Jisoo tidak punya pilihan selain menandatangani surat-surat itu.
"Ini secara teknis adalah pernikahan, kan. Dan seharusnya ada ciuman." Kata Jisoo sambil menggoyangkan alisnya.
"Diam. Ini untuk formalitas. Kamu akan tinggal di sini, maka kita harus bertemu ayahmu secepat mungkin." Katanya.
"Ya ampun kenapa kamu begitu putus asa untuk bertemu ayahku." Irene menatapnya tajam.
"Tidak ada pertanyaan."
"Baiklah, baiklah. Tenangkan pantatmu."
"Bisakah kita bertemu dengannya besok?" tanya Irene.
"Tidak."
"Mengapa?"
"Aku tidak bisa pulang. Dia mengusirku bertahun-tahun yang lalu karena aku tidak bisa memberinya ahli waris. Dia ingin memiliki ahli waris lelaki maupun perempuan. Dia bahkan tidak peduli selama itu keturunanku. Tapi aku belum menikah. Maksudku sebelum hari ini tentu saja. Aku bahkan belum punya pacar."
"Kenapa kau baru memberitahuku sekarang?!"
"Yah, kamu tidak bertanya. Aku lapar, apakah kamu punya makanan di sana? Ayam, khususnya." Jisoo hendak berdiri tapi ...
"DUDUK!"
"O-Oke." Jisoo duduk seperti anak anjing yang patuh. "Uhm jadi...apa kamu siap hamil? Maksudku, aku harus punya anak." Kata Jisoo.
"Tidak, kita tidak melakukan itu. Itu akan memakan banyak waktu. Aku harus melakukan rencana lain." Kemudian sebuah ide muncul di benaknya. "Ayo adopsi!"
“Kalau tidak punya ciri-ciri seperti ku atau ayah, dia akan ragu dan akan mendapatkan tes DNA lalu boom, rusak. Itu terlalu berisiko aku akan kehilangan warisanku.” Irene memutar matanya.
"Kamu membuat segalanya menjadi rumit."
"Tidak, kamu membuat segalanya menjadi rumit. Aku menjalani kehidupan yang damai lalu kamu tiba-tiba ada di sana, menikah denganku dan boom-"
"DIAM. Kamu tidak punya ruang untuk bicara di sini."
"Baiklah baiklah terserah."
Apa langkahku selanjutnya sekarang?
__________
"Bisakah kau berhenti menarikku demi tuhan?! Astaga!" Teriak Jisoo saat Irene menariknya keluar dari rumah. Dia mengambil hari libur karena wanita yang menuntut ini.
"Berhentilah mengeluh kita kehabisan waktu!" Mereka pergi ke mobil, Irene ingin pergi ke pusat adopsi.
"Sudah kubilang ini berisiko."
"Kita akan menemukan seseorang yang mirip denganmu. Kita akan pergi ke setiap adopsi pusat sampai kita menemukan seseorang yang mirip denganmu."
"APA?!"
_________
"Irene aku lelah ayo pulang." rengek Jisoo. Sudah hampir subuh namun mereka masih belum melihat anak yang mirip Jisoo.
"Jangan komplain masuk saja." Mereka masuk, Irene pada dasarnya hanya menarik Jisoo. Mereka berjalan dan staf menemani mereka ke kamar bayi, Irene mulai dari bayi usia enam bulan hingga tiga tahun, sehingga mereka dapat membenarkan jangka waktu Jisoo meninggalkan ayahnya. Irene sedang memeriksa bayi yang sedang bermain, sampai dia menemukan bayi laki-laki kecil, mirip Jisoo.
"Berdiri tegak." Dia memperbaiki postur Jisoo lalu dia membandingkan wajah mereka. "Ya Tuhan. Akhirnya dia ada! Kita akan mengadopsi bayi ini?" kata irene Mata Jisoo berbinar saat melihat bocah itu
"Bisakah aku menggendongnya?"
"Ya tentu saja" Jisoo menggendongnya dan bocah itu begitu tenang dengan Jisoo. Jisoo tersenyum.
"Selamat datang di keluarga." Irene menandatangani beberapa hal lain, untuk menyelesaikannya.
"Dia anak laki-laki delapan bulan, kamu bisa membawanya pulang sekarang. Tapi kamu masih harus menjalani prosedur hukum. Dia adalah Younghoon. Dan aku punya tawaran lain." Kata staf.
"Apa itu?"
"Dia punya saudara kembar dan kamu juga bisa membawanya pulang. Dia hanya tidur dengan benar sekarang."
"Tidak tidak-"
"Apa dia mirip dengannya?" tanya Jisoo.
"Ya, mereka kembar identik."
"Bagus! Oke kita akan membawanya pulang." Kata Jisoo.
"Apa tidak-"
"Oke, tanda tangani saja di sini."
"Baiklah." Jisoo menandatangani surat-surat itu dan Irene hanya bisa bertepuk tangan.
"Ya Tuhan, apa yang membuatku terlibat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HER ASSIGNMENT (JIRENE) ✅
FanfictionTHIS STORY IS NOT MINE, THIS STORY ABSOLUTELY BELONGS TO THE AUTHOR @JisooOnTop/AUTHOR I ONLY TRANSLATE BACK FROM ENGLISH TO INDONESIAN. Irene diberi misi, untuk mengawasi ayah Jisoo dan mendapatkan informasi tentang rencananya. Untuk melakukan ini...