part 10

1.9K 114 1
                                    

Fort terbangun saat sinar matahari mulai mengusik tidurnya, tadi pagi sehabis melakukan 'itu' dengan peat keduanya kembali tidur, peat yang kecapean dan Fort yang hanya ingin terus bermanja dengan pria kecilnya itu. Senyuman terbit di wajah tampan pria sexy itu, tanpa membuka matanya tangan kekar itu menepuk-nepuk space di sampingnya.

  Kemudian kerutan kecil muncul di keningnya saat merasa kekosongan di sisinya.

"Peat?" gumam Fort heran saat membuka matanya tak menemukan pria itu.

"Baby?"

"Sayang! Peat, hey kau dimana?" gusar Fort menjelajahi seluruh sudut kamar itu, di kamar mandi pun ia tak menemukan peat. Pria itu tak ada di mana-mana.

"Peat!"

"Sayang! Baby kau dimana? Peat!" teriakan Fort memenuhi tiap sudut rumah megah itu, Fort berdiri di sisi undakan tangga, menatap nyalang semua penjaga dan maid yang ketakutan karna teriakannya.

"Dasar penjaga-penjaga bodoh!" bentak Fort murka.

"Temukan istri ku segera atau aku akan memenggal kalian semua-"

"Fort bisakah kau berhenti berteriak? Telinga ku sakit mendengar mu berteriak-teriak," keluh Peat dengan piring berisi nasi goreng yang dia bawa di tangannya. Pria kecil itu menaruh piring itu ke atas meja kemudian berkacak pinggang menatap Fort tajam.

   Fort berlari turun dan memeluk peat erat, perasaan khawatir nya langsung menguap seketika saat melihat wajah istrinya itu. Fort takut, takut peat pergi, takut peat tak akan kembali, takut peat benar-benar meninggalkan dirinya.

"Baby ..." rengek Fort kemudian mengecup puncak kepala peat berkali-kali.

"Ada apa sih ihhh ..." Keluh Peat berusaha meregangkan pelukan itu, tapi Fort malah mengeratkannya lalu mencuri ciuman darinya. Fort membungkam bibir peat dengan bibir penuhnya, mengecap bibir manis itu dengan rakus seolah tak ada hari esok untuknya.

Peat terbelalak, Fort seolah tidak ada malu-malunya, padahal saat ini semua orang tengah berkumpul di meja makan dan Fort dengan tak tau malu malah nyosor mencium bibirnya. Peat langsung memukul dada pria itu gemas.

"Fort ..." cicit peat dengan pipi yang bersemu merah.

"Kau sudah gila ya, ada banyak orang di sini. Aku malu," lanjut Peat mencubit pinggang Fort gemas.

"Aku tidak perduli, lagi pula kenapa kau keluar kamar tanpa seijin ku. Aku takut kau kabur lagi sayang, itu akan berbahaya," ujar Fort dengan raut khawatir, peat hanya diam saja karena memang niat kabur-kaburan itu masih ada hanya saja peat bingung bagaimana cara merealisasikannya.

"Dan apa yang kau lakukan dengan banyak orang seperti ini, aku cemburu," ujar Fort kemudian memeluk pinggang peat posesif seolah mengatakan pada setiap orang di sana bahwa peat adalah miliknya seorang.

Peat mendengus kasar, " aku ke sini karena ingin memasak untuk mu," ujar Peat mengarahkan tatapannya pada sepiring nasi goreng yang masih mengeluarkan asap yang mengepul.

"Benarkah?" tanya Fort senang," pria itu langsung duduk dan menarik peat untuk duduk di pangkuannya.

"Suapi aku," punya fort manja.

"Memangnya tangan itu lumpuh, kenapa aku harus menyuapi mu?" kesal Peat namun tak urung pria cantik itu tetap menyuapi Fort dengan telaten, dengan sesekali mengusap sudut bibirnya yang cemong.

"Enyakk ..." Puji Fort dengan mulut penuh nasi goreng.

"Benar kah?" tanya peat senang, Fort hanya menganggukkan kepalanya dan menyambut suapan peat berikutnya.

Only MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang