17

1.1K 93 6
                                    

Adakah insan di dunia ini yang mampu menang akan kalahkan kerinduan, bahkan mahluk yang konon katanya kuat pun hancur lebur bak kepingan kaca yang berserakan tak berbentuk lagi. Keutuhan jiwa itu melebur bersama angin yang memporak-porandakan pertemuan yang hanya akan menjadi mimpi. Bunga tidur yang hanya akan terus menjadi harap.

   Rusak sudah! Hancur sudah! Tak ada yang tersisa, hilang sudah permata berharga yang dijaga. Hidup yang dulunya penuh warna kini tak lagi ada terangnya. Bulan yang digadang-gadang sebagai sinar yang paling terang dimalam hari itu kini tidak ada apa-apanya kala matahari sudah lenyap dari dunia. Baru dia sadari kekosongan ini mungkin pantas di sandingkan dengan nominasi-nominasi dunia, palung paling dalam di dunia ini pun akan kalah dalam dari rasa kosong yang tak pernah bisa terpenuhi sesaknya. Apalah artinya tubuh yang perkasa, harta yang bergelimang, tahta yang di miliki jika memang kehidupan mu yang hilang.

"Fort ..."

Tidak ada suara ... Setiap kali ada orang yang mau mendekat, semua selalu di usir sebelum mereka sempat mendekati dirinya. Fort menggunakan feromon nya untuk mengusir siapa saja yang berusaha mendekati dirinya.

"Ini ibu nak," Apo menatap sendu sang putra dengan jarak yang membentang, mereka dekat, masih bisa saling merasakan namun benteng besar seolah kokoh memisahkan. Apo merindukan putranya yang hidup, ia tak bisa lagi melihat Fort. Pria itu bak orang mati yang hanya mengunakan kata kehidupan untuk menunaikan kemalangan yang berkepanjangan.

"Ikhlaskan-"

"Benarkah yang mati tidak akan bisa hidup lagi ibu?"

"Benarkah kematian itu abadi?"

"Bukankah aku kuat? Bukan kah harta ku begitu banyak, aku pun seorang pangeran. Tak bisakah engkau pinta pada yang mengaku diri sebagai tuhan untuk mengembalikan milik ku. Belahan jiwa ku ibu."

Deg ...

Bagaikan pukulan yang tepat mengenai dadanya, tatapan itu. Barulah Apo sadari makna tatapan yang begitu dalam itu, tidak pernah Apo ketahui rasa kehilangan yang mendalam. Karena memang apo hanya mendengar apa yang tetua kisahkan, kini nyata lah kisah itu. Pasangan yang mati akan meninggalkan raga yang hidup dengan jiwa yang ikut terkubur bersamanya. Fort telah mati, jiwanya ikut terkubur bersama peat sore itu.

"Kematian adalah satu-satunya kekalahan untuk kita nak, tiada mahkluk yang tidak tunduk padanya. Akan datang hari dimana kita semua di jemput. Kita hanya tengah menanti giliran-"

"Lantas kapan waktu ku? Berapa lama lagi aku harus bertahan dengan sisa-sisa kepercayaan bahwa dia masih hidup. Bahkan lilin pun bisa redup tertiup angin, tidak bisakah kami bertemu lebih cepat," Fort bertanya dengan rasa sesak yang kembali memenuhi dadanya. Kamar ini hanya dia yang mengisinya, dengan bayangan peat yang setiap hari menghantuinya. Atau mungkin memang dialah yang meminta agar di hantui. Bergentayangan lah bila perlu, telah hilang akalnya. Bila bisa membangkitkan kematian Fort akan melakukannya bahkan dengan menggadaikan nyawanya sendiri.

"Fort!"

"Kau tidak boleh berkata demikian, hidup mu bukanlah milik mu. Kau harus mengikuti takdir yang tertulis, jika belum moon goddess yang meminta mu kembali tidak ada yang bisa kau lakukan selain bertahan di dunia fana ini. Jika tidak kau akan memutuskan benang merah antara mu dan peat," Apo berseru dengan keras, sakit hatinya mendengar pahitnya nasib yang di alami anak-anaknya. Entah karma buruk apa yang menimpa, dua anaknya telah kehilangan belahan jiwanya. Fort dan dew adalah hati yang patah, tidak ada obatnya.

"Hahaha ..." Fort tertawa dengan keras.

"Ikatan apalagi ibu? Bukankah dia yang memutuskan ikatan itu. Tidak perlu percaya pada omong kosong seperti moon goddess. Aku bahkan tidak lagi percaya kalau hal semacam itu ada-"

Only MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang