Acara pertunangan Claire dan Saka digelar secara mewah di ballroom hotel milik keluarga Salim. Senyum Claire merekah lebar selama proses lamaran berlangsung. Dalam balutan gaun Virginia Viard, Claire nampak memesona dengan gaun hitam dari Chanel. Serasi dengan Saka yang mengenakan tuxedo hitam dari Dior.
Visual mereka ketika disandingkan membuat para tamu menggeleng-gelengkan kepala takjub. Membayangkan akan secantik dan setampan apa rupa anak-anak mereka suatu saat nanti.
Pertunangan mereka memang tidak mengundang banyak orang. Walaupun begitu Claire tetap dibuat lelah sebab harus berakting dalam waktu yang cukup lama. Berakting bukan sesuatu yang sulit untuk Claire. Hanya saja dia tidak pernah melakukannya tanpa jeda. Biasanya selalu ada break sebelum ia kembali masuk ke dalam peran yang ia mainkan.
Tidak seperti sekarang dimana sudah berjam-jam dia berusaha nampak bahagia. Bersikap ramah pada ibu tiri dan saudara-saudaranya. Belum lagi ia harus menemani Saka menyapa kolega-kolega bisnisnya. Dia lumayan lelah. Apalagi tadi pagi ia dan Saka bertengkar perkara Claire yang menghilang sejak semalam. Dan penyebabnya adalah Baskara.
Claire bukan dengan sengaja ingin mencari masalah. Semalam Chiko menghubunginya dan memberitahu Baskara mabuk berat. Tentu saja Claire panik karena Baskara tidak pernah begitu sebelumnya. Terlebih dia tahu penyebab Baskara sampai seperti itu adalah dirinya. Claire mulanya hanya berniat mengantar Baskara ke apartemennya. Tapi melihat Baskara yang muntah-muntah, Claire tidak tega dan berakhir ketiduran di tempat cowok itu.
Ketika bangun, dia mendapati ada panggilan tak terjawab dari Saka sebanyak sepuluh kali.
"Don't be gloomy, Claire. Setelah hampir membuat semua kacau, at least, kamu harus membayarnya dengan kemampuan akting kamu, kan?" sindiran Saka yang ditujukan padanya membikin Claire membuang napas keras.
"I didn't know you're a vengeful person," Claire membalas. Melirik Saka dari ujung matanya. "Gue udah jelasin sejujurnya sama lo. If you still don't believe, means there's nothing I can do anymore."
"Kamu sebut itu penjelasan?" Saka mendengus sinis. "That's not an explantion, Claire. But an excuse."
Claire merapatkan bibirnya geram. Ingin membalas tapi kedatangan Pak Handoko dan Ibu Inggar membatalkan niatnya. Dalam sekejap, ekspresi Claire langsung berubah ramah dan penuh senyum. Menyapa mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.
Pertunangan mereka memang tidak mengundang banyak orang—tapi jelas yang diundang adalah orang-orang penting.
Dari jauh, Claire melihat kakeknya bicara dengan papa Saka. Begitu pun orang-orang penting di dalam sini yang datang dengan tujuan berbeda-beda. Hidup dalam lingkungan sosial kelas atas sepanjang hidupnya membuat Claire terbiasa dengan hubungan timbal balik. Sebab itu, Claire tidak pernah merasakan hubungan tulus tanpa maksud apapun—until she felt Baskara's sicerity for her. Sebagian dirinya merasa kasihan, namun sebagai lagi harus bersikap lebih tega agar Baskara tidak tersakiti lebih banyak.
Wajah Claire tertunduk. Semalam dia kurang tidur. Paginya malah diajak bertengkar oleh Saka—tidak heran dia jadi cepat lelah menemani Saka berputar-putar menyapa tamunya.
"Gue mau toilet sebentar," ucap Claire, sedikit berbisik.
Saka menoleh. Menatapnya cukup lama sebelum memberi anggukkan kepala.
Tanpa membuang waktu, Claire melepaskan tangannya dari lengan Saka yang ia gandeng. Berlalu melewati beberapa tamu yang menyapanya singkat menuju kamar mandi terdekat.
Begitu memasuki bilik kamar mandi, mata Claire langsung beradu dengan Salvia melalui kaca wastafel. Ada ponsel yang menempel di telinga cewek itu.
Keheningan singkat itu akhirnya terpecah begitu Salvia mengeluarkan suaranya. "Nggak apa-apa, Mas Bas. Acaranya udah mau selesai kok. Ini aku udah mau siap-siap pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding Games
Romance[COMPLETED] Claire Davina Salim definisi dari keegoisan itu sendiri. Ia tidak ingin dimiliki oleh siapapun. Menikah tidak pernah menjadi tujuah hidupnya, Sampai pria bernama Arsaka Alexander Winata melamarnya.