Pasangan suami istri itu menjalani hari seperti biasa setelah pertengkaran mereka. Meskipun Claire telah menyelesaikan syuting filmnya, masih banyak schedule lain yang menanti. Dia bertekad ingin bekerja lebih keras agar bisa mengumpulkan uang sebanyak mungkin dalam waktu singkat. Side bisnisnya yang kembali beroperasi membuat Claire mulai memberi perhatian ke sana. Terlebih tidak ada lagi yang bisa ia percaya.
Baguslah, dengan kesibukannya, Claire punya alasan untuk pulang lebih larut ke rumah.
Hubungannya dengan Saka tentu mulai menjarak. Saka yang memang selalu sibuk membuat semua lebih mudah buat Claire. Jarang sekali mereka bertemu di rumah. Apalagi Saka masih harus bolak balik Jakarta-Singapura. Mungkin bagian sulitnya adalah tetap berakting menjadi istri yang manis padahal Claire sedang tidak ingin di depan orang-orang. Rasanya dia muak sekali melakukan itu. Claire tak bisa membayangkan jika harus begini seumur hidupnya.
Hal itu nampaknya disadari oleh para pekerja rumah yang memang sangat memperhatikan keharmonisan rumah tangga tuan dan nyonyanya. Di dapur, Bi Sum dan Mbak Tim bergosip.
"Kamu ngerasa nggak sih, Tim, bapak sama ibu kelihatan nggak akur?" mulai Bi Sum yang tengah menggoreng ayam.
"Sedikit, sih. Tapi mungkin karena sama-sama sibuk kali, ya. Kemarin mereka sarapan bareng, bapak masih cium kening ibu, kan?"
"Iya. Cuma ekspresi ibu kayak malas gitu. Bapak juga nggak banyak omong."
"Lagi barantem kali. Namanya juga suami istri." Ujar Mbak Tim. "Tapi bapak walaupun barantem, cium kening ibu nggak lupa, ya. So sweet banget deh Bapak." Mbak Tim malanjutkan sambil terkekeh gemas.
"Eh, iya, ya." Bi Sum ikut terkikik. "Semoga barantemnya nggak lama-lama, ya. Kangen lho aku nonton drakor secara live."
Di lain tempat Saka menggosok telinganya yang terasa panas lalu mengangkat pandangan ketika sosok Baswara mendekati meja.
"Papa," Saka menyapa lebih dulu. "Sehat, Pa?" tanyanya setelah Baswara duduk.
"Sehat," Baswara mengangguk dengan senyum ceria. "Kamu gimana, Saka? Sehat? Sejak pulang honeymoon, Papa cuma ketemu kamu sekali."
"Saya sehat, Pa." Jawab Saka. "Belakangan memang lagi banyak pekerjaan. Maaf jarang bisa menjenguk Papa dan Ibu."
"Ah, nggak apa-apa. Papa ngerti kamu banyak pekerjaan. Papa juga sudah dengar," Baswara tersenyum penuh arti. "Pak Abrian nampak sudah benar-benar yakin sama kamu."
Saka tersenyum tipis. "Saya masih perlu banyak belajar."
Percakapan mereka terjadi ketika pelayan restoran datang dan membawakan buku menu. Sejenak, keduanya fokus dengan kegiatan memesan.
"Gimana kabar, Claire?" air muka Baswara berubah sendu ketika menyebutkan nama putrinya. "Telpon Papa nggak pernah diangkat. Kayaknya putri Papa sibuk banget, ya." Diakhiri dengan kekehan masam.
"Claire baik, Pa. Belakangan memang sibuk syuting." Saka menghela napas. "Nanti saya cari waktu supaya kami bisa berkunjung ke rumah Papa."
Baswara menggeleng. "Jangan terlalu dipaksaiin kalau Claire nggak mau. Sejak kecil dia udah terlalu sering dipaksa."
Saka hanya diam. Sedikit ucapan Baswara membuatnya tersindir.
"Kalian baik-baik aja, kan?" tanya Baswara ingin tahu.
"Kami baik-baik aja, Pa." Saka jelas berdusta. "Kadang memang suka beda pendapat. Tapi itu udah biasa."
Baswara tertawa. "Menghadapi Claire memang nggak mudah. Apalagi buat kamu yang terbiasa memerintah dan dominan. Itu juga alasan Papa dan Claire dulu sering bertengkar. Mungkin ini akan sulit buat kamu, tapi Claire akan melunak kalau kamu juga melunak."
![](https://img.wattpad.com/cover/333421120-288-k226795.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding Games
Roman d'amour[COMPLETED] Claire Davina Salim definisi dari keegoisan itu sendiri. Ia tidak ingin dimiliki oleh siapapun. Menikah tidak pernah menjadi tujuah hidupnya, Sampai pria bernama Arsaka Alexander Winata melamarnya.