[TWG] : 23. Tak Berhasil

9K 859 21
                                    

Saka menyadari ia mulai agak paranoid setelah mengetahui kebenaran soal Claire dan Jevan yang ternyata tidak pernah memiliki hubungan khusus. Mereka hanya dekat karena sama-sama tinggal di New York. Saat itu pun Jevan sudah memiliki pacar dan putus ketika ia pulang ke Indonesia. Claire memang terkenal dekat dengan banyak cowok. Tapi Claire tidak pernah bersenang-senang dengan cowok yang sudah memiliki pasangan.

Hal itu lah yang membuat Saka berpikir mungkin dia harus sedikit memberi jarak sebentar dengan sang istri. Dia tidak ingin dirinya semakin tak terkendali. Perasaan ini mengganggu dan membuatnya tak nyaman. Setiap kali dia mendapatkan laporan Claire bersama Baskara, tubuhnya memanas. Saka seperti ingin menghancurkan semua yang ada di sekitarnya.

Saka tak mengerti, kenapa sulit sekali untuk Claire menjauh dari Baskara.

Kenapa sulit sekali untuk Claire fokus pada pernikahan mereka saja?

Claire ingin dirinya bertindak sejauh apa agar dia mau berhenti bermain-main pada pernikahan mereka?

Tubuhnya yang tumbang pun semakin merusak suasana hati Saka. Dia tipe yang menjaga kebugaran dan kesehatan tubuhnya karena tahu aktivitasnya sangat padat. Banyak pekerjaan yang harus dia urusi, banyak hal yang harus ia pikirkan, tapi dengan tubuh seperti ini, bagaimana Saka bisa menyelesaikan semuanya?

Saka hanya beristirahat sebentar setelah meminum obat, sebelum nanti lanjut bekerja saat Claire menerobos masuk ke dalam ruang kerjanya. Sengaja Saka tak membuka mata karena ingin tahu apa yang hendak Claire lakukan. Lalu ketika ia merasakan tubuhnya dihangatkan dengan selimut yang diambilkan oleh sang istri—Saka tak menyangkal ada rasa senang yang menyusup ke dalam hatinya.

Perhatian kecil itu entah kenapa membuat tubuhnya terasa lebih ringan daripada obat yang dia minum. Mendorong Saka untuk lekas memperbaiki hubungan mereka dan menurunkan egonya dengan mengajak sang istri bicara setelah kepulangannya dari Singapura. Dengan begitu mereka mungkin bisa sama-sama menyiapkan diri agar tidak perlu ada pertengkaran saat mereka bicara nanti.

Suasana hatinya mungkin membaik. Sayangnya tubuhnya tidak begitu. Saka tak menyangka dia akan drop lalu berakhir pingsan saat akan beranjak dari tempat tidur untuk bersiap-siap berangkat ke kantor.

Saka tidak tahu berapa lama dia hilang kesadaran. Hanya saja, dia kembali sadar oleh sebuah suara yang memanggil namanya. Tubuhnya dipapah lalu direbahkan di atas tempat tidur. "Saka, kamu bisa dengar aku?" suara itu terdengar familier, membuat Saka ingin melihat wajahnya.

Matanya yang berat ia paksa terus terbuka walaupun pandangannya mengabur oleh rasa pusing di kepala. Sosok itu jelas perempuan. Namun Saka tak yakin dia sedang berada di realita atau hanya berhalusinasi—sebab selain pekerjaan, kepalanya hanya diisi oleh sang istri sehingga dalam pengelihatannya yang tidak sempurna, ia melihat sosok itu sebagai Claire.

"...Claire?" lirihnya seraya menggenggam pergelangan tangan cewek itu yang menyentuh keningnya.

Cewek itu terkejut. Terdiam saat jemari Saka mengenggam tangannya. Terjadi kesenyapan untuk beberapa saat. Sampai Saka menyebutkan nama itu lagi. "Claire, you're here?"

Kali ini dengan sedikit kekuatan yang ia miliki, Saka menarik tangan cewek itu. Mendekap tubuh mungilnya ketika jarak mereka menyempit. "Claire," panggilnya lagi. Mengeratkan pelukannya seolah tidak ingin perempuan di dalam pelukkannya pergi kemana-mana. "Sebentar aja. Biarin saya peluk kamu sebentar aja ... cuma sebentar." Lirihnya, sampai kesadarannya kembali hilang oleh rasa kantuk dan lelah yang mendera tubuhnya.

***

Alana menoleh ketika mendengar suara deritan pintu yang terbuka. Begitu melihat sosok ringkih Saka, dia langsung turun dari stool dan mendekati cowok itu khawatir. "Kenapa? You need something? Atau masih pusing?"

The Wedding GamesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang