"Ini bisa aja pengalihan,"
"Dan bisa jadi ada dua orang yang bekerjasama." Saka menyambung ucapan Gastra. Lalu dia menatap cowok itu yang masih duduk di kursinya. Mencari jejak-jejak Claire dengan Harum dan Astra berada di lapangan. Dari penelusuran mereka, Claire dibawa ke pinggiran kota Jakarta. Kini Harum dan Astra tengah menyisir semua lokasi. Saka sudah akan menyusul kalau saja seseorang tidak menghubunginya dan meminta uang tebusan.
Dengan bukti foto-foto Claire dalam keadaan pingsan dan terikat di kursi. Saka tahu mereka tidak main-main. Saka langsung meminta Gastra mencari tahu dan ia memutar stir mobil menuju markas. Meminta Gastra menyelidiki nomor tersebut—namun sudah sangat terlambat sebab nomor itu adalah nomor sekali pakai.
"Lo tetap mau kasih uang itu ke mereka?" tanya Gastra.
"Itu bukan bagian pentingnya." Sungguh Saka rela menukar apa saja demi keselamatan Claire. Bahkan nyawanya sendiri. Terlebih, Claire tengah mengandung anaknya.
Saka tidak tahu harus bereaksi bagaimana saat menemukan sebuah tespek di laci meja rias Claire. Dia ingin senang tapi di saat yang bersamaan perasaan itu sukar didapatkan. Jadi di detik ia mengetahuinya, ia hanya bisa terduduk lemas. Saka merasa begitu bodoh dan tidak berguna. Bukan hanya tidak bisa menjaga istrinya, dia juga ayah yang buruk untuk calon anaknya.
"Belum tentu mereka bakal bawa Claire ke lokasi itu," lanjut Saka muram.
Christian mengangguk. "Kalau gitu, kita bagi dua tim."
Gastra menyetujui.
"Dan biar saya saja yang menyerahkan uang itu, Pak," tambah Christian. Entah kenapa dia memiliki firasat buruk soal ide Saka yang memberikan uang itu secara langsung pada si penculik. "Kita belum tahu orang itu akan datang dengan tangan kosong atau bersenjata."
"Dia minta saya sendiri yang menyerahkan uangnya." Saka menyugar rambutnya gelisah. Apapun bisa terjadi nanti. Tidak ada yang bisa menebak jalan pikiran kriminal. Saka hanya tidak ingin Claire lebih lama berada di sana, dia pasti sangat ketakutan. Istrinya memang tampak tidak terluka dalam foto-foto tersebut. Meskipun begitu, tidak ada yang tahu apa yang terjadi beberapa jam setelahnya. "Mereka akan menyakiti Claire kalau sampai saya nggak menuruti perintah mereka."
Christian paham Saka lebih mengkhawatirkan keselamatan sang istri dibanding dirinya sendiri. Namun sebagai asisten Saka, dia tentu peduli pada nyawa bosnya. Apalagi Christian juga mendapatkan perintah khusus dari Abrian untuk mengawasi Saka dari keputusan yang membahayakan keselamatannya.
Bagaimana pun, Saka adalah sang pewaris. Abrian tentu tidak ingin kehilangan orang yang sudah sangat ia percaya melanjutkan perusahaan yang ia bangun dengan keringat, darah, dan tangisnya.
"Tapi, Pak—"
"Chris," pungkas Saka dengan nada dingin. "Saya nggak butuh pendapat kamu soal keselamatan istri saya."
Christian menghela napas. Tidak mempunyai argumen apapun untuk membantah keputusan Saka. "Kalau gitu, saya akan memanggil orang-orang Pak Abimanyu untuk melindungi Bapak."
Saka tak mengangguk maupun menggeleng. Pikirannya sekarang hanya dipenuhi tentang keadaan Claire. Karena ada dua lokasi yang berbeda, salah satunya mungkin saja jebakkan. Dan daripada dirinya, Saka yakin Harum dan Astra lebih membutuhkan lebih banyak orang untuk membantunya. "Kirim orang-orang Papa bergabung dengan Harum dan Astra."
"Terus bagaimana dengan, Bapak?" sergah Christian ingin protes.
"Saya tidak membutuhkan perlindungan sebanyak itu."
Christian nampak ingin menyangkal. Namun dering ponsel Saka membuat mereka menghentikan pembicaraan.
Saka lekas menyambar ponselnya. "Mereka udah kirim lokasinya," katanya, "Kita pergi sekarang," yang kemudian bergegas pergi menuju mobilnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding Games
Romance[COMPLETED] Claire Davina Salim definisi dari keegoisan itu sendiri. Ia tidak ingin dimiliki oleh siapapun. Menikah tidak pernah menjadi tujuah hidupnya, Sampai pria bernama Arsaka Alexander Winata melamarnya.