32 - Seronok! [Explicit]

134 0 0
                                    

Belum selesai rasa maluku itu, tiba-tiba ... Kirana ... meraba penisku! Dan ia merabanya tanpa melirik ke arahku, ia tetap melihat ke depan.

Logikaku kandas oleh nafsu yang seketika mencuat. Tanpa pikir panjang; tanpa permisi, kuusap pantat Kirana. Kuikuti cetakan sempak yang menyeplak sedari tadi itu. Kirana pun meremas batang kemaluanku, kuikuti pula meremas pantatnya yang ternyata sangat kenyal.

Tangan Kirana menyelip masuk ke dalam celanaku, ia menggenggam-genggam penisku. Tanganku pun menyelip masuk ke dalam celananya, aku meremas-remas pantatnya -sangat mulus.

Kami berdua seolah dipandu oleh bahasa nafsu. Aku memeluknya dari belakang, tanganku masuk ke dalam celananya dari depan, mengelus-elus bagian depan celana dalamnya. Sementara tanganku yang sebelah lagi menggerayangi tubuh bagian atasnya. Payudaranya kencang dan elastis. Tangan Kirana ke belakang, ia tetap tak ingin kehilangan kemaluanku! Situasi ini ... sangat seksi! Sangat menggairahkan!

Terbesit di kepalaku, Kirana kan suka membaca novel erotis! Berarti ia binal! Wajahnya cukup menyiratkan itu. Wajah sensual nan menantang!

Remasan tangannya menguat begitu Shinta mendesah dengan keras. Kirana gemas! Begitu pula denganku! Belum sempat kuturunkan celananya, ia membalikkan badannya. Tatapannya tajam. Tak kusangka ... Kirana berlutut! Ia menurunkan celanaku hingga ke lutut. Pelir kerasku tepat di depan wajahnya!

Astaga, gue mau disepong, Jo!!!

Tatapan matanya seolah berkata, 'Gue sepong, ya?'

Ia melahap penisku dengan tetap menjaga kontak matanya, sebelum akhirnya setengah terpejam dengan bola mata ke atas ketika melumatnya dengan lahap. Seolah ia sangat menikmati penisku, bagai es krim yang sangat lezat.

Ketika kuluman mulutnya terlepas, ia melihat kemaluanku dengan wajah terpesona. Ia menyenggol-nyenggolnya dengan hidung dan ujung bibir. Penisku menghentak ketika ujung lidahnya mengurut perlahan di bagian bawah leher penis yang sangat sensitif itu.

"Akh ...! Sshh ...!" Aku mendesah; mendesis.

Lagi-lagi raut wajahnya seolah bertanya, 'Enak???'

Tanganku bersiap untuk mendorong kepalanya agar kembali maju; mengulum penisku. Tapi kami dikagetkan oleh geraman Asep yang orgasme dan juga teriakan Shinta.

"Eh? Kamu keluar di dalem, Yank? Aduuuh ... gimana, sih!?" Ternyata Asep tak mampu mengangkat penisnya tepat waktu dan tidak sengaja ejakulasi di dalam vagina Shinta.

Kami pun terpaku, memperhatikan mereka yang kemudian terlibat pertengkaran sebelum akhirnya pergi terburu-buru.

Kirana menoleh ke arahku, ia tersenyum menertawai kejadian itu. Ia menahan kepalanya ketika ingin kudorong.

"Nanti dulu ...," katanya. Ia lalu menarik tanganku dan menyuruhku untuk berbaring. Ia telungkup di antara selangkanganku dan menjilati penisku. "Enak ...?" tanyanya. "Gede banget sih, Gi ...?" komentarnya soal penisku.

Kirana benar-benar memainkan penisku itu perlahan-lahan, tidak terburu-buru, yang justru membuatnya terasa luar biasa nikmatnya! Apalagi aku bisa dengan jelas melihatnya yang dengan wajah sensual menantang menjilati dan mengecupi penisku.

Sumpah, ini sepongan terenak yang pernah gue rasain!

"Gak apa-apa, kan?" Tiba-tiba Kirana bertanya.

"Eh? Apanya?"

"Ya ini ..., diginiin ...," kata Kirana yang kemudian mengecup tepian penisku seperti ikan sehingga bibirnya memoncong. Seksi banget!

Deduksi Astral - [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang