extra part 1

1.5K 98 11
                                    

Sebuah taman luas yang terletak di seberang gedung perpustakaan umum kampus cukup ramai pada siang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah taman luas yang terletak di seberang gedung perpustakaan umum kampus cukup ramai pada siang itu. Pepohonan yang mengelilingi berhasil menghadirkan hawa sejuk acap kali angin berembus lembut--kendati sang surya di atas sana tengah terik-teriknya. Hal tersebut membuat para mahasiswa betah berada di sana, entah itu untuk hanya sekadar berbincang dengan santai sebab penat belajar atau pun mengerjakan tugas kuliah. Seperti yang dilakukan oleh gadis berambut panjang sedikit bergelombang di salah satu kursi. Ia tampak begitu fokus dengan laptop di pangkuan.

Saking fokusnya, gadis itu sampai tak menyadari bahwa dirinya tengah menjadi pusat perhatian para kaum adam yang menempati kursi-kursi kayu melingkar, terletak tak jauh dari tempatnya berada. Mereka bertanya-tanya siapakah ia, berasal dari fakultas dan jurusan mana, dan bertanya mengapa ia sendirian hingga menimbulkan sebuah asumsi. Lantas, salah satu dari mereka mulai memberanikan diri untuk bangkit dan mendekat lantaran tak bisa menahan rasa penasaran.

Namun, belum juga sampai di tujuan, langkahnya sontak melambat dan terhenti total kala seorang lelaki lain datang dari arah berlawanan. Kedua matanya yang terhalangi oleh lensa kaca tertuju lurus pada sang gadis. Sudut-sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah kurva. Kemudian, laki-laki itu lekas menempati ruang kosong persis di samping gadis itu dan menyandarkan kepala pada bahunya tanpa izin.

Si gadis berupa cantik itu tetap pada posisi semula, tidak menghindar ataupun marah. Dan, siapa pun yang melihat pemandangan tersebut segera saja dapat menarik satu konklusi pasti: gadis itu sudah ada yang memiliki. Laki-laki yang semula ingin melakukan pergerakan awal pun mau tak mau segera mundur dengan kecewa yang menumpuk dalam diri.

Sementara itu, pacar si gadis sejenak mengangkat kepala untuk menoleh ke belakang. Mendapati pengganggu telah pergi, ia pun tersenyum penuh kemenangan. Lantas, dihelanya napas panjang sembari kembali menjadikan bahu gadisnya sebagai tempat sandaran paling nyaman. Namun, melihat ia yang tetap memusatkan atensi pada laptop, lelaki itu mendadak jadi kesal sendiri.

“Linka,” panggil laki-laki itu segera, menyebut nama sang gadis. “Aku datang kok malah kamu cuekin? Padahal kamu sendiri yang minta ketemuan di sini tadi.”

Linka menoleh sekilas sebelum kembali pada layar laptop di pangkuan. “Ah, maaf Kak, sebentar ya. Aku harus beresin tugas kelompok dulu soalnya,” jelas gadis itu dengan vokal lembutnya. “Tapi aku tau kok, Kakak yang datang.”

“Tau dari mana coba?”

“Itu tadi, Kak Zef datang-datang langsung main nyandar aja. Aku udah hafal tau, kebiasaan Kakak.” Linka kembali menengok pada lelaki itu--Zefran. Senyum simpulnya lantas mengembang. “Kakak lagi capek banget, ya?”

Samar, dahi Zefran tampak berkerut. “Capek?” tanyanya, bingung. “Nggak juga, tuh. Kenapa kamu bisa mikir gitu?”

“Karena Kakak selalu begini kalau lagi capek.”

See You After Midnight [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang