Jisoo menelepon Irene, setelah beberapa dering akhirnya dia menjawab.
"Irene kamu dimana?!"
"Di perpustakaan! Aku dikurung! Apa yang terjadi?"
"Dapurnya terbakar. Aku akan ke sana sebentar lagi." Jisoo tidak mematikan teleponnya, jadi dia tahu apa yang terjadi pada Irene. Dapurnya persis di sebelah perpustakaan, membuat Jisoo semakin khawatir.
"Brengsek!" Perpustakaan dipenuhi asap, tak lama kemudian api akan mengelilingi area itu juga.
"Irene dimana kamu?!! Aku tidak dapat menemukanmu di sini!"
"A-aku dikurung-ahh!"
"Apa yang telah terjadi?!"
"Aku baru saja mencoba menendang pintu di sini tapi terlalu keras!"
"Kamu di kamar ayah tunggu aku!" Jisoo segera berjalan kesana dan menekan tombol, pintu terbuka, Irene sudah duduk di lantai. Dia menggendong Irene di punggungnya.
"Ya ampun!" Pintunya sudah terbakar.
"Oke kita harus tetap di belakang." Mereka kembali ke dalam ruangan.
"Ngapain kita kesini?" tanya Irene.
"Pemadam api." Jisoo menggunakan sidik jarinya untuk membuka pintu yang lain, memperlihatkan ruangan besar. Jisoo meletakkan Irene di sofa, dia menggunakan sikunya untuk memecahkan kaca.
"Tunggu aku, harus keluarkan pintu dari api agar kita bisa pergi." Jisoo meninggalkannya sebentar, Irene berkeliaran. Dia menemukan sebuah kotak kecil yang berada di nakas, dia mengambilnya dan meletakkannya di bajunya, dia berdiri sehingga tidak akan terlihat jika pernah ada kamera di sekitar. Jisoo kembali.
"Pintunya mati, cukup yakin itu akan tersangkut lagi kita harus cepat pergi!" Jisoo menggendongnya lagi di punggungnya, lalu mereka meninggalkan mansion. Petugas pemadam kebakaran akhirnya datang, memadamkan mansion dari api sambil duduk di sana di lantai. Anak-anak di mana ditahan oleh para pelayan.
"Apa kakimu masih sakit?" tanya Jisoo.
"Ya. Kurasa pergelangan kakiku patah," kata Irene. Jisoo meletakkan kaki Irene di atas kakinya, lalu dia memijatnya dengan lembut.
"Apa yang kamu lakukan di kamar ayah? Kamu tidak bisa pergi ke sana, itu ruang rahasia." kata Jisoo.
“Kenapa ada ruang rahasia?” tanya Irene balik.
"Itu bukan urusanmu." Jisoo mendesis.
"Jujur saja, kupikir kau akan meninggalkanku begitu saja," kata Irene.
"Aku tidak sepertimu. Aku tidak egois," kata Jisoo.
"Ngomong-ngomong, bagaimana kamu bisa sampai ke kamar itu?"
"Uhm..Aku sedang berjalan-jalan untuk membaca buku dan aku tidak sengaja menendang kotak kecil itu. Aku penasaran jadi aku memencet tombolnya. Aku terkejut dikurung di sana." Kata Irene.
"Itu bodoh. Jangan lakukan itu lagi."
"Bu, kita harus menghubungi Tuan Kim, dia ingin berbicara denganmu." Pelayan itu menyerahkan teleponnya.
"Oh baiklah." Jiso berdiri. "awasi." Jisoo berjalan beberapa meter jauhnya, Irene sedang mengamatinya.
Apakah dia tahu segalanya tentang ini? Atau bisa juga dia cuek tapi bukan tidak mungkin dia tahu rencana ayahnya. Apakah dia menyembunyikan sesuatu? Aku harus menemukan itu.
_________
"Kamu akan tinggal di sini di penthouseku untuk sementara waktu. Mansion akan aku bangun kembali setelah apa yang terjadi." Mr.Kim menjelaskan kepada Jisoo dan Irene.
"Baiklah." Ucap Jisoo.
"Oke. Jisoo kamu bisa mengambil hari ini sebagai istirahat sehingga kamu bisa membantu Irene meletakkan barang-barangmu di sini dan mengajaknya jalan-jalan juga."
"Oke terserah."
"Baiklah, aku akan pergi sekarang." Mr.Kim meninggalkan mereka, dia pergi ke mobilnya, dia mengambil ponselnya untuk melihat apa yang terjadi pada kamar spesialnya dan dahinya berkerut melihat seseorang di sana.
"Irene?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HER ASSIGNMENT (JIRENE) ✅
FanfictionTHIS STORY IS NOT MINE, THIS STORY ABSOLUTELY BELONGS TO THE AUTHOR @JisooOnTop/AUTHOR I ONLY TRANSLATE BACK FROM ENGLISH TO INDONESIAN. Irene diberi misi, untuk mengawasi ayah Jisoo dan mendapatkan informasi tentang rencananya. Untuk melakukan ini...