Bab 11 : Gadis itu?

759 110 48
                                    


Tsamara mengerucutkan bibir karena terkena jitak. Dia mengusap kepala, kemudian menyipitkan mata ke Gala yang baru saja datang dan kini duduk di kursi samping Bulan.

“Kakak datang-datang langsung main jitak! Sakit tau!” protes Tsamara.

Bulan hanya bisa menahan tawa melihat kelakuan kakak adik itu, lantas menoleh ke Gala yang sudah duduk di sampingnya.

“Kamu ini kalau bicara ga usah ceplas-ceplos. Ada kalanya hal-hal pribadi tidak ditanyakan agar tidak menyinggung perasaan orang lain,” ujar Gala mencoba menasihati sang adik.

Tsamara melirik Bulan, melihat calon kakak iparnya itu tidak marah, membuat Tsamara membela diri. “Kak Bulan saja ga marah, kenapa Kakak yang sewot.”

“Hem … bantah? Kamu itu sedang dicari sama sekolah dan Mama. Aku heran, bagaimana caramu kabur-kaburan dari asrama?” tanya Gala.

Tsamara kesal karena sang kakak malah membahas masalah kaburnya dia. Hingga dia pun berkata, “Kak bantuin aku, tolong bujuk Mama dan Papa agar membebaskanku dari asrama. Aku sudah bosan di sana. Aku janji akan menuruti ucapan Mama dan Papa. Aku ga akan terpengaruh pergaulan bebas, seperti yang Mama dan Papa takutkan.”

“Kamu ingin aku membujuk mereka? Tapi tingkahmu itu membuat mereka semakin tidak percaya. Kamu yang kabur-kaburan seperti ini, tentu saja malah membuat Mama dan Papa semakin takut,” balas Gala sambil menggelengkan kepala pelan melihat kelakuan adiknya itu.

Tsamara mengerucutkan bibir, hingga dia kembali bicara. “Aku kabur ‘kan karena ingin ketemu sama calon kakak ipar, tidak ada maksud lain.”

“Tetap saja, itu namanya kabur,” tegas Gala.

Bulan seperti melihat Tsamara yang memang tertekan karena tinggal di asrama. Dia pun merasa tak tega dan kasihan.

“Kamu jangan marahi Tsamara seperti itu. Ya, dia kabur juga sudah menjelaskan alasannya, jadi tidak usah diperpanjang,” ucap Bulan ke Gala.

Tsamara pun merasa jika sedang dibela. Senyumnya yang lebar menunjukkan dia senang, bahkan begitu girang karena yakin jika dia akan memiliki kakak ipar yang selalu ada dan berdiri di pihaknya.

Gala sendiri tidak membalas ucapan Bulan, tapi malah kembali menatap Tsamara.

“Kamu lebih baik segera pulang ke asrama, agar tidak membuat orang cemas lagi,” ujar Gala menasihati.

“Ga mau,” tolak Tsamara, “aku kabur bentar atau lama, sama-sama akan dapat hukuman. Jadi, aku mau main dulu di sini.”

Gala tidak bisa berkata apa-apa, hingga dia hanya bisa melihat Tsamara yang malah mengabaikan keberadaannya dan tampak makan dengan begitu lahap. Gala menoleh Bulan, hingga melihat gadis itu mengedikkan kedua bahu.

Akhirnya Gala hanya bisa membiarkan keinginan Tsamara. Dia menemani bermain di mall sampai adiknya itu puas. Setelah selesai, Gala pun mengantar Tsamara ke asrama agar Hana tidak terus merasa cemas.

“Hari ini aku senang, terima kasih.”

Tsamara terlihat sangat bahagia.
Bulan pun ikut senang dan mengangguk membalas ucapan Tsamara.

“Aku akan terus memakai ini, Kak Bulan juga. Jangan dilepas!” kata Tsamara sambil menunjukkan gantungan di ponselnya.Ternyata dia tadi membeli gantungan ponsel couple dengan bulan saat berada di mall.

“Tentu saja, aku akan terus memasangnya,” balas Bulan.

Tsamara pun tertawa renyah, kemudian dia keluar dari mobil dan masuk ke asrama lagi. Setelah memastikan Tsamara masuk, Gala pun memacu mobil meninggalkan tempat itu.

“Tsamara ternyata sangat lucu,” ucap Bulan saat mereka dalam perjalanan pulang.

“Kalau dia lucu, pasti sudah jadi pelawak,” balas Gala datar.

Bulan tertawa mendengar jawaban Gala, meski pria itu membalas dengan ekspresi wajah datar, tapi entah kenapa terlihat lucu di matanya.

“Ternyata kamu dan Tsamara itu sama. Kalian main tarik dan ngajak pergi begitu saja, setelah memberi uang ke kasir kedai bakmi tempatku kerja agar aku boleh diajak pergi. Lama-lama aku bisa dipecat. Aku minta uang kompensasi saja sini, aku mau buka warung sendiri.” Bulan pun menengadahkan tangan ke Gala sekadar bercanda.

Gala mengerutkan kening mendengar ucapan Bulan, wanita itu juga sudah tidak bicara formal lagi padanya. Hingga memukul tangan Bulan sampai akhirnya gadis itu menurunkan tangan yang menggantung di udara.

“Kamu ini bukannya mau kuliah, tapi kenapa malah mau buka warung bakmi?” tanya Gala keheranan.

“Ya, aku punya alasan sendiri. Jika nanti bercerai, setidaknya aku masih bisa hidup dengan mengandalkan jualan bakmi,” gumam Bulan, tapi sedetik kemudian dia menutup mulut dengan cepat karena dia bergumam cukup keras.

Bulan menatap Gala yang menoleh ke arahnya, hingga dia pun kembali bicara, “Di mobil ini ga ada alat penyadap, ‘kan? Kamu ga pasang alat seperti di film-film itu, ‘kan?”

Gala terkejut, tapi kemudian menggelengkan kepala. Dia mendadak berpikiran negatif, kenapa tidak terpikiran olehnya, bisa saja ada seseorang yang memasang alat penyadap di mobilnya.

“Kenapa kamu malah bengong?” tanya Bulan keheranan.

“Tidak ada,” jawab Gala, sebelum kemudian dia fokus mengemudi dan mengantar gadis itu kembali ke tempat kerja.

Setelah mengantar Bulan, Gala memutuskan pergi ke bengkel untuk mengecek mobilnya apakah ada penyadap yang terpasang atau tidak. Dia hanya berjaga-jaga saja jika ada yang memang berniat buruk dengan memasang alat itu.

“Aku ingin setiap inci mobilku dicek. Jok, bawah jok, dalam jok, balik stir. Pokoknya cek semua bagian, apakah ada alat mencurigakan di sana,” perintah Gala ke montir.

Montir bengkel langganannya pun mengangguk, mereka pun mulai mengecek satu persatu setiap inci mobil Gala untuk mencari benda yang dimaksud pria itu.

Hingga saat Gala sedang sibuk mengawasi montir mengecek mobilnya, tiba-tiba saja ada suara yang menyapa. Tentu saja hal itu membuat Gala terkejut, dia menoleh dan semakin terkejut melihat siapa yang berdiri di sana memandang dirinya.

“Gala, aku pikir aku salah orang,” ucap seorang gadis sambil memulas senyum manis di wajah.

Gala menoleh, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan gadis itu di sana.

"Kenapa aku harus bertemu dengannya di sini," gumam Gala dalam hati.

_
_
_

Hayo siapa itu????

Terjerat Cinta Istri BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang