Jisoo bingung. Dia berada di sebuah rumah yang terbakar.
"Eomma!" Teriaknya saat melihat ibunya, berlari ke sebuah kamar.
"Jisoo! Jisooyah!" Dia mendengar ibunya. Dia mengikutinya dan di sana dia melihat dia mengangkat Jisoo yang berusia 7 tahun dari tempat tidur.
“Eomma.. ada apa?” Gadis kecil itu bertanya,
"Kamu akan aman, oke?" Tapi kemudian dia tidak sengaja tersandung, dia dan Jisoo kecil terjatuh.
"Jisoo! Eugene!" Dia mendengar teriakan, di sana ayahnya berlari ke arah mereka.
"Ki Joon!" Teriak ibunya.
"Ya ampun!"
"Ayo, selamatkan Jisoo. Aku akan baik-baik saja di sini." Ki Joon mengangguk, dia menjemput Jisoo.
"Eomma!" Jisoo dibawa keluar.
"Ayah selamatkan eomma!" Tapi Ki Joon tidak bergerak. Lalu rumah itu benar-benar hancur.
"Eomma!"
__________
"Eomma! Eomma.." ucapnya sambil duduk, mengatur nafasnya.
"Ada apa-" Irene terputus dengan pelukan, dia menepuk punggung Jisoo.
"Tidak apa-apa.. bisakah kamu memberitahuku ada apa?"
"Ma..eomma." Jisoo terus bergumam jadi Irene membiarkannya. Jisoo menangis, Irene bisa mendengar isak tangisnya. Jisoo akhirnya tenang.
"I.. ibuku ada dalam mimpiku .."
"Apa yang telah terjadi?"
"Ayahku jahat.. persetan dengannya." Kata Jisoo. Jisoo menatap Irene.
"Dia membunuh ibuku."
"Apa?"
"Aku berumur enam tahun ketika ibuku meninggalkan ayahku ketika dia mengetahui betapa jahatnya dia. Dia membunuh orang tanpa ampun. Dan aku membencinya karena itu. Ibuku dan aku tinggal jauh. Tapi setelah setahun, dia menemukan kami."
"Lalu dia membawamu lalu membunuh ibumu?"
"Tidak. Awalnya dia mulai bernegosiasi dengan ibu, tapi ibu benar-benar memutuskan untuk menjauhkanku darinya. Setelah seminggu atau lebih, suatu malam rumah kami tiba-tiba terbakar. Seharusnya aku berada di kamp hari itu, tapi aku merasa tidak enak jadi aku tinggal dengan ibuku. Tepat pada saat ayahku datang, mungkin ketika dia mengetahui bahwa aku ada di sana. Dia menyelamatkanku.. tetapi bukan ibuku. Ketika aku dewasa, aku mengetahui bahwa dia orang yang menyalakan api berpikir bahwa aku tidak ada di sana dan inilah waktunya untuk membunuh ibuku agar dia tidak pusing dan dia bisa membawaku. Dia punya waktu untuk menyelamatkannya.. tapi dia tidak melakukannya.. dia monster.." Tangan Jisoo mengepal.
Memang benar.
"Kenapa dia mengajakmu?" tanya Irene.
"Karena aku anak satu-satunya sebelum dia mandul. Dia punya penyakit yang berhubungan dengan organnya atau sesuatu yang membuatnya mandul. Aku tidak begitu tahu karena aku tidak terlalu peduli. Dia membutuhkanku, untuk mensukseskan semua kekayaan keluarga Kim" kata Jisoo. Irene mengangguk.
"Apakah kamu tidak berpikir untuk menuntutnya atau sesuatu?"
"Siapa yang akan percaya padaku? Dan kamu dengar dia, dia kuat. Aku tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya" Irene mengangguk, lalu dia memegang tangan Jisoo.
“Kami akan melakukan segalanya untuk melakukan keadilan ibumu.” Jisoo tersenyum
"Terima kasih, Rene."
__________
Pagi harinya, Jisoo bangun dan dia merasa lebih baik. Irene merawatnya dengan sangat baik. Dia berdiri, lalu dia berjalan ke ruang tamu. Dia berjalan ke Irene dan mencium keningnya. Itu hanya cara kecil Jisoo untuk menunjukkan rasa terima kasih.
"Selamat pagi, Rene. Terima kasih sudah merawatku tadi malam, pasti susah juga mengurus anak-anak ini." Kata Jisoo sambil duduk di kursi. Irene sepertinya tenggelam dalam pikirannya.
"Hai Rene Anda baik-baik saja?"
"Ya uhm.. tentu saja makan sekarang lalu minum obat yang kusiapkan." Jisoo tersenyum.
"Baiklah."
KAMU SEDANG MEMBACA
HER ASSIGNMENT (JIRENE) ✅
FanfictionTHIS STORY IS NOT MINE, THIS STORY ABSOLUTELY BELONGS TO THE AUTHOR @JisooOnTop/AUTHOR I ONLY TRANSLATE BACK FROM ENGLISH TO INDONESIAN. Irene diberi misi, untuk mengawasi ayah Jisoo dan mendapatkan informasi tentang rencananya. Untuk melakukan ini...