{On going}
Bagaimana jika takdir yang kita harapkan tidak sesuai dengan yang kita inginkan? Berjodoh dengan lelaki yang paham agama, dan baik sangat di inginkan perempuan bermata teduh ini. Akankah takdir perempuan ini akan bahagia? Atau malah sebal...
Seperti sebelumnya, Salwa di depan dan Shaka di depan, mereka mengendarai motor masing-masing.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Motor salwa
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Motor Shaka
Sebelum pergi Shaka mampir dulu ke tempat penjaga gerbang Ancala.
"Pak, Saya minta maaf atas ketidakasopanan saya tadi pagi" Ucap Shaka dengan tatapan rasa bersalah.
Satpam itu terkejut atas perubahan sikap anak pemilik sekolah ini, Murid-murid sudah pulang tidak ada lagi murid yang berkeliaran di area sekolah Ancala.
Momen ini lah yang di manfaatkan Shaka untuk menunjukkan jati dirinya.
Cowok dengan khas kalung perak itu, sebenarnya baik. Sifat tidak pedulinya itu hilang jika di hadapkan dengan pria tua atau baruh baya yang kesulitan akibat dirinya.
Baginya pria tua adalah ayah kandungnya sendiri. Jika melihat pria paruh baya ia akan mengingat ayahnya yang sudah pergi meninggalkan dirinya.
Jadi Shaka sangat menghormati Pria berumur panjang di luar sana.
Jika muda? Tidak, tidak akan ia hormati jika pria tersebut mengusik ketenangannya.
Mengeluarkan uang 10 lembar berwarna merah kemudian Shaka berikan ke pak satpam tersebut.
"Bukan bermaksud apa-apa saya ingin memberikan ini kepada bapak, ini rezeki untuk anak istri bapak, mohon diterima, maaf sekali lagi atas ucapan saya tadi pagi yang kurang sopan sama bapak, kalau gitu saya pamit ya pak Assalamu'alaikum"
Setelah memberikan uang tersebut Shaka pergi ketempat istrinya dan motornya berada.
"Waalaikumsalam" Jawab Pak Ardi selaku Satpam tersebut.
"Ternyata di balik wajah kasarmu itu tersimpan hati mulia, kamu menutupi sifat baikmu agar orang lain tidak mengetahuinya" Gumam Pak Ardi memandang lembaran uang merah tersebut.