Tidak ada hal yang diinginkan Claire selain tidur lebih lama. Tubuhnya remuk, kakinya pegal, secara fisik dia sangat kelelahan. Kegilaan Saka semalam baru berefek keesokan harinya. Claire kewalahan menghadapi Saka yang berstamina kuda. Cowok itu baru benar-benar berhenti dan membiarkannya tidur ketika jarum pendek menyentuh angka lima pagi.
Walaupun begitu, Claire tak memungkiri jika percintaan mereka luar biasa menyenangkan dan panas.
Saka memang tidak pernah mengecewakan dalam memuaskannya. Hal itu sedikit membuatnya merasa kalah sebab beberapa kali dia harus menurunkan egonya dan memohon pada cowok itu. Terlebih Saka selalu mengejek staminanya saat Claire sudah nampak begitu kelelahan.
Sepertinya Claire memang harus kembali rajin olahraga. Dia tidak mau membuat Saka makin besar kepala hingga cowok itu berpikir telah berhasil menaklukkannya.
Tapi hari ini, biarkan dirinya beristirahat. Ia juga butuh tidur sebab sejak kemarin waktu tidurnya sangat sedikit. Sayangnya Claire tipe yang mudah terjaga. Sedikit suara atau gangguan akan membuat cewek itu terbangun.
Seperti sekarang. Matanya mengerjap kala kilauan cahaya matahari menyinari wajahnya. Beriringan dengan kelopak mata terbuka, Claire tak menemukan Saka di sebelahnya. Pikirnya Saka mungkin sudah pergi. Namun begitu mendengar suara deritan pintu, Clarie mendapati cowok yang semalam bercinta dengannya keluar dari kamar mandi dengan kondisi shirtless.
Dari pinggang sama mata kaki ditutupi celana bahan abu-abu tua. Meskipun begitu, pemandangan perut sixapack serta otot-otot dadanya tetap mampu membuat Claire kembali teringat percintaan mereka semalam. Pipinya seketika memanas, membuatnya berdeham membasahi tenggorokkannya.
"Gue pikir lo udah pergi," ucap Claire menjaga nada suara agar terdengar tak kecewa.
"Sebelum pergi saya pasti bangunin kamu dulu buat pamitan," Saka manatap Claire sebentar sebelum melanjutkan langkahnya menuju lemari lalu mengambil kemeja putihnya di sana. Posisi cowok itu yang membelakanginya membuat Claire kembali menangkap pemandangan tato Saka.
Jika semalam dia tidak bisa fokus—sekarang dia yakin kalau tato Saka memang berbentuk harimau. Di bagian atas mendekati bahu ada simbol ying dan yang serta anak panah.
"Sejak kapan lo punya tato?" akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari bibir Claire.
Gerakkan Saka yang hendak memakai kemeja terjeda sebentar. "Empat tahun yang lalu," jawabnya singkat sembari memasang butir-butir kancing kemejanya.
Claire terdiam. Sebetulnya mendapati Saka memiliki tato cukup membuatnya terkejut. Cowok itu terlalu kaku untuk mempunyai pemikiran mengukir tubuhnya dengan tinta-tinta hitam permanen. Apalagi Saka bukan tipe melankolis seperti Barra yang setiap kali galau akan melampiaskannya dengan lagu atau membuat tato di tubuhnya.
Bibir Claire terbuka ingin bertanya alasan Saka membuat tato—tapi menutup kembali ketika dia menyadari kalau dia akan terlihat seperti terlalu ingin tahu. Itu bukan urusannya. Terlebih jika terjadi empat tahun yang lalu, dimana ia dan Saka sudah tidak memiliki hubungan apa-apa.
"Hape gue udah lowbatt, " Claire meringis merasakan bagian intimnya ngilu ketika ia bangkit bangun. Namun buru-buru merubah ekspresi menjadi datar begitu Saka membalikkan badan dan menghampirinya. "Bisa pinjam hape lo?"
"Buat apa?" cowok itu tidak langsung mengiakan. Duduk di tepi tempat tidur sembari memandangi tubuh Claire yang tak tertutupi selimut. Tanda-tanda merah sekitar leher, bahu, dadanya membuat Saka teringat betapa gilanya dia mencumbu setiap inci tubuh cewek itu. Bahkan kini Saka merasa ingin kembali mengulangnya.
"Lo lupa udah robek underware dan kemeja gue?" suara ketus Claire membuyar fantasi Saka. Matanya mengarah ke wajah Claire yang sedikit pucat. Bisa jadi karena tidak menggunakan make up, bisa jadi juga karena kelelahan. Saka harus mengakui, jika dia memang tidak terkontrol semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding Games
Romance[COMPLETED] Claire Davina Salim definisi dari keegoisan itu sendiri. Ia tidak ingin dimiliki oleh siapapun. Menikah tidak pernah menjadi tujuah hidupnya, Sampai pria bernama Arsaka Alexander Winata melamarnya.