19 - Sisi Lain

30 2 0
                                    

Aku telah bertukar nomor handphone dengan Jihan. Dan kami mulai suka saling mengirim pesan. Jihan tidak seperti Kianti yang cukup kelihatan tendensinya untuk dekat denganku dengan mengirim pesan-pesan bernada perhatian, Jihan lebih santai dan kasual. Tapi justru itu malah membuatku semakin penasaran untuk mendekatinya. Jika saja aku bisa mengingat, bagaimana dulu aku bisa akhirnya berpacaran dengannya. Amnesia Disosiatif Spontan sialan!

Di tahun kedua ini aku dibelikan sepeda motor oleh Ayah, membuat masa SMA-ku ini mulai lebih berwarna. Bagai didukung oleh alam, sepeda motor baru itu menjadi mediaku untuk semakin dekat dengan Jihan. Meskipun tidak setiap hari, tapi aku cukup sering mengantarnya pulang naik sepeda motor. Memberikan kesan seolah dunia milik kami berdua di momen itu, walau hanya tuk sesaat.

Jihan merupakan wanita yang supel dan bersahaja. Karakter gaya pergaulan sehari-harinya mirip dengan Gadis, hanya saja Jihan tomboy. Dan juga tak butuh waktu lama hingga akhirnya Jihan memiliki banyak teman. Aku pun senang melihat dirinya yang penuh keceriaan. Hanya satu saja kekhawatiran yang muncul, Jihan mulai dekat dengan Kianti. Mereka beberapa kali kulihat makan bersama pada jam istirahat makan siang. Semoga itu tak menimbulkan masalah nantinya.

Kenapa mereka harus sekelas??? Argh!!!

Gadis justru suka menggodaku saat melihat Kianti dan Jihan sedang makan siang bersama. "Wah, gawat. Hati-hati lho, Gi. Bahaya ..., hahahahah," ledeknya.

Tidak salah memang, aku selalu merasa deg-degan jika melihat mereka sedang berdua. Aku pun menghindari untuk menyapa Jihan di saat dirinya sedang bersama Kianti. Tapi, setidaknya kelas Filosofi Hobi menjadi waktu bebasku untuk bersama Jihan tanpa harus mengkhawatirkan Kianti.

Hari ini Ratu sedang bersemangat, terlihat dari ia yang mengajukan diri untuk membahas hobinya ketika Pak Singgih bertanya kepada para siswa-siswi ingin membahas materi apa di kelas ekskul hari ini.

"Supranatural, Pak!" serunya bersemangat.

"Supranatural? Maksudnya hobi kamu supranatural, gitu?"

Hampir semua tertawa mendengarnya. Bagiku, yang lucu adalah: Ratu, si gadis populer di sekolah, ternyata suka dengan hal-hal berbau mistis. Sangat tak lazim dan di luar dugaan.

"Mm ... gak tau juga deh, Pak. Tapi saya suka dengan hal-hal berbau mistis," sahut Ratu.

"Hm .... Ini bisa jadi bahasan yang menarik. Oke, kalo gitu hari ini kita bahas hobinya Ratu soal mistis," kata Pak Singgih. "Coba Ratu, kasih contoh yang kamu maksud dengan suka pada hal-hal berbau mistis,"

"Mm ..., contohnya itu hipnotis, Pak. Bagi saya itu sangat mistis sekali, bagaimana bisa kita mengendalikan orang lain hanya dengan kata-kata, bahkan di beberapa kasus, hipnotis bisa dilakukan tanpa kata-kata,"

"Tapi, hipnotis itu kan ada penjelasan ilmiahnya," kata Sasti. "Ya gak sih, Pak?"

Pak Singgih tersenyum. "Iya, betul. Tapi untuk sebagian orang, hipnotis itu masih kental dengan hal-hal berbau mistis."

Aku ikut bicara. "Bahkan Sigmund Freud pun juga turut mengaitkannya dengan hal-hal mistis, padahal dia itu dokter ahli syaraf,"

"Wah, kamu sampai tau soal Sigmund Freud, Gi?" tanya Pak Singgih. "Bapak gak nyangka,"

"Hehehe. Iya, Pak. Kebetulan aja saya tau," jawabku. Memang agak curang rasanya, pengetahuan di kepalaku ini kan pengetahuan pria berusia 38 tahun. Aku tau Sigmund Freud dari film semi-biografi Netflix.

Diskusi hari ini berlangsung seru. Kesukaan Ratu akan hal supranatural ternyata ada juga dalam diri Flo, sahabatnya. Mungkin kesamaan itu yang membuat mereka dekat. Mereka berdua yang paling bersemangat membahas materi itu.

Deduksi Astral - [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang