yg kini sudah tidak berbentuk lagi.

Fort menghentikan aksinya saat peat sudah mencapai organisme nya yang kesekian kali, kali ini Fort sudah tidak bisa bermain-main lagi. Adik kecilnya meminta sesuatu yang lebih, tanpa aba-aba Fort melebarkan kaki lewat dan memposisikan dirinya di tengah-tengah, lalu mengarahkan juniornya ke arah lubang rektum Peat.

"Auchhh ... Forttt," racau Peat dengan rasa sakit yang tidak dapat dia toleransi, karena ini pertama kalinya, itu sangat sempit Fort sedikit kesulitan memasukkan miliknya yang memang tidak wajar ukurannya.

"Kau tau sayang ini sangat sempit ... Aku kesulitan memasukkan juniorku," keluh Fort masih terus mencoba. Pria itu sudah memberikan pelumas agar jalannya semakin mulus untuk memasuki lubang surgawi itu.

"Fort sialan ... Itu sangat besar--urghhh" dengan sekali hentakan milik Fort sudah tertanam di bawah sana, peat memuji miliknya itu membuat Fort semakin bersemangat dan membabi buta.

"Jangan menggoda ku sayang ... Kau tau aku tidak bisa diam saja dengan godaan mu ..." Cerocos Fort yang kemudian mulai bergerak, mencium dan melumat bibir peat dengan bagian bawahnya yang tetap bergerak maju mundur. Sedangkan Peat juga ikut melakukan hal yang sama namun berlawanan arah dengan yang Fort lakukan.

Keduanya terus melakukan hal tersebut hingga pagi menjelang. Tubuh Fort masih amat segar, namun melihat Peat yang sudah lemas Fort tidak tega dan memutuskan untuk berbaring di samping peat.
"Maafkan aku, kau pasti sangat kelelahan," sesal Fort mencium puncak kepala peat dimana rambutnya bahkan sudah lepek karena keringat akibat percintaan mereka yang berlangsung beronde-ronde.
Peat tersenyum nakal, wajahnya mendekat kearah wajah Fort dengan mimik tak biasa.
"Fort ... Aku mau lagi," ujarnya langsung duduk di atas tubuh Fort seolah mengawali pergulatan ranjang mereka yang hendak Fort akhiri.
"Hah?" Sebelum Fort sempat protes Peat sudah lebih dulu membungkam mulutnya dengan ciuman-ciuman panas.

Only MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang