15 - Kejuaraan

51 2 0
                                    

Di semester ini waktuku justru lebih banyak berkutat dalam kegiatan-kegiatan OSIS. Secara otomatis, aku pun semakin dekat dengan Sasti. Dan ... ya, Sasti mirip Kianti yang bersifat posesif pencemburu, dan hubungan kami sama-sama tarik menarik tanpa status. Tapi untungnya Sasti tak separah Kianti, mungkin karena memang kami yang banyak berkegiatan bersama -satu kelas; satu divisi OSIS. Jadi tak banyak kecemburuan absurd yang timbul.

Bagaimana dengan Kianti? Sayangnya ... Kianti justru semakin menjauh. Pesan-pesan perhatian tak lagi dikirimnya, begitupun pertanyaan-pertanyaan khawatir. Ia tak lagi ikut kala The Carnivalé latihan band, hanya ada Gadis yang masih setia menyemangati kami. Dan Fendi agak terjebak status Friend Zone dengan Gadis. Mereka semakin dekat, tapi tak lebih dari sekedar teman nongkrong.

Waktuku di OSIS juga memberikanku interaksi lebih dengan wanita cantik lainnya seperti Vero dan Kirana, bahkan Ratu. Walaupun dengan Ratu tak banyak perbincangan selain soal kegiatan OSIS.

Aku sedang di penghujung jam pelajaran terakhir sebelum istirahat makan siang. Fendi mencoba membuat lirik untuk dijadikan lagu olehku, ia belakangan ini kerap berusaha untuk bisa membuat lagu untuk Gadis, si pujaan hatinya.

"Nanti coba dicariin nada yang pas ya, Gi?" pinta Fendi.

"Iya,"

"Jangan iya iya doang, lo. Ini udah yang kesekian kalinya, nih. Masa gak jadi jadi juga lagunya? Ayo dong bantuin gw, Gi,"

"Iiiyaaa, astagaaa. Cerewet, lo," kataku.

Jam pelajaran belum selesai, tapi guru pengajar telah keluar kelas duluan. Tiba-tiba Kirana menghampiriku. "Magi,"

"Ya?"

"Boleh minta tolong, gak?" Kirana duduk di hadapanku. Wangi parfumnya yang bernuansa floral menyegarkan dapat kucium, terkesan natural dan seksi.

"Minta tolong apa, Na?"

"Bantuin gue untuk persiapan atlit-atlit sekolah kita, Gi. Sebentar lagi sekolah kita bakal ikut kejuaraan atletik nasional antar propinsi,"

"Wih, keren!" sahut Genta yang ikut mendengarkan.

Kirana menoleh padanya, ia tersenyum. "Nah, cabangnya kan ada beberapa, tuh. Lompat jauh, lempar lembing, dan lain-lain, dan lain-lain," ujarnya melanjutkan. "Gue udah urus hampir semuanya, tinggal cabang lari aja sekarang. Nah ...,"

"Lari? Wah, Cleo ikut, dong?" Fendi menyela Kirana.

"Naaaah, itu dia. Dia terpilih sebagai salah satu atlit wakil kita. Lo coba komunikasi dong, sama dia, Gi. Gue gak deket soalnya,"

"Ng ... komunikasi soal apa?"

"Ya banyak, dia mau ikut apa enggak? Bisa apa enggak? Dia butuh persiapan apa aja nanti? Punya alergi makanan apa enggak? Pokoknya yang kayak gitu-gitu. Bisa, gak?"

Sial! Aku ragu Kianti mau bicara denganku sebenarnya.

"Please, Gi. Gue udah sibuk ngurus yang lain soalnya, banyak banget! Ya? Bantuin gue, ya?"

"Iya, deh. Nanti gue coba bantu," jawabku mengiyakan.

"Heheheh. Thanks, Gi. Magi baik, deh!" serunya merayuku. Ia memberikan formulir dan daftar cek list sebelum pergi.

Begitu jam istirahat makan siang, aku menuju kelas 1-2, kelas Kianti. Meskipun urutannya dekat, namun lokasinya terpisah oleh lorong besar yang di ujungnya adalah tangga. Aku berpapasan dengan Gadis.

"Eh, Magi! Tumben ke sini?" Gadis sedang bersama teman sekelasnya.

"Iya, heheheh. Cleo ..., ada?"

Deduksi Astral - [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang